Di Yogyakarta Iklan Dipajang Berkeliling Kota Digowes dengan Sepeda

Sekali keliling bersepeda selama 4 jam, satu orang mendapatkan honor Rp 50.000

KOMPAS.com / Wijaya Kusuma
Salah satu Gowes Pitpaganda saat melewati jalan Gedongkuning Kota Yogyakarta, berkeliling membawa papan iklan 

TRIBUNSUMSEL.COM, YOGYAKARTA - Melihat iklan yang terpampang pada baliho-baliho besar di jalan raya sudah menjadi hal lumrah di kota-kota besar. Bahkan, orang mulai gerah karena iklan-iklan itu dipasang sembarangan sehingga mengotori pemandangan.

Di Yogyakarta, ada cara berbeda dan unik menyajikan iklan. Baliho iklan produk atau acara yang biasanya dipajang di jalan dipindahkan ke belakang sepeda dan dibawa keliling kota.

Konsep baru dalam berpromosi dengan berkeliling jalanan menggunakan sepeda ini dirintis oleh Jamaluddin Latif (41). Konsep ini mungkin satu-satunya di Indonesia.

Pria kelahiran Pekalongan, 21 April 1975, ini menceritakan awal mulanya menekuni hobi gowes sepeda. Pada 2010, ia memiliki komunitas sepeda di Yogyakarta, HUB for Cyclist.

Komintas itu beranggotakan peminat berbagai jenis sepeda ini. Selain gowes, mereka juga melakukan berbagai aksi mulai dari bersih sampah sampai dengan membuat pasar yang diberi nama "Ijolan Sampah" (tukar sampah).

"Kumpul karena suka sepeda dan peduli lingkungan. Kalau gowes di jalan ada sampah, kita bersih-bersih. Kita buat pasar ijolan sampah, yang datang bawa sampah, misalnya botol bekas ditukar barang, seperti celana," kata Jamaluddin Latif saat ditemui Kompas.com di markas Pitpaganda, Jalan Gedongkuning Selatan 128, Yogyakarta, Jumat (26/8/2016).

Dari semangat suka mengayuh sepeda dan kepedulian kepada lingkungan, muncullah ide untuk membuat sebuah terobosan baru.

Maka lahirlah "Pit Propaganda" atau disingkat Pitpaganda alias sepeda propaganda. Sepeda dijadikan sarana alternatif baru untuk mempromosikan produk atau suatu acara.

Munculnya ide sepeda sebagai alternatif promosi ini muncul karena Jamaludin tergelitik oleh kondisi Yogyakarta yang dipenuhi dengan berbagai baliho iklan.

Pada awal munculnya ide tersebut, ada gerakan bersama resik-resik atau bersih-bersih sampah visual di Yogyakarta.

"Saya dan komunitas terlibat di gerakan bersih-bersih itu. Kenapa kita tidak ngasih solusi agar sampah visual di Yogya berkurang, lalu muncullah ide Pitpaganda itu," ucapnya.

Karena tidak memiliki modal, awalnya Jamal dan beberapa teman penggowes hanya menggunakan kertas ukuran A3 sebagai media iklan. Kertas itu lalu ditempelkan pada papan dan dipasang di sepeda untuk dibawa keliling kota.

"Kertas A3 saya tulis tangan dengan spidol. Waktu itu isi tulisannya propaganda-propaganda, misalnya 'Yogya Bersih'," kata dia.

Lama-kelamaan, Jamal ingin menjadikan Pitpaganda ini menjadi lebih profesional. Namun, lagi-lagi ia terkendala dengan modal untuk memodifikasi sepeda.

Pria yang juga menekuni dunia teater ini bertemu dan seorang teman pencinta sepeda yang tertarik dengan ide unik tersebut dan bersedia memberikan dukungan modal. Jamal kemudian menggambar desain sepeda dengan membawa iklan di belakangnya.

Halaman
12
Sumber: Kompas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved