Ditelantarkan, Nona dan Ramadhan Tidur Bersama Anjing, Bebek, dan Ayam
Dua balita di Kota Manado ini, bahu membahu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa bantuan siapa pun. Termasuk sang bunda, yang justru
Tak lama kemudian, Nona muncul. Penampilannya tak jauh beda dari adiknya. Namun pakaian bocah perempuan ini sangat memiriskan, ia memakai baju dan celana yang robek disana-sini. Warnanya sudah coklat karena bercampur tanah. Bau tak sedap pun tercium. Bocah manis itu terlihat kurus, tatapan matanya kosong.
Nona sudah bisa berbicara, namun saat itu lebih banyak diam. Hanya menjawab singkat ketika ditanya sejumlah warga.
"Mama ja pukul deng kayu di kepala," ujar bocah itu. Tak jauh dengan adiknya, sekujur tubuh bocah manis itu pun terdapat luka-luka kecil baru dan lama. Kulitnya coklat karena kotoran, sepertinya sudah berapa hari tidak mandi.
Selasa siang itu, seorang warga sudah menyiapkan sepiring nasi dan lauk ikan. Baru saja sendok diangkat, kedua bocah itu langsung membuka mulut lebar-lebar. Langsung mengunyah dengan cepat, lalu menelannya.
Dalam beberapa menit, satu piring penuh nasi langsung tandas. Satu botol air mineral juga habis dalam sekejap. Kedua bocah ini kehausan dan kelaparan.
Seusai makan, terlihat wajah mereka kembali segar. Nona kemudian berlari kesana kemari, Ramadhan terus saja mengunyah roti dan sesekali meminum air mineral.
Kedua bocah itu beruntung, hari itu mereka bisa menikmati satu piring nasi dan beberapa potong roti. Tak setiap hari warga bisa memberi makan.
"Kita serba salah, kalau ibu mereka tahu kami memberi makan, mereka pasti dimarahi an makanan dibuang. Beberapa kali warga kasih baju, malah dibuang oleh ibunya, tidak boleh dipakai," ujar Oma, warga setempat.
Yang memiriskan, kadang warga terpaksa hanya menaruh makan di piring dan menaruh di jalan. Itu dilakukan warga, karena kedua bocah itu kerap berkeliaran dan tak menetap. Saat lelah berjalan dan merasa lemah karena lapar, mereka bisa tidur lelap di mana saja.