Anak Tewas di Tangan Ibu Kandung

Orang Tua Tidak Akur Anak Jadi Korbannya Hingga Meregang Nyawa

Marully menjelaskan antara pelaku dan suami sempat pisah ranjang tahun 2014 namun sempat rujuk awal Febuari 2016.

Penulis: Sri Hidayatun | Editor: Hartati
tribunsumsel.com/Sri Hidayatun
Siska Nopriana (23) tahun tersangka pembunuhan bocah berusia 4 tahun yakni Bryan Aditya Fadhillah yang tidak lain anak kandungnya sendiri usai diperiksa di Polresta Palembang 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG- Siska Nopriana (23) tahun tersangka pembunuhan bocah berusia 4 tahun yakni Bryan Aditya Fadhillah terancam hukuman 20 tahun penjara akibat perbuatan yang dilakukannya.

Kasat Reskrim Polresta Palembang, Kompol Marully Pardede mengatakan tersangka dikenakan pasal l 44 ayat 3 UU RI nomor 23 tahun 2004 tentang KDRT atau pasal 80 ayat 4 UU RI nomor 36 tahun 2014 tentang perlindungan anak dengan ancaman 20 tahun.

"Motif yang dilakukan pelaku yakni tak lain sebagai pelampiasam emosi yang kesal terhadap suaminya yang sering memukulinya sehingga pelaku tega menganiaya anaknya," kata dia, Selasa (22/11/2016).

Marully menjelaskan antara pelaku dan suami sempat pisah ranjang tahun 2014 namun sempat rujuk awal Febuari 2016.

"Mereka ini sering cek cok dan anaknya menjadi sasaran," ungkap dia.

Dieritakan sebelumnya Salbani (25) terpaku menatap jenazah putranya, Bryan (4), yang terbujur kaku di lemari pendingin kamar mayat Rumah Sakit Bhayangkara Palembang.

Tangannya bergetar mengusap kepala Bryan, kemudian menutup mata bocah malang itu.

Salbani terlihat menyesal.

Bryan tewas akibat ditendang-tendangi oleh ibunya, Siska (23), di rumah kontrakan Jalan Lubuk Bakung Kelurahan Siring Agung, Kecamatan Ilir Barat I, Palembang, Senin (21/11).

Kapolresta Palembang Kombes Pol Tommy Aria melalui Kepala SPKT Polresta Palembang Iptu Cek Mantri menuturkan.

Awalnya saat Siska mendatangi SPKT Polresta Palembang mengaku menjadi korban KDRT yang dilakukan sang suami.

Setelah dilakukan interogasi, Siska mengakui bila dirinya telah menendang sang anak beberapa kali hingga tewas dan ditinggalkan begitu saja di dalam rumah.

"Diperkirakan sudah meninggal empat jam."

"Karena setelah kami melakukan interogasi dan menanyakan kondisi sang anak."

"Dia mengakui bila anaknya di rumah dan sudah meninggal."

"Dari pengakuan sementara, bila Siska ini kesal dengan ucapan sang suami bila dirinya tidak bisa mengurus anak," ujar Cek Mantri.

Terlebih, ketika anaknya menangis, sang suami menegurnya untuk membujuk Bryan agar tidak menangis lagi.

Tetapi, teguran yang dilakukan sang suami kemungkinan membuat Siska tersinggung dan melampiaskannya kekesalaan tersebut terhadap sang anak.

"Untuk sementara, Siska masih menjalani pemeriksaan di Polresta Palembang."

"Masalah menjadi tersangka dan motif pasti dugaan penganiayaan terhadap anaknya, masih dilakukan pendalaman."

"Saksi-saksi juga masih dikumpulkan untuk lebih pasti masalah kasus ini," ungkapnya.

Untuk hasil visum sementara, terlihat banyak lebam-lebam di tubuh Bryan.

Namun, untuk lebam-lebam yang ada di tubuh Bryan belum dapat dipastikan apakah karena benda keras atau bukan.

Tetapi, untuk pengakuan sementara tewasnya Bryan karena ditendang sang ibu. (ard)

Pisah Ranjang

Siska juga dikenal tidak mau bergaul dengan lingkungan sekitar dan terkesan tertutup.

Kejadian pemukulan terhadap Bryan juga tidak banyak diketahui keluarga maupun warga sekitar.

Saat pemukulan yang menyebabkan Bryan tewas, tetangga kanan kiri juga tidak mengetahui.

Hal ini baru diketahui, setelah Siska keluar rumah tetapi di dengar di dalam rumah tidak ada lagi suara Bryan.

Dari situ, tetangga memberitahukan keluarga Salbani untuk segera mengecek ke dalam rumah setelah tidak lagi mendengar suara Bryan.

"Kami juga sempat mendengar kalau Bani dan Siska ini pisah ranjang selama setahun. Ini karena Bani tidak senang mengetahui anaknya dipukuli ibunya."

"Tetapi baru dua bulan ini, Siska meminta rujuk kembali dan mereka milih untuk mengontrak rumah di belakang rumah orangtua Bani," ujar warga yang enggan menyebutkan namanya saat di depan rumah orangtua Salbani.

Setelah melakukan oleh tempat kejadian, jenazah Bryan dibawa petugas ke kamar mayat RS Bhayangkara Palembang untuk dilakukan visum.

Selang beberapa lama, Salbani yang sudah terlihat tenang tiba di RS Bhayangkara Palembang.

Dengan menahan tangis, Salbani seperti tidak percaya melihat anak lelakinya tewas di tangan sang istri.

Salbani mencoba untuk tegar melihat jenazah anaknya yang sudah terbujur kaku.

Sambil menahan tangis, Salbani memegang tubuh sang anak dan mengusap wajah sang anak saat di dalam kamar mayat RS Bhayangkara Palembang.

Tak sepatah katapun diungkapkan Salbani ketika anak lelaki semata wayangnya tewas di tangan istrinya sendiri.

Dengan menahan tangis dan mata memerah, Salbani keluar dari kamar mayat RS Bhayangkara Palembang dan berbincang dengan polisi.

Setelah berbincang, Sablani diminta untuk ikut ke Polresta Palemnbang guna diambil keterangannya sebagai saksi untuk penyelidikan lebih lanjut.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved