SWARA IRMA
Indonesia Negeri Adi Rasa
INDONESIA berjaya karena budayanya yang luhur dan kaya, kita adalah negara paling unik
follow Twitter: @Swara_Irma
INDONESIA berjaya karena budayanya yang luhur dan kaya, kita adalah negara paling unik dan satu-satunya di dunia yang merupakan kepulauan atau negaraArchipelago.
Oleh karenanya teman saya mengatakan negri ini sebagai negara Adi Rasa. Erbe Sentanu pendiri Institut kata Hati dan penulis Quantum Ikhlas, dia bilang melalui rasa kita dapat menjadi bahagia, menurut saya memang hal tersebut kerap dilupakan, biasanya orang hanya menganjur kan untuk positive thinking, padahalpositive feeling sama pentingnya. Dalam hal ini otak kanan yang di pakai untuk merasa, karena berhubungan dengan emosi dan jiwa bukan hanya otak kiri atau pikiran saja.
Contoh yang gampang orang ingin kembali mengunjungi satu tempat karena merasa kangen atau rindu. Dan itu terjadi kepada saya yang tak kunjung henti kangen dengan kuliner atau makanan Palembang. bukan hanya empek-empek saja melainkan segala macem kulinernya termasuk pentul, acar kedondong, aneka sambal yang lezat , dan beragam pindang yang menurut saya jauh lebih maknyuss ketimbang Tom Yam Kung yang dilobatkan sebagai salah satu masakan terlezat di dunia atau pun masakan dari luar negeri lainnya. Makanan kita memiliki sejarah yang panjang dan termasuk katagori Adi Rasa.
Jika pusat Adibusana di Perancis seharusnya masakan Indonesia bisa menjadi Adi Kuliner karena rasanya yang luar biasa kaya rempah dan kaya bahan.
Pemerintahan Thailand menobatkan negaranya sebagai The Kitchen of Asia, jika dipikir pikir masakan kita jauh lebih kaya dan lebih banyak ragamnya dari Sabang sampai Merauke tetapi kita belum mampu mendekati Thailand dalam mempromosikan kuliner ataupun produk produk budayanya. Korea dan Jepang melakukan hal yang sama meskipun mereka termasuk yang paling maju dalam hal Teknologi ( bagian otak kiri ) tohtetap saja mereka mengekspor rasa Jepang dan Korea melalui restorannya dan masakannya keseantero jagad. Sushi dan Sashimie dan kimhcie sudah merambah kemana-mana. Kita bahkan belum mempunyai strategi untuk itu.
Padahal jaman dulu kita di jajah Belanda karena rempah-rempah yang tidak tumbuh di Eropa yaitu cengkeh, lada, dan tanam yang hanya tumbuh di Indonesia yaitu Pala. Bilamelihat dari sejarah, kekayaan rempah dan aneka ragam masakan Indonesia seharusnya kita yang menjadi juara dan lebih terkenal ketimbang Thailan, Jepang atau Korea. Persoalannya,sudahkah kita menomor satukan Kuliner kita, sebetulnya kecintaan terhadap negri ini dan segenap budayanya termasuk Kuliner bisa dimulai dari rumah.
Saya selalu menyediakan masakan Indonesia setiap hari dari mulai sarapan, makan siang, makan malam hingga cemilannya, meski saya tinggal di Jakarta hingga hari ini setiap hari rumah saya selalu ada Empek-Empek dikulkas. Dan anak-anakku sangat menyukainya dari mulai Pindang, sampai Empek-Empek Lenggang dan mereka tahu cerita dari makanan tersebut.
Pekerjaan saya membuat saya sering berkeliling Indonesia dan sebagai oleh oleh saya selalu membawa makanan khas daerah yang saya kunjungi. Jadi anak-anak sudah merasakan dari mulai sagu kasbit dari ambon hingga ayam tangkap dari Aceh.Sungguh tak ada Negara lain yang mampu mengalahkan Indonesia dalam keragaman dan kelezatan kulinernya. Jadi bila gerai-gerai waralaba dari luar Negeri perlahan-lahan mulai mengalahkan makanan kita, yang patut disalahkan adalah kita sendiri karena membiarkan anak-anak kita menyantap makanan cepat saji import yang dirumah saya termasuk makanan Haram. Saya hanya makan makanan cepat saji dalam keadaan darurat, selain itu tak pernah boleh ada dirumah saya. Sikap ini merupakan salah satu cara menujukkan kecintaan dan penghargaan saya terhadap Adi Rasa Indonesia.
Mudah-mudahan kita mampu menjadikan Kuliner kita Tuan dirumah kita sendiri, Siapa yang menentukan dan membentuk pola makan dan kesukaan anak kita tak lain dan tak bukan adalah Sang Ratu Rumah Tangga. Uji wong Plembang umaknyo budak budak, hebatnya peran kito dalam Miyaro Budayo.
Tulisan Irma Hutabarat terbit setiap Minggu di halaman Sharing and Psycology Tribun Sumsel. nantikan tulisan Irma berikutnya.