Satu Tembakan Aiptu Sunaryanto Sudahi Drama Penyanderaan Risma yang Bikin Tegang
Padahal, tangan Hermawan itulah yang digunakan untuk menodong dan posisinya sangat dekat dengan kepala Risma dan anaknya.
Sunaryanto mencoba menenangkan pelaku agar tidak melukai korban, namun dibalas dengan cacian.
"Polisi t** lu," maki Hermawan.

Sunaryanto berusaha bersabar dan mencoba mencari celah dan menunggu kelengahan pelaku.
Sebab, sangat sulit bertindak dalam keadaan seperti itu, seperti buah simalakama.
Jika dia gegabah, Risma atau anaknya bisa menjadi korban.
Jika tak segera bertindak, maka juga bisa mendatangkan risiko yang sama.
Di saat itu, pelaku berteriak dan menyuruh sopir untuk segera pergi.
Sempat kesal, penodong menekankan pisau ke leher Risma hingga terluka.
Suasana pun makin tegang dan warga ketakutan.
"Jangan....jangan...jangan!" cegah warga saat melihat pelaku hendak menusuk leher Risma.
Suharyanto mencoba mengajak pelaku berkomunikasi dan bernegosiasi cukup lama.
Akhirnya, Hermawan lengah juga.
Setelah tangannya agak mengendur, Sunaryanto menarik pistolnya dan menembak tangan kanan Hermawan.
Keputusan cepat yang berani, karena sangat berisiko jika tidak akurat.
Suharyanto seperti dipojokkan untuk membuat keputusan di antara hidup dan mati dan dia mengambil keputusan yang benar.