Dulu Pemuda Ini Jualan Kue Bareng Ibunya, Sekarang Kaya Raya
Usia yang masih relatif muda tak jadi penghalang bagi Mardho Tilla. Ia membangun bisnis kue khas Palembang.
Penulis: Arief Basuki Rohekan | Editor: Prawira Maulana
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Usia yang masih relatif muda tak jadi penghalang bagi Mardho Tilla. Ia membangun bisnis kue khas Palembang. Ia merintis usaha dari nol bersama ibunya.
Setelah menyelesaikan kuliah D3 Poltek Sriwijaya jurusan pariwisata dan perhotel pada 2013, Mardho lebih memilih berbisnis dari pada di kantoran yang penuh aturan.
Baca cerita khas tokoh Palembang lainnya:
• Mengenal Sosok H Halim, Orang Kaya di Sumsel Sering Dikunjungi Presiden dan Banyak Tokoh Nasional
• Mengenal Pilot Thamrin Group, Keluarga Kaya di Palembang dengan Segudang Lini Bisnis
• Mengenal Taipan Batubara Sumsel, Semula Ia Ditolak Dimana-mana
"Saya juga sebelum tamat sempat bekerja sebagai pekerja lepas di Hotel Aryduta yang hanya bekerja pada moment weeding party dan hanya 2 kali saya lakukan dengan penghasilan sekitar Rp 40 ribu. Tapi saya lihat, kerja seperti itu tidak bebas, rambut tidak boleh panjang dan sebagainya, dan mending ke bisnis saja," ujarnya.
Ia lalu berpikiran untuk menjadi pengusaha kuliner, mengikuti tren di kota Palembang selama ini sebagai kota tujuan pariwisata kuliner.
Ia melihat kudapan asli khas Palembang selama ini, mulai "kuno" sehingga tersingkirkan khususnya bagi kalangan muda-mudi.

"Kue Palembang sebenarnya kaya rasa, sejarah, dan keunikan dalam penyajian. Namun kudapan (kue) Palembang ini hampir punah apalagi sekarang masih jarang bisa ditemui.
Berawal dari situ, saya memiliki gagasan untuk melestarikannya, dengan membuatnya lebih modern lagi," tandasnya.
Berbekal modal Rp 5 juta dari tabungannya, iapun memberanikan diri untuk membuat beberapa item kue khas Palembang, seperti l Bluder, Kojo, Manan, dan Engka Ketan.
Usaha ini ia bangun bersama-sama ibunya yang memang jago memasak kue. Ibunya sebagai kepala koki.
"Kami jualnya juga tidak seperti biasa, tetapi melalui sistem on-line. Sebab, saat itu saya lihat, hanya dengan sistem promosi seperti itu yang bisa saya lakukan dan akan dapat respon positif dari calon pembeli.
Selain itu, kebetulan saya anak band, saya terkadang mempromosikan saat ada acara band indi di Palembang," ucapnya.
Ia juga sedikit teringat dengan pembeli pertama saat itu, yang memesan beberapa paket kue dari orang Palembang sendiri, dan dirinya merasa cukup puas jika hasil kerjanya bisa diakui dan dihargai orang lain.
"Puas dan senang dapat orderan pertama kali, namun saya lupa besaran pesannya. Namun dari sistem on line melalui instagram dan twiter tersebutlah, usaha saya mulai berkembang hingga sekarang," tuturnya.
Setelah berjalan beberapa bulan, perjalanan bisnis kudapan itu tidaklah mulus. Apalagi saat sepi "down" penjualan yang ada, dirinya sempat berpikiran untuk pindah haluan kebisnis lainnya.