Sudah 55 Tahun, Jembatan Kayu yang Hubungkan Antara Dua Desa Ini Dikhawatirkan Roboh

Jembatan yang menurut warga sekitar sudah berusia sekitar 55 tahun tersebut masih berdiri kokoh dan menjadi akses utama warga dalam membawa hasil bumi

SRIWIJAYA POST/EVAN HENDRA
Jembatan yang menjadi penghubung antara dua desa yang digunakan warga untuk mengangkut hasil bumi ke perkotaan hampir rubuh. 

TRIBUNSUMSEL.COM, MARTAPURAJembatan penghubung antara Desa Banuayu dan Desa Banumas Kecamatan BP Peliung yang terletak di Dusun Lima Banuayu dan Dusun Tiga Banumas cukup memprihatinkan karena hanya dibangun secara swadaya murni dengan menggunakan pohon rengas yang menjadi penyangganya.

Jembatan yang menurut warga sekitar sudah berusia sekitar 55 tahun tersebut masih berdiri kokoh dan menjadi akses utama warga dalam membawa hasil bumi untuk menuju sejumlah wilayah diantaranya kecamatan Martapura yang merupakan pusat Kota OKU Timur.

“Dulu kendaraan roda empat bisa melintasi jembatan ini. Namun karena usia dan kondisinya sudah memprihatinkan saat ini hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda dua. Dan itupun harus hati hati biar agar tidak terjatuh,” ungkap Miswadi (41) warga Banuayu Selasa (7/1).

Menurut Miswadi, untuk menjaga agar jembatan tetap aman dan bisa dilalui, masyarakat terus menjaga dan mengganti kayu penyangga maupun kayu lantai jembatan agar tetap bisa bertahan.

Miswadi mengaku sudah mengusulkan pembangunan jembatan tersebut kepada pemerintah OKU Timur mengingat fungsi jembatan tersebut sangat penting untuk akses transfortasi warga.

“Saat musim penghujan jembatan menjadi licin karena terbuat dari kayu dan jembatan bergelombng tidak rata. Aset jembatan tersebut sering jadi jalan utama anak-anak sekolah dan masyarakat Banuayu dan Banu Mas. Kalau jumlah korban sudah yang jatuh di jembatan kayu ini sudah tidak terhitung lagi,” katanya. (Evan Hnedra/SP)

Memang kata dia, tidak ada korban jiwa meskipun banyak warga yang masuk kedalam sungai saat melintas karena kondisi jembatan yang tidak stabil. Namun hal itu tentu saja sangat merugikan warga baik dari segi material maupun mental warga saat melintas.

Ungkapan serupa disampaikan Jamroji (48) warga Banumas yang mengatakan bahwa jembatan kayu tersebut sudah tidak layak lagi untuk digunakan dan sudah waktunya untuk dilakukan pembangunan jembatan permanen mengingat perkembangan masyarakat dan perekonomian yang semakin meningkat.

“Jembatan ini memiliki panjang 20 meter dengan lebar dua meter. Kalau kondisinya sekarang hanya tinggal menunggu waktu untuk rubuh saja. Jembatan ini bisa bertahan hingga saat ini karena penyangganya hidup. Kalau tidak mungkin setiap tahun warga harus melakukan swadaya untuk membangun jembatan kayu tersebut,” katanya. (hen).

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved