Pantang Mengemis, Kakek Ini Kayuh Sepeda Puluhan Kilometer untuk Jualan
Di usianya yang senja, Atmo Tohari tak ingin berpangku tangan. Jiwanya sebagai mantan pejuang kemerdekaan Republik Indonesia memberontak jika hanya
Sabtunya, dia mengayuh sepedanya hingga Bumi Prayudan, Kecamatan Mertoyudan. Minggunya dia berjualan di Rindam dan Potrobangsan, Kota Magelang.
“Hampir setiap hari saya menempuh jarak lebih dari 10 kilometer. Saya berangkat pukul 05.30 pulang pukul 16.00. Kalau menata barang malam harinya,” tuturnya.
Pria beristri empat ini mengaku memulai kegiatan berjualan keliling sejak tahun 1994. Kala itu, dia tidak menggunakan sepeda untuk sarana berjualan.
Namun, dia memikul barang dagangannya dan berkeliling dari kampung ke kampung.
Tidak Meminta
Panas dan hujan menjadi temannya. Tentu saja, setiap orang yang melihat mbah Tohari berjualan tidak akan tega.
Beberapa diantaranya memang kemudian memberikan sejumlah uang sebagai ungakapan rasa iba padanya. Tak jarang, mbah Tohari menolak jika hanya diberi uang secara cuma-cuma.
Dia akan menerima uang itu jika seorang dermawan mau mengambil barang dagangannya, meskipun hanya sedikit.
“Tak jarang karena bapak tidak mau diberi uang cuma-cuma, banyak tetangga atau orang yang berbohong kalau punya hutang dengan bapak. Padahal, niat mereka mengasih bapak,” kata Samsudin (35), putra mbah Tohari dari istri keempat.
Menurut Udin, bapaknya itu berprinsip keras mengenai uang dan usaha. Dia dan beberapa saudaranya sudah sering melarang mbah Tohari untuk berjualan, namun, pria tua itu menolaknya.
Mbah Tohari tidak ingin menjadi beban bagi putra-putranya, namun dia tidak meminta-minta atau menjadi pengemis.
“Malahan, waktu saya itu menyuruh bapak berhenti berjualan dan biar saya gantikan, bapak tidak mau. Dia malah mau memberi modal saya untuk berjualan sendiri dan mencari pelanggan sendiri,” jelasnya. (tribunjogja.com)
