Terlalu Banyak Alat Peraga Kampanye Pemilih Bosan dan Eneg Serta Dipandang Tidak Percaya Diri
Para kandidat menawarkan program apa? Cocok tidak dengan kebutuhan warga? Jika cocok maka mereka akan memilihnya
Penulis: Arief Basuki Rohekan | Editor: Hartati
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG,-- Semaraknya suasana dan nuansa menjelang perhelatan pilkada Kota Palembang 2018, mendapat tanggapan positif dari pengamat politik Veri Muhlis Arifuzzaman.
Direktur Konsepindo Research & Consulting ini menyatakan daerah yang ramai dan bergeliat jelang pemilihan kepala daerah berarti mendapat perhatian dari rakyatnya.
Veri berkesempatan untuk menganalisis ramainya suasana pilkada Kota Palembang.
Dia menjelaskan bahwa atensi publik khususnya warga kota, yang adalah pemilih, menjadi penting agar tansaksi politik antara mereka dengan yang kandidat jadi jelas bentuknya.
"Para kandidat menawarkan program apa? Cocok tidak dengan kebutuhan warga? Jika cocok maka mereka akan memilihnya," ujarnya.
Pengamat politik yang merupakan alumni East West Center, Honolulu, Hawaii, USA ini menambahkan, ketika warga kota membincangkan program, mengujinya, mengkritiknya dan bahkan membantahnya akan membuat semua pihak khususnya stakeholders kota sadar dan melek politik.

"Dukungan pada kandidat tidak lagi berdasar pada apa yang diberikan baik barang atau uang, ini yang disebut vote buying dan dilarang, tetapi justru pada kebutuhan warga yang nyata. Program kerja dan solusi atas permasalahan akan menjadi pertimbangan pemilih dalam memutuskan kandidat yang pas untuk memimpin ke depan," ujarnya.
Saat ditanya soal dominasi alat peraga milik petahana yang memenuhi ruang publik khususnya di properti milik negara seperti kantor pemerintah, sekolah dan fasilitas umum lainnya, Veri menjelaskan itu sebagai tindakan kurang elok dan menunjukan ketidakpercayaan diri.
Menurutnya terlalu banyak alat kampanye dan mendominasi semua sektor malah akan membuat publik bosan, tidak suka dan eneg.
"Sesuatu kalau berlebihan akan tidak baik, seperti orang makan kebanyakan, bisa muntah," ungkap mantan konsultan politik Alex Noerdin pada Pilgub Sumsel 2013 ini.
Selain itu, kemenangan dalam Pilkada adanya faktor komunikasi politik dan kemampuan meyakinkan pemilih untuk memberi solusi atau membawa perubahan.
"Rakyat atau pemilih membutuhkan pemimpin yang mau melayani dan bekerja untuk kemajuan dan kesejahteraan mereka, itu yang utama," pungkasnya.