Swara Irma
Rajawali Terbang Tinggi
Manalah bisa membuat anak mandiri bila digelayuti kecemasan semacam itu. Akhirnya aku ngobrol dengan Weny, jarang kami berbicara panjang
Padahal kisah dari kebanyakan orang sukses adalah mereka yang jauh dari orang tuanya. Zona nyaman yang kita sediakan untuk anak-anak, barangkali bisa menjadi hambatan kehidupan mereka.
Lihatlah para perantau yang menjadi orang sukses, banyak contohnya. Namun setelah meraih sukses, selalu ada kecenderungan untuk menyediakan segala sesuatu buat anak anak. Sikap ini, secara tak sadar menghalangi mereka untuk menemukan diri sendiri. Sayapnya tak pernah dipakai untuk terbang tinggi dan jauh.
Orang Batak adalah salah satu yang terkenal sebagai perantau, tak usah jauh jauh, Ompung atau ayahku almarhum misalnya, ia pergi ke Jakarta hanya dengan membawa satu koper besi, terhenti kiriman biaya kuliah di tengah jalan, sebab pada saat itu pecah pemberontakan PRRI, Permesta.
Tapi Ompung berjuang sendiri , sampai pernah tidur di emperan rumah saudaranya. Kisah ini selalu membuatku menitikkan air mata. Kubayangkan betapa berat perjuangan di rantau orang, kuliah sambil bekerja di Jakarta.
Tak heran jika akhirnya sukses, orang tuanya hanya seorang guru yang tak punya uang lebih maupun fasilitas bagi sembilan orang anaknya. Hidup di Kampung serba sulit, karenanya mereka harus berjuang. Dan akhirnya berbuah kekuatan dan daya hidup ,penopang sukses.
Beruntunglah anak anaknya, Aku, Vivi dan Eva, kami bersukur diberikan hidup serba kecukupan, ironisnya, kami tak pernah tahu bagaimana rasanya merantau karena tak diijinkan. Mereka khawatir akan kehidupan anak anak perempuannya jika jauh dimata. Tentu mereka punya pertimbangan sendiri.
Sekarang aku tak ingin mengulang pola itu, maka ketika anakku Mandy ingin keluar dari rumah, kuijinkan saja. Mulanya diprotes oleh Ibuku yang tak biasa melihat anak perempuan, apalagi cucu pertamanya pontang panting hidup sendiri, jauh itu tak baik, dari kacamata seorang nenek.
Lama kelamaan Ibuku terbiasa, sekarang ia mengakui bahwa keikhlasanku melepas anak untuk mandiri berbuah jua. Jauh dari orang tua telah menempa Mandy untuk berdikari serta merdeka secara finansial dan emosional.
Anakku yang dulunya begitu manja dan banyak maunya, sekarang bisa hidup sendiri. Mandy sudah mampu mengatur rumah, hidup dan pekerjaannya tanpa aku ikut campur. Sesungguhnya adalah hak dari setiap anak untuk merasakan tempaan dari kehidupan, bukan semata mata dari orang tua.
Di ujung percakapan kami, Weny dan aku sepakat bahwa tugas kita hanya sebatas memberi ilmu yang baik serta mendoakan mereka. Tak selamanya anak harus diawasi dan dijaga, pada saatnya mereka akan mengepakkan sayapnya dan terbang tinggi bak Rajawali. Sesuai dengan panggilan hidup yang mereka pilih, kecuali kita ingin anak kita menjadi perkutut, dalam sangkar emas.
Ada syair yang sangat terkenal, petikan puisi Kahlil Gibran, penyair dari Lebanon, dalam bukunya Sang Nabi, bunyinya : ‘Anakmu bukan milikmu, ia milik sang kehidupan ‘.
Kahlil ingin menyampaikan bahwa orang tua bukanlah pemilik kehidupan, jalan anak kita bukanlah sebatas jalan yang kita siapkan. Malah kita, orang tua yang harus siap melepas, membuat anak berani mengepakkan sayapnya. Menjadi sang Rajawali, agar bisa terbang lebih jauh dan lebih tinggi dari yang mampu kita bayangkan, semoga!!
Irma Hutabarat
Aktivis Sosial
Follow Twitter : @Swara_Irma