Berita Viral

Bertambah 2, Daftar Korban Tewas Ambruknya Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, Ada yang dari Bangka Belitung

Korban tewas bertambah dua dalam insiden ambruknya mushala Pondok Pesantren Al Khoziny Buduran Sidoarjo, Jatim. Total jadi 5 korban meninggal dunia

Penulis: Aggi Suzatri | Editor: Weni Wahyuny
surya.co.id
EVAKUASI KORBAN- Petugas gabungan dari Basarnas dan sejumlah pihak masih terus melakukan upaya evakuasi terhadap para korban bangunan roboh di kompleks Ponpes Al Khoziny Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (30/9/2025) malam. Korban tewas bertambah dua dalam insiden ambruknya mushala Pondok Pesantren Al Khoziny Buduran Sidoarjo, Jatim. Total jadi 5 korban meninggal dunia 

TRIBUNSUMSEL.COM - Korban tewas bertambah dua dalam insiden ambruknya musala Pondok Pesantren Al Khoziny Buduran Sidoarjo, Jawa Timur.

Bangunan tiga lantai di area asrama putra Ponpes Al Khoziny Sidoarjo ambruk dan menimpa para santri saat sedang melaksanakan shalat ashar sekitar pukul 15.00 WIB pada Senin (29/9/2025).

Melansir Surya.co.id, per Kamis (2/10/2025), tercatat 108 santri menjadi korban.

18 dievakuasi petugas dan lainnya evakuasi mandiri. Sementara 5 di antaranya dinyatakan meninggal dunia.

Baca juga: Santri Ikut Ngecor, Robohnya Musala Ponpes Al-Khoziny Sidoarjo Diduga Akibat Pengecoran Tanpa IMB

Mereka yang tewas, antara lain : 

1. Maulana Alfian Ibrahim (13), warga Kali Anyar Kulon, Surabaya.

2. Mochammad Mashudulhaq (14), warga Kali Kendal, Dukuh Pakis, Surabaya.

3. Muhammad Soleh (22), warga Bangka Belitung

4. Rafi Catur Okta Mulya Pamungkas (17), warga Putat Jaya, Surabaya.

5. Mochammad Agus Ubaidillah (14), warga Kelurahan Morokrembangan, Kecamatan Krembangan, Kota Surabaya

Identifikasi terhadap para korban dilakukan berdasarkan data sekunder medis visual serta properti barang milik korban. 

Selain itu, identifikasi juga dilakukan dengan metode primer berupa sidik jari dan gigi, diperkuat dengan data medis serta barang milik korban. 

Biddokkes Polda Jatim menyediakan tiga Posko Disaster Victim Identification (DVI) selama berlangsungnya operasi pencarian korban runtuhnya bangunan di Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur.

Kasubbid Dokpol Biddokkes Polda Jatim AKBP dr Adam Bimantoro SpAn FCC MBiomed, mengatakan Posko Ante-Mortem ditempatkan di kampus putri area ponpes, Post-Mortem di RSUD Sidoarjo dan RSI Siti Hajar Sidoarjo sejak Senin (29/9/2025).

Disebutnya, Posko Ante-mortem berfungsi mengumpulkan data dari keluarga yang merasa kehilangan beberapa kerabatnya karena suatu kejadian bencana.

Baca juga: Nasib Pilu Santri Terjebak Runtuhan Ponpes Al Khoziny, Lengan Diamputasi Agar Bisa Diselamatkan 

Data yang dikumpulkan petugas meliputi identitas pribadi, ciri-ciri fisik, termasuk foto terbaru korban. 

Data tersebut nantinya akan dicocokkan dengan hasil pemeriksaan medis dari Posko Post-Mortem.

Sebagaimana diketahui, berdasarkan analisa tim SAR gabungan, penyebab ambruknya bangunan mushala Ponpes Al Khoziny adalah kegagalan konstruksi akibat ketidakmampuan menahan beban dari kapasitas seharusnya.

Puluhan santri diperkirakan masih terjebak di dalam reruntuhan bangunan. Hari ini telah memasuki masa golden time atau 3x24 jam.

“Golden time akan berakhir sore hari. Terkait keputusannya seperti apa, nanti akan dirapatkan lagi,” kata Direktur Operasi Basarnas Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo, Rabu (1/10/2025).

 Penyebab Ambruk

Pihak Basarnas akhirnya menguak alasan tidak menggunakan alat berat dalam proses evakuasi korban runtuhnya bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo

Menurut Basarnas, penggunaan crane atau ekskavator justru berisiko memperparah kondisi korban yang masih terjebak di reruntuhan. 

Dalam penjelasan salah satu anggota Basarnas melalui akun TikTok @egaprasutia, bangunan pesantren itu mengalami pola keruntuhan pancake. 

“Bangunan pesantren ini mengalami pola keruntuhan pancake, di mana material satu menimpa material lain dan memiliki stabilitas yang sangat rendah. Karena itu dibutuhkan shoring atau penopang untuk menstabilkan material sebelum evakuasi,” jelasnya melansir dari Surya.co.id, Rabu (1/10/2025)

Ia menambahkan, penggunaan alat berat bisa memicu keruntuhan susulan. 

“Jika material langsung dipindahkan, dikhawatirkan memicu keruntuhan lanjutan yang memperparah kondisi korban. Evakuasi dilakukan dengan sistem bergantian menggunakan peralatan khusus, dengan penuh pertimbangan keselamatan korban maupun petugas,” lanjutnya. 

Hal senada diungkap Kepala Basarnas, Marsekal Madya Mohammad Syafii. 

Basarnas menegaskan tidak ada alat berat yang boleh diturunkan dalam tahap awal pencarian. 

“Untuk menyelamatkan korban dalam kondisi selamat, penggunaan alat berat belum dimungkinkan lantaran potensi getaran yang dapat mengubah struktur bangunan,” ujarnya, Selasa (30/9/2025). 

Syafii menyadari, keputusan ini tidak mudah. Di tengah tekanan waktu dan harapan keluarga, crane atau ekskavator tampak sebagai cara tercepat. 

Namun, kata dia, Basarnas memilih cara yang lebih rumit, yakni menyusuri celah sempit, memindahkan beton dengan tangan, dan mengangkat reruntuhan secara hati-hati. 

“Prinsip kami, sekecil apa pun peluang menemukan korban selamat, harus diutamakan,” tegasnya. 

Hingga kini, tim gabungan Basarnas, TNI, Polri, dan relawan terus berupaya melakukan evakuasi. 

Mereka bekerja dalam kondisi minim cahaya dan ruang gerak, dengan tubuh penuh debu dan keringat. 

Meski begitu, semangat mereka tidak padam. 

Tekadnya sama, yakni membawa pulang korban, baik dalam kondisi selamat maupun tidak, kepada keluarga yang menunggu dengan harap cemas. 

Syafii menegaskan, operasi penyelamatan bukan hanya persoalan teknis. 

“Selama ada harapan, sekecil apa pun, kami akan terus berusaha,” ujarnya.

(*)

Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News  

Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved