Hadapi Musim Kemarau Asia Pulp & Paper Siapkan Teknologi Geothermal Untuk Deteksi Api

Target di tahun 2016 ini, kami sudah siap menghadapi kemarau, dalam kondisi ekstrem sekalipun, seperti bencana El Nino tahun lalu

Editor: M. Syah Beni
TRIBUNSUMSEL/SIEMEN
Thermal camera yang dibawa mengudara menggunakan pesawat Cessna 206H Stationair 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas memperkuat upaya pencegahan kebakaran lahan dan hutan (karlahut) tahun ini.

Mereka menginvestasikan dana sebesar US$ 20 juta untuk pencegahan dan penanggulangan kebakaran.

Direktur Sinar Mas Forestry Elim Sritaba, menjelaskan, selain meluncurkan program berbasis peningkatan ekonomi daerah melalui program Desa Makmur Peduli Api (DMPA), peningkatan skill regu pemadam kebakaran, modernisasi peralatan pemadaman, sekaligus mengembangkan sistem pemadaman terintegrasi, APP – Sinar Mas juga menggunakan teknologi geothermal yang baru pertama kali digunakan di Indonesia untuk deteksi dini titik api.

"Target di tahun 2016 ini, kami sudah siap menghadapi kemarau, dalam kondisi ekstrem sekalipun, seperti bencana El Nino tahun lalu," ujarnya kepada Tribunsumsel.com, Kamis (17/3/2016).

General Manager Fire Management APP – Sinar Mas Sujica Lusaka mengatakan, ide menggunakan teknologi geothermal muncul setelah melihat kondisi tahun sebelumnya, dimana upaya deteksi dini api belum berlangsung optimal.

"Sebelumnya kami masih menggunakan data hotspot dari beberapa website yang kemudian kami overlay dengan peta lokasi,” terangnya.

Dia menambahkan, pemantauan melalui tower apipun dirasakan belum optimal, karena titik api kerap terlihat saat telah besar dan timbul asap. Dalam kondisi asap yang pekat, bahkan pemadaman dari udarapun sukar dilakukan dengan tepat akibat jarak pandang yang terbatas.

Teknologi thermal yang telah digunakan di Australia, Kanada, serta Afrika Selatan ini dengan kemampuannya menangkap perbedaan suhu di muka tanah, mampu mendeteksi titik api di lahan gambut yang kerap tidak terlihat secara kasat mata.

"Prinsip kerjanya mendeteksi suhu di permukaan, titik api akan terdeteksi jika pada area tertentu terdeteksi suhu panas yang berbeda (ekstrem),” jelasnya.

Thermal camera yang dibawa mengudara menggunakan pesawat Cessna 206H Stationair ini, akan bermarkas di Jambi. Pertimbangannya, rute perjalanan harian untuk memantau wilayah Jambi – Riau – Jambi – Sumatera Selatan hanya akan memakan waktu sekitar 2 jam.

"Begitu panas terdeteksi, maka sistem akan mengirimkan data serta mengoverlay ke dalam peta konsesi, dimana lokasi titik api akan langsung terlihat. Keseluruhan waktu yang dibutuhkan mulai dari informasi ini awal hingga posisi api, akan sampai kepada tim forest fire kami maksimal 50 menit,” ungkap Sujica.

Pesawat yang diawaki seorang pilot, didampingi seorang operator ini akan terbang harian sesuai dengan kondisi region yang kita monitor berpedoman pada fire danger rating system (FDRS).

"Apabila FDRS menunjukan warna kuning atau merah maka frekuensi patroli di daerah tersebut akan di tingkatkan menjadi 2-3 kali lipat. Dalam pengoperasiannya, tidak menutup kemungkinan, sistem ini akan mendeteksi titik api yang berasal dari luar konsesi kami. Hal ini akan kami informasikan ke pemerintah daerah dan BPBD terkait, teknologi geothermal camera ini akan siap beroperasi penuh pada akhir Maret tahun ini, setelah izin terbang diperoleh," pungkasnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved