Pilpres 2019
Cerita Adik Prabowo: Kalau Prabowo Haus Kekuasaan Sudah 14 Tahun Lalu di Pemerintahan, Tapi
Menurut Hashim, kembali majunya prabowo dalam Pemilu presiden 2019, bukan karena haus kekuasaan
Cerita Adik Prabowo: Kalau Prabowo Haus Kekuasaan Sudah 14 Tahun Lalu di Pemerintahan, Tapi
TRIBUNSUMSEL.COM - Direktur Media dan Komunikasi Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi.
Hashim Djojohadikusumo menyambangi redaksi Tribunnews.com, di Palmerah Selatan, Jakarta Pusat, Rabu, (18/10/2018).
Ditemani wakil direktur Budi Purnomo Karjodiharjo, Hashim memaparkan mengenai pencalonan kakaknya, Prabowo Subianto sebagai Presiden.
Baca: Deddy Corbuzier Tanyakan Hukum Menonton Acara Alay ke Gus Miftah, Jawabannya Simpel
Menurut Hashim, kembali majunya prabowo dalam Pemilu presiden 2019, bukan karena haus kekuasaan.
Menurutnya, bila Prabowo haus kekuasaan maka Gerindra sudah ada di pemerintah sejak 9 tahun lalu di era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Baca: Sepanjang 2018, Ini Rentetan Kasus Ahmad Dhani, 2 Kasus Sudah Berstatus Tersangka
"Prabowo dituding ngotot, haus kekuasaan, haus jabatan, itu persepsi ya. Kalau haus jabatan, Prabowo sudah di pemerintahan sejak 14 tahun lalu," jelasnya.
"Kalau haus jabatan sudah di pemerintahan sejak 9 tahun lalu. Kalau haus jabatan sudah masuk pemerintahan Jokowi. Kalau haus Jabatan sudah mau jadi calon wakil presiden Jokowi," kata Hashim.
Baca: 2019 Upah Minimum Provinsi (UMP) Naik 8 Persen, Menteri Sri Mulyani Beri Tanggapan Ini
Untuk diketahui, Pilpres 2019 merupakan Pemilu ketiga bagi Prabowo.

Pada Pemilu 2009, Prabowo menjadi Cawapres Megawati Soekarnoputri, namun kala itu Prabowo kalah oleh pasangan SBY-Boediono.
Lima tahun kemudian Prabowo menjadi Capres berpasangan dengan Hatta Rajasa. Prabowo kembali kalah, kini oleh pasangan Jokowi-JK.
Menurut Hashim, majunya kembali Prabowo bukan karena berkeras mengejar kekuasaan.
Melainkan karena peduli dengan kondisi Bangsa Indonesia.
Hashim mengatakan empat keluarganya gugur pada massa perjuangan kemerdekaan dulu.
"Kami merasa terpanggil untuk menyelamatkan Indonesia. Keluarga kami gugur untuk Republik. Paman kami gugur dibunuh dalam suatu pertempuran," terang dia.
"Mereka gugur bukan untuk jabatan, tapi untuk satu untuk cita cita Indonesia," katanya.