Pura-pura Rawat Pacar Koma 8 Bulan, Ternyata Pria Ini Lakukan Hal yang Mengerikan
Lantas apa yang terjadi padanya, dan mengapa ia menyalahkan pria yang sudah berada di sisinya sepanjang waktu?
TRIBUNSUMSEL.COM-Memiliki pacar yang tetap setia baik saat duka maupun suka, menjadi dambaan setiap orang.
Namun banyak sekali pasangan yang hanya setia di saat ada maunya saja, setelah itu meninggalkannya begitu saja.
Dilansir Shanghaiist.com, Rabu (9/3/3016), tetapi beruntung bagi wanita berumur 22 tahun ini, yang memiliki pacar yang sangat setia, meskipun ia koma selama delapan bulan. Sang pacar tidak meninggalkannya, malah ia membiayai perawatannya selama ini.
Namun hal yang mengejutkan terjadi, terutama saat wanita ini bangun dari koma. Ia menyalahkan pacarnya.
Lantas apa yang terjadi padanya, dan mengapa ia menyalahkan pria yang sudah berada di sisinya sepanjang waktu?
Adalah Lin Yingying yang baru berumur 22 tahun.
Ia terbangun dari koma, setelah ada ketakutan ia mungkin akan meninggal.
Namun dokter yang mengikuti perkembangannya tertegun, ketika wanita ini mengaku jika pacarnya yang kerap berada di sisinya yang harus bertanggung jawab atas luka-luka yang ia alami.
Dia mengaku, jika pacarnya memukulnya berkali-kali di kepala di toko roti milik mereka.
Lin juga didorong ayahnya agar berbicara dan menyebutkan siapa yang telah menyerangnya, seperti diberitakan media lokal di Lianong, Cina.
Sementara itu, pacarnya yang bernama Liu Fenghe sudah menghabiskan uang sebesar 200.000 yuan atau sekitar Rp400 juta atas tagihan medis sang pacar.
Dokter mengatakan, jika luka-luka yang dialami Lin sama seperti seseorang yang telah jatuh dari lima lantai.
Sungguh mengerikan.
Laporan Lin kini sedang diselidiki oleh kepolisian setempat.
Undangan Pernikahan Disebar, Wanita Ini Baru Menyadari Calon Suami Bukan Orang Kaya, Ternyata Cuma
TRIBUNSUMSEL.COM - Hari pernikahan merupakan saat yang dinantikan oleh dua pasangan yang akan meresmikan hubungannya.
Mereka tentunya berharap saat itu adalah hari terindah dalam hidup.
Karena mereka akan segera menjalani bahtera hidup rumah tangga berdua.
Tapi kadang harapan tak sesuai dengan kenyataan yang terjadi.
Bisa saja terjadi sesuatu yang malah diluar prediksi dan harapan yang kadang malah tragis.
Satu daiantara kejadian itu diceritakan akun facebook Insyirah Soleha.
Dilansir myreporter, ia tak menyangka kejadian yang menimpa adiknya jelang pernikahan begitu tragis dan diluar dugaan.
Dilema Bakal Pengantin
Jumpa adik perempuan di hotel, ajak makan di toko. Sambil berbicara, adik cerita mau pergi dengan teman serumah.
Ternyata dia juga mau curhat tentang dilema yang dialaminya sebagai calon pengantin.
"Dia baru tahu tunangannya tidak mempunyai pekerjaan.
"Calon ibu mertua ternyata menjual nasi lemak dan berjualan kue."
"Kasihan melihat dia, stres karena mau menikah."
Adik juga bilang, temannya itu anak orang berada. Saya terkejut.
"Sebelum ini kenal dimana? Dia tak tahu tunangannya tak punya kerja?" tanya saya.
"Ibu pria tersebut yang mengenalkan lewat kawan," jawabnya.
Saya tengok adik. Sambung makan. I can not brain.
"Semua persiapan sudah siap. Kartu undangan sudah disebarkan. Dia stres sekali."
"Iyalah, kalau dibatalkan, nanti keluarga malu pula, kan?"
"Tapi kan, malu itu sebentar saja. Nanti orang lupa juga."
"Tapi badan yang menanggung seumur hidup itu, sanggup tidak?" katanya lagi.
"Entahlah .."
"Malu sebab batal pernikahan itu memang aib. Tapi kalau tak bahagia, sepanjang pernikahan itu menderita."
Tak bisa turn back okey? Mau try then kalau tak okey, bisa bercerai?"
Phew .. not that easy.
Dalam pernikahan ada step by step yang Islam anjurkan.
Diantaranya adalah berkenalan.
Berkenalan ini bukan kena pergi kencan makan mie kepiting akhir pekan.
Setelah itu call setiap hari untuk buat laporan hari ini buat apa, makan apa, jam berapa mandi, pakai baju warna apa. No .. no .. no ..
Berkenalan ini untuk tahu fikrah pasangan dan keluarga. Kenal adab dan akhlak keluarga.
Tahu apa rencana masa depan keluarga. Bukan bincang mau anak berapa nanti.
Apa metode merencanakan kehamilan. Yang itu bisa dibahas setelah akad nikah.
Hidup ini memang ujian. Tapi Allah beri pilihan. Pilih yang baik agamanya.
Baik agama ini tidak semestinya ustaz, tidak semestinya Tok Imam, tidak semestinya bilal.
Mungkin sopir truk yang selalu salat awal waktu dan jaga orangtuanya dengan baik.
Beri nafkah pada orang tua dan baik akhlak dengan semua orang itu lebih baik.
Sekarang ekonomi tak baik. Bila kita memang tidak ada usaha untuk diri kita.
Bagaimana kita mau jaga orang lain? Setidaknya usaha.
Inilah tanggungjawab dalam kehidupan.
Kalau tidak ada pekerjaan harus umpan kepada bakal istri untuk sama-sama merencanakan apa yang ingin dibuat untuk memberi nafkah kepada istri.
Tanggungjawab suami untuk beri nafkah kepada istri meskipun seorang pria duduk di rumah menjaga anak.
Dan membuat pekerjaan rumah tidak meninggalkan kewajiban memberi nafkah kepada keluarga.
Tidak 'penting' pekerjaan itu baik duduk di kantor atau pedagang online.
Bukan kuantitas keuangan tapi lebih menekankan kewajiban suami memberi nafkah pada istri.
Banyak pria menganggap menafkahkan istri hal ringan. Meski istri bergaji lebih besar.
Itu pun tetap tidak menanggalkan kewajiban suami memberi nafkah kepada istri dan anak-anak
Semoga Allah tidak menguji kita dengan apa yang kita tidak sanggup hadapi.
Kasihan pada bakal-bakal pengantin yang terperangkap dalam hidup begini.
Pernikahan itu bukan main-main. Usia bukan ukuran bahagia derita. Tapi iman dan taqwa.