Berita Viral

Viral Anggota Baru Pecinta Alam di Bitung Sulut Alami Kekerasan saat Orientasi, Berlutut & Ditendang

video diduga sejumlah siswa dari komunitas pecinta alam Kota Bitung, Sulawesi Utara melakukan kekerasan terhadap anggota barunya, korban ditendang

Penulis: Aggi Suzatri | Editor: Weni Wahyuny
IG/FAKTA.INDO
KEKERASAN ANGGOTA BARU - video diduga sejumlah siswa dari komunitas pecinta alam Kota Bitung, Sulawesi Utara melakukan kekerasan terhadap anggota barunya, korban ditendang 

TRIBUNSUMSEL.COM - Viral di media sosial sebuah video memperlihatkan diduga sejumlah siswa dari komunitas pecinta alam Kota Bitung, Sulawesi Utara melakukan kekerasan terhadap anggota barunya.

Video ini diunggah oleh akun Instagram @fakta.indo pada Rabu (1/10/2025) siang.

Video berdurasi 15 detik itu, korban tampak hanya mengenakan topi dan slayer biru duduk berlutut mendapatkan kekerasan fisik secara bergilir.

Baca juga: Heboh Diduga Mahasiswa Baru Unsri Disuruh Cium Teman Saat Kegiatan Kampus, Video Viral di Instagram

al di media sosial sebuah video memperlihatkan diduga sejumlah siswa dari komunitas pe
KEKERASAN OSPEK- Viral di media sosial sebuah video memperlihatkan diduga sejumlah siswa dari komunitas pecinta alam Kota Bitung, Sulawesi Utara melakukan kekerasan terhadap anggota barunya.

Kejadian itu berlangsung diduga selama kegiatan orientasi anggota baru komunitas pecinta alam Kota Bitung, Sulawesi Utara.

Tampak seorang wanita diduga senior menarik hingga memukul wajah para anggota baru berulang kali.

Tak sampai situ, tendangan pun mendarat ke arah dada juga diterima oleh para anggota baru itu, hingga tubuh mereka penuh luka dan memar.
 
Pada narasi video dijelaskan, baju korban turut dilucuti kemudian dipaksa berlutut.

Kemudian, ada pula seorang wanita anggota baru turut menjadi korban dipukul senior laki-laki.

Sedikit Informasi, Ospek merupakan kependekan dari Orientasi Studi dan Pengenalan sekolah atau komunitas, adalah kegiatan pengenalan lingkungan dan sistem perguruan tinggi bagi anggota baru.

Tujuannya adalah membantu maba beradaptasi, memahami budaya kampus atau kampus, serta membentuk tim dan solidaritas. 

Saat ini, istilah ospek telah diganti menjadi Pengenalan Kehidupan sekolah bagi siswa Baru (PKKMB) dan lebih menekankan kegiatan edukatif seperti seminar dan pelatihan, berbeda dari praktik perploncoan yang dulu sering terjadi. 

Dilaporkan Orang Tua Korban

Dari informasi yang dihimpun, salah satu orang tua korban, telah melaporkan kejadian ini ke polisi setelah putranya, AA, pulang dengan wajah penuh lebam, dan bibir pecah. 

Awalnya, korban meminta izin kepada orang tuanya untuk mengikuti kegiatan pendakian gunung.

AA awalnya berdalih cedera akibat gigitan tawon, hingga Nurdiana mengetahui kebenaran setelah melihat video yang direkam anaknya sendiri.

Kapolres Bitung, AKBP Albert Zai mengkonfirmasi terkait viralnya aksi kekerasan dalam komunitas pecinta alam Bitung.

Albert mengungkapkan kegiatan itu diikutsertakan oleh enam anggota baru.

Baca juga: Kini Muncul, Himateta Unsri Ungkap Kronologi Suruh Maba Saling Cium Kening, Beribu Minta Maaf

Adapun kegiatan orientasi ini dilakukan oleh komunikasi salah satu SMA di Kota Bitung.

"Ada enam orang dalam kegiatan pendidikan dasar tersebut, namun sampai saat ini baru satu orang tua yang melaporkan kepada kita di Polres Bitung pada tanggal 1 Oktober kemarin," kata Albert, dilansir dari tayangan tvOneNews, Kamis, (2/10/2025).

Pihaknya akan memeriksa lima anggota baru yang turut menjadi korban dalam aksi kekerasan tersebut.

"Kita akan tetap melakukan pemeriksaan terhadap lima orang pelajar lainnya yang ada di SMA selevel yang ada di Kota Bitung," terangnya.

Kegiatan orientasi itu terjadi pada 26-28 September 2025, dalam rangka pendidikan dasar.

Ketika selesai melaksanakan pengenalan pendidikan dasar dan pelatihan, diduga senior melakukan kegiatan "tradisi" melatih fisik.

"Jadi mereka merekrut pelajar baru dengan tujuan memberikan pelatihan dasar baik itu peta kompas, berpifak, dan bertahan di alam bebas, pada kegiatan ini ada semacam tradisi yaitu pemberian syal ketika pelatihan itu selesai dilatih," ungkap Albert.

Hingga orang tua menemukan kondisi tubuh sang anak mengalami luka bengkak dan lebam akibat kegiatan tersebut.

"Hanya saja ketika saat pengakhiran dari kegiatan pelatihan ini, ada kegiatan-kegiatan yang sifatnya kekerasan baik itu menampar wajah, kemudian ada yang menendang tubuh, dan ini yang menjadi masalah ketika pelajar ini pulang ada temuan bagi orang tuanya," sambungnya.

Albert menyebut kegiatan kekerasan itu disebut sudah menjadi tradisi yang berlangsung sejak lama.

"Dari hasil investigasi kita rupanya kegiatan ini sudah berlangsung dari tahun 2018, jadi sudah ada 5 angkatan yang direkrut, namun tidak semua melakukan pemukulan, ada yang hanya menyalam, tapi ada juga beberapa yang melakukan penamparan," katanya.

Kegiatan itu juga merupakan kegiatan dari luar sekolah.

"Kita tidak minta keterangan (sekolah), karena ini kegiatan di luar sekolah, ini murni hanya kegiatan himpunan kelompok saja, jadi tidak ada kaitannya dengan sekolah," ujar Albert.

Saat ini, pihak kepolisian telah melakukan pemeriksaan terhadap terduga pelaku yang terlibat dalam video tersebut.

"Ini kita akan proses dan akan dilakukan gelar perkara untuk menentukan perbuatan mereka dan posisi mereka menjadi terlapor atau tersangka nantinya," 

"Kita akan terapkan Undang-undang perlindungan anak undang-undang nomor 23 tahun 2002, kemungkinan akan diterapkan pasal 80 ayat 1 yaitu pasal penganiayaan," tandasnya.

(*)

Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News  

Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved