HUT TNI Ke 73
HUT TNI ke-73: Kisah TNI Memburu Kapten Westerling Si Pelanggar HAM Berat Pembantai Rakyat Sulawesi
Salah satu kisah yang mungkin sangat dikenang adalah bagaimana TNI menumpas kebiadan Raymond Pierre Paul Westerling
TRIBUNSUMSEL.COM-Hari ini 5 Oktober 2018, Tentara Nasional Indonesia (TNI) berusia ke-73 tahun.
Tak bisa dipungkiri jika peranan TNI dalam menjaga kedaulatan bangsa Indonesia sudah sangat teruji.
Salah satu kisah yang mungkin sangat dikenang adalah bagaimana TNI menumpas kebiadan Raymond Pierre Paul Westerling kepada warga Indonesia khususnya daerah Sulawesi Selatan.
Siapakah Raymond Pierre Paul Westerling?
Ia merupakan seorang komandan pasukan khusus Belanda, Depot Speciale Troepen (DST) yang melakukan pembantaian massal rakyat Indonesia di berbagai tempat di Sulawesi Selatan Desember 1946 - Februari 1947.
Kudeta yang dilakukan Westerling bersama APRA nya ialah mencoba menguasai Bandung dan menyerbu Jakarta pada 23 Januari 1950 namun gagal.
Gagal menguasai Bandung maka APRA mundur ke arah Cianjur.
Sial bagi mereka, Divisi Siliwangi sudah mencegat disana dan menghabisi para pembelot negara tersebut.
Tapi Westerling tidak ikut terbunuh dalam penghadangan itu.
Ia melarikan diri ke Jakarta bersama pengawal setianya Pim Colsom dan dua okum polisi Indonesia yang membelot membantu pelarian Westerling.
Pelarian Westerling menggunakan tiga buah mobil yang secara berkala ia tumpangi bergantian.
Westerling menjadi target utama TNI karena berbagai aksi biadab tanpa perikemanusiaannya.
"Intelijen kami mengidentifikasi mobil-mobil itu masing-masing berplat nomor wilayah Bandung dan Jakarta: D 1067, D 1373, B 16107" ujar Kolonel (purn) Mochamad Rivai yang ikut memburu Westerling.
Saat di Jakarta Westerling juga berpindah-pindah tempat untuk menghindari penciuman Intelijen Indonesia.
Bahkan disana ia sempat bertemu dengan pentolan APRA, Sultan Hamid II.