Putri, Bocah Penderita Jantung Bocor, Akan Dirujuk ke RSUD Talang Ubi
Diakuinya, selama mengobati anaknya, berulang-ulang di RS Bunda dan RSMH, pasangan suami istri ini, terpaksa menjual kebun karet untuk biaya pengobata
Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Ari Wibowo
TRIBUNSUMSEL.COM, PALI - Putri, bocah berumur tiga tahun enam bulan yang diagnosa oleh dokter mengalami klep jantung bocor (katup jantung bocor) didatangi petugas Puskesmas Tempirai, Senin (6/2/2017) pagi.
Buah hati pasangan Sirih dan Mega, warga Desa Tempirai Utara, Kecamatan Penukal Utara, Kabupaten PALI. Direncanakan Hari Selasa (7/2/2017), Putri dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Talang Ubi, Pendopo, untuk meminta surat rujukan ke RSMH, Palembang, dan selanjutnya meminta rujukan ke RS Harapan, di Jakarta yang dikenal RS Jantung.
Mega, ibu Putri mengatakan kondisi anak perempuannya berbeda dari anak-anak pada umur sebayanya, di mana pertumbuhan lambat, dan belum bisa berjalan.Selain itu, juga jika Putri banyak bergerak maka sesak napas.
"Anakku (Putri) belum bisa berjalan, kalau banyak bergerak napas jadi sesak," sedih Mega, Senin(6/2).
Sejak umur satu dua bulan, kondisi kesehatan Putri tidak stabil dan serung sakit-sakit. Lanjut Mega, umur tiga tahun empat bulan dibawa ke RSMH diagnosa dokter anak mengalami bocor jantung.
"Umur satu tahun dua bulan, anak aku (Putri) sering sakit, jadi kami bawa ke RS Bunda, Prabumulih, dan RSMH Palembang, di RSMH anak aku divonis bocor jantung," cerita Mega.
Diakuinya, selama mengobati anaknya, berulang-ulang di RS Bunda dan RSMH, pasangan suami istri ini, terpaksa menjual kebun karet untuk biaya pengobatan.
Namun, setelah anaknya disarankan agar berobat ke RS Jantung, di Jakarta. Keduanya terpaksa pulang ke kampung halamannya karena keterbatasan biaya.
"Waktu itu, kami mengobati Putri ke RS menggunakan dana pribadi, dan jual kebun mengobati anak ku, dengan harapan agar bisa sembuh, tapi setelah di suruh ke Jakarta (RS Jantung) uang kami tidak cukup lagi, dan kami rawat di rumah," jelas Mega.
Ditambahkan, Sirih yang sehari-harinya berkerja sebagai buruh serabutan tidak ada uang lagi untuk mengobati penyakit anaknya.
"Uang yang dulu (jual kebun) habis, untuk berobat, jadi untuk berobat ke RS di Jakarta, tidak ada biaya lagi," keluh Siri, yang mengaku bekerja serabutan dengan upah Rp 50 ribu sampai 80 ribu perhari.
Sementara itu, Kades Muara Ikan, Pausy Ahmad, yang sekaligus tetangga korban. Mendengar keluh kesah dari pasangan suami akibat penyakit yang diderita anaknya.
Ia langsung menghubungi awak media, di informasi ke pemerintah serta tangan-tangan para dermawan untuk membantu mengobati Putri.
"Tadi pagi (6/2) petugas Puskesmas Tempirai, datang ke sini(rumah Putri) selanjutnya besok (7/2) dirujuk RSUD Talang Ubi, dan selanjutnya dirujuk ke RSMH Palembang, kemudian ke RS Harapan, di Jakarta, itu baru rencananya," ujar Pausy.