Ledakan di Masjid SMAN 72 Jakarta

Sosok Tetty Helena Tampubolon, Kepsek SMAN 72 Jakarta Diisukan Dicopot Imbas Ledakan Korban Bullying

Kepala SMAN 72 Jakarta, Tetty Helena Simbolon, disorot pasca insiden ledakan di sekolahnya, pasrah jika dicopot, bantah disebut abaikan terduga pelaku

|
Penulis: Aggi Suzatri | Editor: Kharisma Tri Saputra
Kompas.com/Dian Erika
KASUS LEDAKAN SEKOLAH- Kepala SMAN 72 Jakarta, Tetty Helena Simbolon, tengah jadi sorotan pasca terjadinya insiden ledakan di sekolahnya, pasca jika dicopot dari jabatan saat memberikan keterangan di Kantor Wali Kota Jakarta Utara, Sabtu (15/11/2025). 
Ringkasan Berita:
  • Kepala SMAN 72 Jakarta, Tetty Helena Simbolon pasrah jika dicopot dari jabatan
  • Helena membantah pihak sekolah disebut abai terhadap laporan terduga pelaku menjadi korban bully.
  • Sebelumnya,  siswa sekolah tersebut menjadi pelaku insiden ledakan SMAN 72 Jakarta

TRIBUNSUMSEL.COM - Kepala SMAN 72 Jakarta, Tetty Helena Simbolon, tengah jadi sorotan pasca terjadinya insiden ledakan di sekolahnya.

Diberitakan sebelumnya, ledakan di tiga titik lingkungan SMAN 72 Jakarta dilakukan oleh salah satu siswa sekolah tersebut diduga dipicu menjadi korban tindakan perundungan (bullying).

Akibat dari ledakan itu, sebanyak 54 orang terdiri dari siswa, guru dan staff, hingga penjaga kantin menjadi korban luka bakar pada Jumat (7/11/2025).

Baca juga: Dianggap Heroik Jika Berhasil, Pelaku Ledakan di SMAN 72 Jakarta Gabung Komunitas Konten Kekerasan

Beredar kabar jika Kepala SMAN 72 Jakarta, Tetty Helena Simbolon bakal dicopot dari jabatan usai insiden ledakan yang terjadi di sekolahnya.

Saat ditanya awak media terkait isu pencopotan itu, Tetty memasrahkan nasibnya sebagai Kepala Sekolah kepada Tuhan.

Bahkan, Tetty membantah pernah mengabaikan laporan dari siswa terduga pelaku ledakan terkait perundungan.

Sosok Tetty Helena Tampubolon

Data mengenai SMAN 72 Jakarta bisa dilihat di situs Sekolah Kita, sekolah.data.kemendikdasmen.go.id.

Dalam situs tersebut, tercatat nama Tetty Helena Tampubolon sebagai Kepala Sekolah SMAN 72 Jakarta.

Di sekolah tersebut, terdapat 40 guru. 

Sementara data siswa Laki-laki berjumlah 348 dan Perempuan sebanyak 436.

Tak banyak informasi soal Tetty di media sosial.

Namun, berdasarkan penelusuran Tribunnews, nama Tetty Helena Tampubolon memiliki akun Facebook.

Pada akun Facebook Tetty Helena Tampubolon, mempunyai pengikut lebih dari 2 ribu akun. 

Baca juga: Fakta Ledakan Masjid SMAN 72 Jakarta, Terduga Pelaku Rakit Bom Sendiri dan Aktifkan Pakai Remote

Akun tersebut, mencantumkan riwayat pendidikan Tetty Helena Tampubolon, yakni Universitas Kristen Indonesia Maluku dan SMAN 5 Sumur Batu 

Terbaru, akun Tetty Helena Tampubolon juga mengunggah foto yang menampilkan prestasi sejumlah siswa SMA.

Belum dikonfirmasi langsung, apakah akun Facebook tersebut, merupakan resmi milik Tetty Helena Tampubolon.

Pasrah Jika Dicopot

Kepala SMAN 72 Jakarta, Tetty Helena Simbolon, angkat bicara terkait isu yang beredar di masyarakat pasca-insiden ledakan di sekolahnya.

Adapun isu dirinya bakal dicopot dari jabatan usai insiden ledakan yang terjadi di sekolahnya pada Jumat (7/11/2025) lalu.

Saat ditanya awak media terkait isu pencopotan itu, Tetty menegaskan memilih tetap tenang dan berserah diri kepada Tuhan.

“Kita berserah sama Tuhan, karena kita sudah bikin yang terbaik di sekolah itu. Jadi, kalau ada ucapan-ucapan seperti itu, mudah-mudahan orangnya bertanggungjawab,” ucapnya, Senin (17/11/2025).

Dibandingkan memikirkan isu tersebut, Tetty menegaskan lebih memilih fokus pada pemulihan siswa pasca ledakan.

Baca juga: Pilu Isi Pesan LH Korban Luka Berat Ledakan SMAN 72 Jakarta Kini Dirawat di ICU, Tolong Ma Usut

Tetty menjelaskan, proses asesmen psikologis terhadap para siswa sampai saat ini masih terus dilakukan.

Proses asesmen ini dilakukan pihak sekolah bersama Dinas Kesehatan (Dinkes) hingga Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen).

Meski belum ada hasil resmi, namun ia mengungkap banyak siswa mulai menunjukkan kerinduan bersekolah.

“Kelihatan anak-anak sudah mulai rindu sama sekolah. Tapi kalau hasil pastinya, hasil (asesmen) resminya belum,” ujarnya.

Bantah Abaikan Laporan Terduga Pelaku

Selain itu, Tetty Helena juga membantah jika pihak sekolah disebut abai terhadap laporan terduga pelaku pelaku ledakan.

Tetty mengaku sudah meminta penjelasan dari para siswa soal dugaan perundungan terhadap pelaku. Namun, tak ada siswa yang mengetahui aksi perundungan itu.

"Ya, sepengakuan anak-anak itu, mereka tidak tahu sebenarnya anak ini (pelaku) di-bully atau tidak. Dan sampai saya tanyakan secara mendalam dan hati-hati banget, karena saya kepingin anak-anak berkata jujur," ujar Tetty kepada Kompas.com, Senin (17/11/2025).

Meski belum ditemukan bukti adanya perundungan, Tetty mengaku masih terus mendalami informasi ini untuk mendapatkan fakta yang lebih jelas.

"Nah, ini kan, tapi saya tetap sedang mendalami ya. Jadi artinya saya ingin keadilan itu ada," kata dia.

Isu kedua, soal pelaku pernah melapor ke guru Bimbingan Konseling (BK) pernah menjadi korban bully. Tetty mengaku sudah mengonfirmasi isu tersebut kepada pihak guru.

“Yang saya panggil memang satu, lalu saya minta tolong ke tiga guru BK lainnya, ‘siapa yang sudah dihubungi?’ Ternyata jawabannya, ‘Bu, kami enggak ada (laporan soal bully),’” ucap Tetty.

Sebelumnya, Eks Kepala Densus 88 Antiteror, Komjen Marthinus Hukom, mengungkapkan terduga pelaku ledakan di SMAN 72 Jakarta pernah melaporkan tindakan perundungan (bullying) kepada pihak sekolah, namun laporan tersebut diduga diabaikan. 

Temuan ini menjadi bagian dari rangkaian penyelidikan atas insiden yang melukai puluhan orang itu.

Marthinus menjelaskan, informasi tersebut diperoleh dari hasil pemeriksaan penyidik serta keterangan para siswa di sekolah. Laporan itu juga diperkuat oleh catatan pribadi terduga pelaku yang berstatus anak berkonflik dengan hukum (ABH).

“Itu kan dari hasil investigasi anak-anak penyidik di lapangan ya. Bahwa dia bersama temannya itu pernah lapor ke sekolah bahwa dia di-bully, tapi tidak ditanggapi,” kata Marthinus, Selasa (18/11/2025).

Menurut Marthinus, penyidik telah menelusuri cerita tersebut dengan meminta keterangan dari siswa lain serta membaca catatan yang ditulis ABH. 

Dalam buku itu, pelaku mengungkapkan rasa tidak berdayanya setelah laporan perundungan tidak digubris pihak sekolah.

“Bahkan dia kan sampai bilang bahwa, ‘Untuk apa percaya sama Tuhan, kita lapor kepada sekolah aja juga tidak ada keadilan,’ begitu,” ujar Marthinus.

Ia menilai pihak sekolah perlu bersikap terbuka dan jujur mengenai adanya perundungan di lingkungan siswa. Menurut dia, perundungan memiliki banyak bentuk dan tidak selalu tampak sebagai tindakan besar.

Sebagian artikel telah tayang di Kompas.com dan Tribunnews.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved