Enggan Mengemis, Bocah 12 Tahun Penderita Leukimia Pilih Jualan Pempek Buat Hidupi Keluarganya

Bocah yatim sejak usia empat tahun itu, sangat sederhana. Boleh disebut, hidupnya penuh kekurangan.

Facebook

Hampir setiap hari, mulai sore hingga pukul 20.30 WIB, Bayu berjualan sekitar 200 buah pempek menggunakan keranjang, yang dibawanya dengan berjalan kaki. Kadang-kadang, jika di SMPN 2 kurang laku, Bayu berburu rezeki di kawasan Alun-alun Taman Merdeka Pangkalpinang.

"Satu pempek Rp 1.000. Uangnya untuk bantu mamak, untuk makan kami. Ada juga disimpan untuk beli obat‎. Kalau sakit, kepala saya pusing dan kaki ngilu. Tapi mamak kasih hati tupai, jadi sekarang jarang ke rumah sakit. Cuma kalau lagi pusing, tidak kuat," imbuh Bayu, dengan tatapan mata berbinar.

Ibunda Bayu, Venti mengatakan, putranya adalah tulang punggung keluarga. Dia tidak pernah meminta Bayu berjualan, apalagi dengan kondisi tubuhnya yang kurang sehat.

"Kami tidak bisa berbuat apa-apa. Dia menabung Rp 15 ribu sehari, khusus untuk beli obat. Tidak tentu jadwalnya, tapi kata Bayu persiapan kalau kambuh. Alhamdulillah, sejak setahun ini, Bayu tidak pernah lagi balik ke rumah sakit. Dulu pernah cuci darah sekali di Rumah Sakit Almah, Sungailiat. Kami tahu leukimia dari dokter. Ada yang bilang, coba makan hati dan daging tupai, saya coba goreng dan dibakar. Alhamdulillah, jarang ada keluhan Bayu. Kadang-kadang bilang sakit kepala dan kaki ngilu," jelas Venti sambil menunjukkan toples bekas makanan ringan, yang berisi uang tabungan Bayu untuk membeli obat.

Ada beragam jenis obat-obatan yang dikonsumsi putranya itu. Venti hanya membawa pembungkus obat saat membeli ke apotik, sekitar Rp 400 ribu. Bayu juga sudah memiliki kartu BPJS Kesehatan dan Kartu Indonesia Pintar (KIP).

Suami Venti meninggal tenggelam saat melaut di Manggar, Beltim pada 2008 lalu. Sejak saat itulah, perekonomian keluarga mereka goyang. Venti bekerja semampunya.

Dua anaknya yang lain tidak lagi tinggal serumah karena sudah menikah. Sedangkan, anak perempuan di atas Bayu juga membantu membuat pempek.

Di sela-sela doa usai salat, Venti menyelipkan harapan agar Bayu diberi kesembuhan. Dia juga bermimpi, suatu saat dapat tinggal di rumah sendiri meski sederhana.

"Kami ada diberi tanah ukuran 6x14 oleh Pak Hasan Basri, dulu Camat Bukitintan. Lokasinya di Gang Ikhlas Kacangpedang," ujar Venti, seraya menghapus bulir bening yang keluar dari dua kelopak matanya.

Siswa Luar Biasa

"Alhamdulillah dapat siswa seperti Bayu. Kami tidak tahu dia kondisinya seperti itu. Saat daftar sekolah, sama seperti siswa lainnya. Bayarnya sama, dia tidak menunjukkan kondisi sakit atau apa. Anaknya rajin, selalu mau jadi imam kalau salat di sekolah. Hanya pernah pingsan waktu upacara tujuh belasan kemarin. Itu saat ibunya yang beri tahu," kata Kepala SMPN IT NUPangkalpinang, Sri Suhartini didampingi pengurus yayasan Zamhari.

Sri tidak menyangka Bayu memiliki riwayat penyakit yang membutuhkan perhatian khusus. Di sekolah, Bayu biasa bermain dan bergaul bersama teman-temannya.

Hal senada dinyatakan wali kelas Bayu, Septiyanti. Ia mengaku terkesan melihat perjuangan muridnya itu. Menurut Septiyanti, Bayu cukup menonjol pada mata pelajar matematika, Bahasa Indonesia dan daya menghapalnya bagus.

"Suaranya cukup keras, tetap semangat anaknya," kata Septiyanti.

BAZNAS Siap Bantu

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved