Seputar Islam

Sejarah dan Profil Masjid Raya Sheikh Zayed di Kota Solo Jawa Tengah, Tampung 10 Ribu Jemaah

Masjid Raya Sheikh Zayed dibangun dari hibah dari Presiden Uni Emirat Arab (UEA) kepada Indonesia.  Dana pembangunannya sepenuhnya dari UEA.

Penulis: Lisma Noviani | Editor: Lisma Noviani
tribunsumsel/lisma
PROFIL MASJID -- Berikut sejarah dan profil Masjid Raya Sheikh Zayed di Kota Solo Profil Jawa Tengah. 

TRIBUNSUMSEL.COM -- Bila Anda umat muslim berkunjung ke kota Solo atau kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah, jangan lupa untuk singgah dan sholat di Masjid Raya Sheikh Zayed. 

Masjid yang dibangun tahun 2021 dan diresmikan pada 14 November 2022 ini insya Allah membuat kita semua kagum dengan kemegahan dan keindahannya.

Masjid ini terletak tepatnya di Jl. A. Yani No.121, Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Tidak sulit untuk menjangkaunya. 

Bagaimana sejarah dan seperti apa profil masjid ini? Berikut Tribun Sumsel mencoba merangkumnya dari berbagai sumber.

Masjid Raya Sheikh Zayed dibangun dari hibah atau hadiah dari Presiden Uni Emirat Arab (UEA) kepada Indonesia.  Dana pembangunannya sepenuhnya dari UEA.

UEA dan Indonesia bersahabat baik. Presiden RI Joko Widodo memiliki hubungan dekat dengan mantan Presiden Syekh Zayed (Almarhum) dan Presiden Mohamed bin Zayed.

Masjid ini merupakan replika dari Sheikh Zayed Grand Mosque yang berada di Abu Dhabi, UEA, sehingga desainnya dirancang mirip dengan aslinya.

Masjid Sheikh Zeyed dirancang mirip aslinya dengan empat menara menjulang, satu kubah utama, dikelilingi 81 kubah-kubah kecil, dan ornamen bangunan Timur Tengah.

Masjid ini menggunakan karpet bermotif batik serta tembok di dekat imam bertuliskan Asmaulhusna.

Yang membedakan masjid ini dan masjid aslinya yang terletak di Abu Dhabi adalah ukurannya yang lebih kecil, dengan luas hanya 2,7 ha (27.000 m2) atau hanya sekitar 22,5 persen dari lahan masjid aslinya yang seluas 12 ha (120.000 m2).

Bentuk dasarnya masih mengikuti masjid aslinya, yang masih kental dengan gaya arsitektur Maroko, Asia Selatan, dan Timur Tengah, dengan ukurannya yang lebih kecil.

 Di samping ukuran masjidnya yang kecil, yang menjadi ciri khas dari masjid ini dibandingkan dengan masjid aslinya adalah adaptasi motif-motif batik ke tiap-tiap komponen bangunan.

Ada motif kawung, kembang, dan bokor kencono dan lain-lain. Dengan luasnya itu, masjid ini diklaim mampu menampung 10.000 jemaah, di lantai atas, lantai bawah dan dan di areal selasar luar yang lebih luas.

Masjid Sheikh Jayed Solo terlihat megah dan indah. Pengalaman Tribun, ketika anda masuk ke dalam masjid, Anda seperti berada dalam bangunan yang patut dijelajahi di setiap sudutnya.

Kita dibuat penasaran dengan arsitektur dan tampilan ruangan yang penuh makna.

Ketika memasuki masjid, kita akan diarahkan oleh petugas yang siap melayani. Antara jemaah laki-laki dan perempuan dipisahkan.

Demikian juga tempat wudhu terpisah antara pria dan wanita, begitu elit dan luas. 

Di bagian lain Anda juga akan melihat terdapat ruang perpustakaan dan bagian lainnya yang tertata rapi. 

Sejarah Lahan Masjid

Dikutip  dari wikipedia, sebelum menjadi masjid, lokasi tempat masjid ini berdiri dahulu merupakan bekas depot minyak Pertamina Gilingan.

 Seiring bertumbuhnya Kota Surakarta, depot minyak Gilingan menjadi semakin tidak efektif untuk distribusi BBM karena berlokasi di tengah-tengah permukiman. Akibatnya, rencana distribusi minyak menggunakan jaringan perpipaan ke depo ini menjadi gagal karena persoalan biaya. 

Depot minyak ini ditutup pada tahun 2008 karena beroperasinya depot baru di Boyolali. Pada tahun 2012, Pertamina merencanakan membangun hotel dan gedung pameran serta kawasan wisata kuliner di atas lahan depot minyak tersebut, tetapi akhirnya gagal terencana. Sebagian kecil dari lahan eks-depot minyak tersebut akhirnya dijadikan stasiun pengisian bahan bakar.

Pada tanggal 12 Januari 2023 telah disepakati  pengelolaan bersama Masjid Raya Sheikh Zayed Solo. Kesepakatan ini ditandatangani Dirjen Bimas Islam Kemenag, Kamaruddin Amin dan Rektor Universitas Muhammad Bin Zayed PEA, Khaled Salem Al-Yabhouni Al-Dhahrei, di Solo.

Dikutip dari laman kemenag.go.id,  ditandatangani juga MoU tentang pembangunan Solo Culture Center atau Islamic Center yang terintegrasi dengan Masjid Raya Sheikh Zayed. 

Masjid Raya Sheikh Zayed Solo diproyeksikan menjadi contoh tata kelola masjid yang profesional bagi masjid-masjid lain di seluruh Indonesia. 
Hadirnya Masjid Raya Syeikh Zayed Solo diharapkan menjadi prototipe masjid yang dikelola secara profesional, baik idarah (manajemen), imarah (memakmurkan), dan riayah-nya (pemeliharaan).

Demikian sejarah dan Profil Masjid Raya Sheikh Zayed di Kota Solo Jawa Tengah, Tampung 10 Ribu Jemaah, semoga bermanfaat. (lis/berbagai sumber)

Baca juga: Doa Pembuka Pidato Rabbana Atina Min Ladunka Rahmatan dan Robbish Rohli Sodri, Tulisan Arab & Arti

Baca juga: Doa Mohon Diberi Rahmat & Petunjuk Rabbana Atina Minladunka Rahmatan Wahayyi Lana Min Amrina Rasyada

Baca juga: Maksud Ayat Alquran, Sesungguhnya Seburuk-buruknya Suara adalah Suara Keledai, Surat Luqman Ayat 19

Baca juga: Makna Hadits Janganlah Kalian Menjadikan Rumah-rumah Kalian Seperti Kuburan

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved