Polemik Nama Kuto Gawang

Pada Masa Penjajahan, Kuto Gawang Diyakini Sebagai Ibu Kota Sumatera Selatan

Kondisi itu terus terjadi pada masa penjajahan bahkan pada zaman kolonial diyakini sebagai ibukota Sumatera Selatan.

Editor: M. Syah Beni
https://shavaat.wordpress.com/2011/09/
Peta Keraton Kuto Gawang 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG- Peresmian kecamatan pemekaran Kuto Gawang memicu polemik di tengah masyarakat. Kecamatan Kota Gawang dinilai kurang tepat jika disematkan untuk wilayah Kelurahan Kuto Batu, 8, 9, 10, dan 11 Ilir.

"Perlu digarisbawahi Kuto Gawang bukan perkampungan sembarangan, Kuto Gawang adalah peradaban bersejarah, yang juga menyangkut sejarah penting lain, bukan hanya di Indonesia tapi juga di dunia," ungkap seniman Taufik Wijaya dibincangi, Rabu (20/9).

Ia menyampaikan perkampungan Kuto gawang merupakan peradaban tertua dan menjadi saksi sejarah hingga Kerajaan Sriwijaya.

Berdasarkan bukti sejarah, Kuto Gawang berada di kawasan Kecamatan Kalidoni dan sebagian Kecamatan Ilir Timur II yakni Kelurahan 1, 2, dan 3 Ilir dan Sungai Buah.

Dengan tiga anak sungai yang menandai keberadaan pemukiman itu.

Diakuinya memang belum ada kajian serius terkait keberadaan Kuto gawang di kawasan pabrik PT Pusri tersebut.

Para arkeolog dan sejarawan baru mendapatkan bukti berupa bangunan tua dan beberapa prasasti yang ditemukan secara kebetulan oleh masyarakat.

"Kalau kajian memang belum ada, tapi bukti-bukti kuat akan keberadaan perkampungan Kuto Gawang di kawasan Pusri sudah ada, sehingga memberikan keyakinan kuat perkampungan bersejarah ada di kawasan itu," jelasnya

Kawasan Kuto Gawang pada masa Kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang merupakan perkampungan yang cukup ramai dengan aktivitas masyarakat.

Kondisi itu terus terjadi pada masa penjajahan bahkan pada zaman kolonial diyakini sebagai ibukota Sumatera Selatan.

Kala itu para tentara kolonial mengumumkan telah berhasil menguasai sumatera Selatan setelah berhasil menguasai kawasan Kuto Gawang. Kuto Gawang merupakan simbol pemukiman yang diyakini sebagai pusat pemerintahan masa lalu.

"Kuto Gawang juga merupakan saksi sejarah penyebaran agama Islam karena tokoh Raden Fatah dilahirkan di sana, hal tersebut konon juga diakui oleh Sultan Yogyakarta yang dalam kunjungannya selalu berziarah di Makam Sabo Kingking," tegasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved