Berita Viral

Dihujani Tuduhan, Yai Mim Eks Dosen UIN Malang Justru Tuai Pujian dari Gubernur Jabar Dedi Mulyadi

Imam Muslimin, atau yang akrab disapa Yai Mim, mantan dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, belakangan

Editor: Moch Krisna
Tangkapan Layar Youtube Dedi Mulyadi
PERTEMUAN : Yai Mim bertemu dengan gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, Selasa (1/10/2025). 

TRIBUNSUMSEL.COM -- Imam Muslimin, atau yang akrab disapa Yai Mim, mantan dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, belakangan menjadi sorotan publik. 

Perhatian ini muncul setelah beredarnya sejumlah video yang memperlihatkan dirinya terlibat konflik dengan tetangganya, Nurul Sahara.

Perseteruan tersebut memunculkan berbagai tuduhan terhadap Yai Mim, mulai dari pemblokiran akses jalan, pencemaran nama baik, provokasi, hingga dugaan pelecehan.

Meski awalnya dihujani opini negatif di media sosial, situasi berbalik arah. Banyak warganet justru menunjukkan empati dan dukungan kepada Yai Mim. Bahkan, sejumlah tokoh publik turut angkat bicara, termasuk Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.

Dalam sebuah pertemuan yang dibagikan melalui akun Instagram pribadinya, Dedi Mulyadi mengungkapkan kekagumannya terhadap cara berpikir Yai Mim, khususnya dalam membahas konsep tasawuf dan tafsir musyarokah.

Tasawuf sendiri merupakan ajaran Islam yang menekankan pada pembersihan hati dan kedekatan spiritual dengan Allah SWT. Dalam percakapan tersebut, Yai Mim menyampaikan tafsir unik mengenai musyarokah, yang ia kaitkan dengan hubungan harmonis antara manusia dan alam.

 

CEKCOK DENGAN TETANGGA - Eks Dosen UIN Malang, Yai Mim memberikan klarifikasinya terkait berbagai tuduhan dari Sahara yang mengarah kepadanya.
CEKCOK DENGAN TETANGGA - Eks Dosen UIN Malang, Yai Mim memberikan klarifikasinya terkait berbagai tuduhan dari Sahara yang mengarah kepadanya. (Tangkapan layar YouTube Denny Sumargo dan TikTok Sahara)

 

Menurutnya, istilah "musyrik" yang kerap dimaknai negatif justru memiliki makna filosofis yang mendalam jika ditinjau dari sudut pandang kebersamaan.

“Kang Dedi, itu ajarannya kan yang musyrik-musyrik. Saya justru kalau ada pohon besar, orang-orang saya ajak musyrik dulu. Untuk apa? Untuk musyarokah, artinya kerja sama,” ujar Yai Mim dalam video yang diunggah pada Rabu (1/10/2025) melansir dari Kompas.com.

Ia menjelaskan bahwa tindakan menjaga dan merawat ciptaan Allah, seperti pohon, merupakan bentuk musyarokah yang mengarah pada kedekatan dengan Sang Pencipta.

“Musyrik itu apa? Memelihara sesuatu. Misalnya pohon besar, kita pelihara, kita jaga, kita beri agar dia mengeluarkan oksigen. Pohon memberi perlindungan pada kita. Itu namanya musyarokah. Syirik, musyarokah menuju Allah,” tambahnya.
Dedi Mulyadi menyambut baik penjelasan tersebut dan menyebutnya sebagai tafsir yang menarik serta memperluas wawasan.

“Waduh, ini Pak Yai malah nge-fans sama berandalan kayak saya. Tafsir musyarokah-nya keren banget. Semoga menambah wawasan netizen sekalian,” tulis Dedi dalam unggahannya.

Ia juga menambahkan bahwa istilah musyarokah memiliki akar yang sama dengan kata "masyarakat", yang mencerminkan semangat kebersamaan antara manusia dan alam, baik yang kasat mata maupun yang tidak.

“Betapa kita hidup dalam komunitas manusia dan komunitas alam, baik yang kasat mata maupun tidak kasat mata. Duh, pagi-pagi malah kuliah shorof dan ma’ani,” pungkasnya.

Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved