Berita Viral

Sosok H Guru Injak Tubuh Siswa Hingga Sekolah Digeruduk Warga Ngaku Ada Setan Lewat, Kini Dicopot

Mengenal sosok H, guru SMA Negeri Cepogo, Boyolali, yang sempat menginjak tiga siswanya di kelas mengaku ada setan lewat.

Suryamalang.com
GURU INJAK SISWA - Potret depan sekolah SMA Negeri Cepogo Boyolali. Viral guru injak siswanya karena tertidur di kelas. 

TRIBUNSUMSEL.COM - Mengenal sosok H, guru SMA Negeri Cepogo, Boyolali, yang sempat menginjak tiga siswanya di kelas mengaku ada setan lewat.

H merupakan guru Matematika.

H tak punya rekam jejak melakukan kekerasan terhadap siswa sebelumnya.

Ia bahkan dikenal sebagai pribadi yang santun dan tak pernah marah. Pihak sekolah pun tak pernah melihat H kehilangan kesabaran menghadapi muridnya.

"Malah saya dulu kira beliau guru agama. Nesu (marah) itu saya belum pernah lihat. Waktu kejadian itu katanya sambil bercanda," kata Plt Kepala SMA Negeri Cepogo, Djoko Heriyanto, kepada TribunSolo.com, Minggu (14/9/2025).

GERUDUK SEKOLAH - Suasana SMA Negeri Cepogo saat digeruduk warga Dukuh Sengon, Desa Mliwis, Kecamatan Cepogo, Boyolali. Warga tidak terima karena salah satu warganya yang masih siswa di SMA Negeri Cepogo menjadi korban dugaan tindakan kekerasan oleh guru pada akhir Agustus lalu. Insiden tersebut melibatkan tiga siswa yang tertidur tengkurap saat jam pelajaran, dan salah satunya mengaku telah diinjak oleh guru berinisial H.
GERUDUK SEKOLAH - Suasana SMA Negeri Cepogo saat digeruduk warga Dukuh Sengon, Desa Mliwis, Kecamatan Cepogo, Boyolali. Warga tidak terima karena salah satu warganya yang masih siswa di SMA Negeri Cepogo menjadi korban dugaan tindakan kekerasan oleh guru pada akhir Agustus lalu. Insiden tersebut melibatkan tiga siswa yang tertidur tengkurap saat jam pelajaran, dan salah satunya mengaku telah diinjak oleh guru berinisial H. (TribunSolo.com/Tri Widodo)

Djoko pun menegaskan, tindakan H murni kesalahan pribadi dan sama sekali tak ada hubungannya dengan kebijakan sekolah.

"Memang tak ada SOP (Standar Operasional Prosedur) khusus untuk membangunkan siswa yang tidur di kelas."

"Tapi sekolah sudah menetapkan SOP anti-bullying dan anti-kekerasan. Tindakan menginjak siswa itu jelas tak dibenarkan," ungkap Djoko.

Baca juga: Guru Injak Siswa SMA di Boyolali Gegara Tidur di Kelas, Warga Geruduk Sekolah, Korban Anak Yatim 

Djoko menuturkan, sebelum menginjak tiga siswa yang tidur di kelas, H sempat melontarkan kalimat yang dinilai bercanda.

"Yo cah yo di idak-idak gen mari kesel e (Ya anak-anak ya, diinjak biar sembuh capeknya)," ucapan H yang ditirukan Djoko.

Dicopot

Usai gaduh tindakan kekerasan yang dilakukannya, H kini tidak lagi mengajar di SMA Negeri Cepogo.

Guru Matematika itu resmi dikembalikan ke Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah.

"Guru tersebut statusnya saat ini tidak lagi mengajar di sini," ungkap Djoko kepada TribunSolo.com, Senin (15/9/2025).

Keputusan ini diambil setelah puluhan warga Desa Mliwis mendatangi sekolah beberapa hari pascakejadian.

Mereka menuntut agar H dikeluarkan dari sekolah karena dianggap melakukan tindakan yang tak pantas terhadap siswanya.

Selain dikeluarkan dari SMA Negeri Cepogo, H kini harus bersiap menghadapi masalah hukum.

Sebab, wali murid tetap membawa kasus tersebut ke ranah hukum dengan membuat laporan resmi ke Polsek Cepogo.

Polisi pun telah memeriksa sedikitnya enam saksi, termasuk H yang diduga menginjak tiga siswanya.

"Kami sudah melakukan langkah-langkah lidik (penyelidikan)," kata Kapolsek Cepogo, AKP Agung Setiawan, Senin.

Pengakuan Guru

H, guru SMA Negeri Cepogo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, mengaku tak sadar menginjak siswa yang tidur di kelas.

Pengakuan H yang tak sadar melakukan tindakannya itu diungkapkan kerabat korban, Nanang Wiyono.

Nanang mengaku terkejut dengan pengakuan H yang menyatakan tidak sadar atas tindakannya.

"(Guru H) bilangnya, 'ga tahu ada setan lewat apa kok saya bisa melakukan seperti itu'. Intinya merasa keliru dan bersalah,” ujar Nanang menirukan ucapan H saat ditemui TribunSolo.com, Rabu (24/9/2025).

Menurut Nanang, pernyataan guru H saat ditemui di sekolah sesuai dengan cerita yang disampaikan oleh siswa.

"(Jawaban) guru (guru H) yang di sekolah sama persis yang diceritakan siswa," tandasnya.

"Gurunya itu intinya minta maaf, merasa keliru dan bersalah," sambungnya.

Kronologi

Adapun peristiwa itu terjadi pada Rabu 27 Agustus 2025.

Saat itu, tiga siswa kedapatan tidur tengkurap di lantai kelas.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala SMA Negeri Cepogo, Djoko Heriyanto, membenarkan adanya dugaan kekerasan tersebut.

Ia menyampaikan permohonan maaf atas insiden yang terjadi dan menegaskan bahwa tindakan guru tersebut tidak sesuai dengan kebijakan sekolah.

Djoko menjelaskan, peristiwa itu terjadi pada Rabu, 27 Agustus 2025.

Saat itu, tiga siswa ditemukan tidur tengkurap di lantai kelas.

Ketika dibangunkan, mereka tidak segera merespons.

Guru yang bersangkutan kemudian mendekati mereka dan berjalan sambil menginjak tubuh ketiga siswa.

Djoko mengira masalah telah selesai setelah kunjungan dan kehadiran siswa kembali ke sekolah, yang berjarak kurang lebih 40 kilometer atau 1 jam berkendara dari kota Solo tersebut.

Namun, beberapa hari kemudian, warga menyampaikan keinginan untuk bertemu pihak sekolah.

Pertemuan pun dilakukan.

Dalam pertemuan tersebut, warga meminta agar sekolah mengambil sikap tegas.

Warga Geruduk Sekolah

Kini amarah warga Dukuh Sengon, Desa Mliwis, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali pecah setelah mendengar kabar memilukan, seorang siswa yatim diinjak gurunya sendiri hanya karena tertidur di kelas. 

Bagi mereka, luka itu bukan sekadar sakit fisik, tapi juga merobek rasa keadilan di lingkungan sekolah.

“Langsung saya tanya, kenopo kok ra gelem maem (kenapa kok tidak mau makan). Terus dia (siswa) bilang habis diinjak gurunya,” ungkap Nanang Wiyono, kerabat korban, kepada TribunSolo, Rabu (24/9/2025).

Hal ini diungkap Nanang saat menceritakan awal mula peristiwa yang membuat puluhan warga berbondong-bondong menggeruduk SMA Negeri Cepogo.

Nanang mengaku awalnya curiga saat melihat keponakannya murung di sebuah acara pernikahan warga.

Bukan hanya diam, sang siswa juga enggan menyentuh makanan yang tersaji.

Desakan hati membuatnya bertanya, hingga akhirnya kebenaran terbuka: sang siswa mengaku baru saja diinjak oleh gurunya yang berinisial H.

Tak percaya begitu saja, Nanang segera membawa korban ke RSUD Pandan Arang Boyolali untuk diperiksa.

Namun, kabar itu keburu menyebar, memantik solidaritas warga.

“Awalnya, niat kami hanya klarifikasi. Tapi karena rasa kebersamaan besar, tanpa koordinasi pun puluhan warga ikut datang ke sekolah,” jelasnya.

Yang membuat warga kian terpukul, korban ternyata seorang anak yatim.

“Apalagi dia yatim, jadi warga merasa punya tanggung jawab untuk ikut membela,” imbuh Nanang.

Menurutnya, apapun alasannya, kekerasan tidak boleh terjadi di sekolah.

“Harapannya saya, apapun alasannya di sekolah jangan sampai ada hal-hal yang sifatnya seperti itu (kekerasan). Kalau ada anak melakukan sesuatu yang nggak benar, tolong negurnya jangan seperti itu,” tegasnya.

Kini, warga bersama keluarga korban menanti perkembangan kasus tersebut.

Namun satu hal pasti, mereka ingin memastikan agar kejadian serupa tidak terulang.

“Sedangkan hal-hal nanti seperti apa, nanti nunggu perkembangan ya,” pungkas Nanang.

Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News  

Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved