Berita Palembang
Saring Sebelum Sharing, Waspada Penyebaran Paham Radikalisme di Dunia Maya
Di tengah kondusifitas Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) sebagai daerah zero conflict atau tidak ada konflik antarsuku
Penulis: Agung Dwipayana | Editor: M. Syah Beni
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Di tengah kondusifitas Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) sebagai daerah zero conflict atau tidak ada konflik antarsuku, agama maupun ras, kekhawatiran akan perpecahan terutama akibat teror dan paham radikal masih berkecamuk.
Berbagai pihak, baik pemerintah, aparat penegak hukum dan keamanan, institusi maupun lembaga yang berwenang menangangi teror pun bergerilya mencegah paham radikal agar tidak terjadi lagi aksi teror di masa mendatang.
Baca: Link Pegumuman Hasil Tes PPDB SMA Negeri 6 Palembang, Cek Hasilnya di Sini
Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Teroris (FKPT) Sumsel, Dr. Feriansyah mengatakan, paham radikalisme dewasa ini disebarkan lewat dunia Maya dan menyasar kaum intelektual muda.
"Radikalisme menjadi benih perpecahan karena, khususnya di Sumsel yang merupakan daerah zero conflict," kata Feriansyah pada forum Literasi Digital Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Hotel Aryaduta, Kamis (5/7/2018).
Menurutnya, berdasarkan penelitian di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di kota Palembang, terdapat 55,5 persen mahasiswa sedang mendalami dan berpotensi menganut paham radikal.
Baca: Pegumuman Hasil Tes PPDB SMA Negeri 1 Palembang, Cek Linknya di Sini
Di berbagai daerah kabupaten dan kota lainnya di Sumsel, potensi serupa sangat mungkin twrajdk, meskipun belum ada penelitian khusus terkait paham radikal ini.
"Paham radikal berasal dari Internet dan tanpa disaring. Inilah yang akan diantisipasi dan harus diberi pemahaman agar masyarakat, terutama akademisi muda tidak tersesat," ucap Feriansyah.
Pada kesempatan sama, Inspektur Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Dr. Amrizal, MM, mengatakan, ancaman terorisme selalu ada khususnya di Sumsel.
Baca: Siapa Pemain SFC yang Dicoret di Paruh Musim ?, Manajemen : Bukan Hanya Performa di Lapangan
Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat, ditengarai menjadi salah satu penyebab begitu cepatnya oneyevarab paham radikal.
"Bagaimana tidak? Ada lebih dari 350 juta unit handphone di Indonesia. Penduduk dewasa kurang lebih 170 juta jiwa. Artinya rata-rata satu orang punya dua handphone. Jadi, penyebaran paham radikalisme lewat dunia Maya sangat cepat dan mudah," papar Amrizal.
Ia menduga adapihak yang sengaja menyebarkan berita hoaks, khususnya bernuansa radikal untuk meracuni pemikiran masyarakat.
Baca: Hari Ini Pengumunan PPDB SMA/SMK Dimulai, Cek Linknya di Sini
"Untuk menolak paham itu, harus ditanamkan paham kontraradikalisasi. Anda tahu, tidak ada agama yang mengajarkan umatnya untuk menebar ancaman dan membuat kerusakan," tegas Amrizal.
Mewakili Kepala BNPT, Komjen Suhardi Alius, Amrizal mengimbau semua pihak untuk menangkal paham radikal lewat dunia Maya dengan 3T, yakni tidak begitu saja melahap informasi yang diterima, tidak segera menyebarluaskan informasi sebelum bertanya dan tidak mudah terpancing emosi.
"Harus Senantiasa memverifikasi informasi dengan kampanye saring sebelum sharing dan tidak memproduksi, menyebarkan hoax dan informasi mengajak radikalisme serta terorisme," pintanya.