Bursah menegaskan bahwa metode perjuangan PGK terletak pada tiga pilar utama: kekuatan pemikiran (intelektual), jaringan, dan keberanian.
“Kami menyiapkan kader untuk membantu kepala daerah dalam perumusan sosial dan perubahan ekonomi. Pemimpin tidak boleh hilang keberanian dan tidak boleh kehilangan jaringan,” imbuhnya.
Dia juga memberikan motivasi kepada kader muda PGK Sumsel untuk tidak cepat mengeluh dan terus berjuang.
“Saya tidak menjanjikan apa-apa kepada kalian. Yang saya janjikan adalah masa depan Anda melalui pelatihan kepemimpinan. Asal Anda tahan banting, masa depan ada di tangan Anda. Banyak alumni kami yang kini menjadi wakil gubernur, anggota DPR, dan direktur,” paparnya.
Bursah Zarnubi berpesan agar kader muda tidak malu untuk turun ke grassroot dan membangun dari desa.
“Pemerintah saat ini perlu pengawalan dari anak-anak muda. Kita membangun dari bawah untuk kesejahteraan dan keadilan, sesuai cita-cita proklamasi,” tandasnya.
Sedangkan ketua DPW PGK Sumsel masa bakti 2025-2028 Firdaus Hasbullah, menegaskan komitmen organisasi untuk menjadi rumah bagi para intelektual dan kader yang turun ke lapangan merumuskan solusi bagi masyarakat.
Firdaus menyampaikan bahwa momen pengukuhan ini adalah tonggak awal perjuangan.
“Sejarah hanya mencatat mereka yang melawan, mereka yang bersuara, dan mereka yang bergerak. Oleh karena itu, kami tidak akan menjadi organisasi yang hanya menunggu. Kami akan menjadikan PGK sebagai ruang perkumpulan yang hidup,” tegasnya.
Firdaus menekankan bahwa kader-kader PGK harus tampil kritis dan konstruktif, bukan sekadar membuat ‘oplosan’ isu yang kosong dan bising.
“Kader-kader kita akan hadir di lorong-lorong, menjaga daerah di ruang-ruang legislasi, dan menjadi penyambung suara-suara rakyat kecil yang tak pernah didengar,” ujarnya.
Di tengah kondisi polarisasi sosial politik yang mengoyak kebangsaan dan maraknya narasi kebencian di ruang digital, Firdaus menyerukan pentingnya merajut kembali persatuan.
“PGK harus menjadi pelopor perubahan yang berdampak langsung bagi masyarakat, menyuarakan semangat kebangsaan, dan menjaga api Pancasila,” serunya.
Ia juga mengingatkan agar organisasi ini tidak dilihat sebagai kendaraan jangka pendek untuk berebut kekuasaan.
“Kita tidak boleh mengotori organisasi ini hanya menjadi panggung rebutan kursi atau tongkat. PGK harus menjadi rumah besar yang selalu membuka pintu bagi siapa saja yang ingin berjuang dengan gagasan dan integritas,” pesannya.