Pantang Mengemis, Kakek Ini Kayuh Sepeda Puluhan Kilometer untuk Jualan

Di usianya yang senja, Atmo Tohari tak ingin berpangku tangan. Jiwanya sebagai mantan pejuang kemerdekaan Republik Indonesia memberontak jika hanya

facebook.com/Suci N Cahyani | Tribun Jogja / Agung Ismiyanto
Foto sebelah kiri merupakan foto yang diunggah di facebook oleh akun Suci N Cahyani pada 2 Desember 2015. Hingga Jumat (4/11/2015) ini, unggahan tersebut sudah dibagikan ulang nyaris 3000 kali. Sementara foto kanan, merupakan foto yang diambil ketika wawancara dilakukan bersama Tribun Jogja 

Di usianya yang senja, Atmo Tohari tak ingin berpangku tangan. Jiwanya sebagai mantan pejuang kemerdekaan Republik Indonesia memberontak jika hanya diam di rumah dan menerima uluran tangan dari warga sekitar dan dermawan. Lebih dari itu, dia masih menempuh puluhan kilometer mengayuh sepeda demi mendapat rupiah dari berjualan kebutuhan rumah tangga.

TRIBUNSUMSEL.COM - SEORANG lelaki tua dan bungkuk tersenyum saat Tribun Jogja bertandang ke rumahnya di Jalan Telaga Warna, RT 6 RW 18 Kampung Nambangan, Kelurahan Rejowinangun Utara, Kota Magelang, Jumat (4/12/2015).

Saat itu, lelaki tua yang mengaku berusia 104 tahun itu sedang bercengkrama dengan putra dan cucunya.

Lelaki bernama Atmo Tohari atau mbah Tohari ini memang memiliki semangat yang luar biasa dalam hidupnya.

Dia enggan berpangku tangan dan bersantai dalam menjalani kehidupan sehari-hari, pun demikian halnya dalam soal mencari rejeki.

Mbah Tohari menghabiskan separuh harinya di jalanan, mengayuh sepeda butut bermerk Polygon yang sudah mulai renta untuk menemaninya berjualan kelontong.

Berbekal tas untuk wadah dagangan berupa tisu, pampers, sabun mandi, shampo, dan juga kebutuhan hidup lainnya, mbah Tohari sanggup berkeliling lebih dari 10 kilometer per hari untuk mencari rezeki.

Kehidupan keras bagi lelaki tua seperti mbah Tohari bukan menjadi sebuah penghalang. Justru, saat dia berpangku tangan, penyakit datang dan membuatnya tidak betah di rumah.

“Kalau saya tidak jualan dengan sepeda malah badan sakit semua, kaki bengkak-bengkak. Saya anggap olahraga dan berkegiatan,” kata Mbah Tohari yang harus memakai alat bantu dengar ini kepada Tribun Jogja.

Jadwal

Kegiatan berjualan kelontongan sambil mengayuh sepeda dilakoninya setiap hari Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu, dan Minggu.

Hari Senin dan Jumat adalah saatnya libur dan kulakan barang-barang yang harus dijualnya kembali.

Bahkan, dia sudah memiliki rute dan jadwal tertentu untuk lima hari kerjanya itu. Setiap Selasa, dia berjualan di daerah Bakorwil Kedu Surakarta, hingga ke Pakelan, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang.

Sementara, setiap Rabu dia berjualan di wilayah Jurangombo-Karet-Giriloyo-Perumahan Lembah Hijau-Akmil-Perumahan Pancaarga.

Sementara, hari Kamis, mbah Tohari berkeliling Seneng-Pakelan-Armada di Kecamatan Mertoyudan hingga Menowo, Kota Magelang.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved