TRIBUNSUMSEL.COM - Masih belum menemui titik terang yang jelas, kematian diplomat muda, Arya Daru Pangayunan (39).
Mengenai kematian Arya, kakak kelas korban sewaktu SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta pun bersuara.
Dalam status di akun Instagramnya, hal itu terungkap.
TribunJakarta diizinkan untuk mengutip statusnya, tetapi dirinya tak ingin diungkap identitasnya.
Ia mengenal sosok Arya Daru sejak bergabung di sebuah organisasi di SMA.
"Almarhum Arya Daru Pangayunan adik kelasku di @smamuhi.jogja, aku pernah satu divisi di PR IRM SMAku (setara OSIS) di mana aku kabidnya, dia anggotaku," tulisnya.
Arya juga dikenal sebagai sosok yang aktif di grup alumni.
Belakangan ini, Arya ikut aktif menggalang dana ketika salah satu guru SMAnya meninggal dunia.
Arya juga dikenal sosok yang cerdas, jujur dan kompeten.
"Latar belakang keluarganya akademisi semua, pinter-pinter semua," katanya.
Dia dan teman-teman SMA-nya bersaksi bahwa Arya Daru merupakan orang baik.
Tidak percaya bunuh diri
Mereka juga tak percaya bahwa Daru meninggal karena bunuh diri.
"Kami enggak akan percaya kalau setelah ini ada berita bahwa ini kriminalitas biasa atau bundir (bunuh diri) pasti berita itu sengaja di-publish untuk pengalihan isu sebenarnya."
"Apalagi keluarganya sudah siap berkemas untuk akhir bulan ini akan ikut dia pindah tugas ke Finlandia. Jadi, kemungkinan untuk bunuh diri itu nihil."
"Di X dan Threads sudah ada yang nyebar isu bahwa penyebabnya fetish tertentu. No, jangan ngawur!"
Menurut kakak kelas Daru itu, pelakunya terbilang profesional sehingga bisa meninggalkan TKP dengan kondisi rapi dan bersih.
"Kondisi TKP terlalu rapi dan bersih untuk dikatakan kriminalitas biasa atau bundir. Siapapun yang melakukannya pasti profesional."
"Tolong diperhatikan saja bahwa riwayat kerja terakhirnya di Direktorat Perlindungan WNI yang banyak mengurus korban trafficking. Antara 'dia tahu sesuatu' atau 'dia bisa menghambat sesuatu'," tulisnya.
Kemungkinan besar kasus pembunuhan
Kriminolog, Haniva Hasna, melihat kematian alumnus Universitas UGM jurusan Hubungan Internasional tahun 2005 itu condong ke arah pembunuhan.
"Sangat memungkinkan bahwa ini adalah kasus pembunuhan, karena kita kan perlu melihat ya seberapa ketat dia melilitkan lakban ini, diawali dari mana dulu apakah dari kening apakah dari leher apakah dari dagu," katanya seperti dikutip dari Metro TV News pada Kamis (10/7/2025).
Menurut Haniva, penggunaan lakban sangat jarang sekali digunakan untuk kasus-kasus bunuh diri.
Sebab, kata dia, korban akan menggunakan cara sangat cepat untuk mengakhiri hidupnya.
"Sementara kalau lakban dia harus menggunakan peralatan yang lebih lama dia kehilangan nyawanya dan membutuhkan keterampilan khusus," ujarnya.
Haniva melihat ada dua kemungkinan dari penggunaan lakban di mulut terhadap korban.
Kemungkinan pertama adalah upaya untuk membungkam agar korban tidak boleh berteriak sementara yang kedua kondisi di mana korban sudah terbunuh tetapi ada orang lain yang pura-pura merekayasa pembunuhan ini seolah-olah menjadi korban bunuh diri.
"Berarti, kasus ini menjadi kasus yang sangat-sangat kompleks karena sudah dipersiapkan dengan rapi oleh pelaku," katanya.
Kematian tak wajar
Universitas Gadjah Mada turut menanggapi kematian diplomat muda Kementerian Luar Negeri, Arya Daru Pangayunan (39), yang tewas di indekosnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Pimpinan UGM menyebut jika kematian alumnus Departemen Ilmu Hubungan Internasional UGM ini tampak tak wajar.
Hal itu perlu diusut tuntas.
"Peristiwa meninggalnya almarhum Arya ini sungguh menyedihkan dan mengagetkan. Universitas Gadjah Mada mengucapkan bela sungkawa atas kepergian almarhum," ujar Wakil Rektor UGM Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat dan Alumni Arie Sujito dalam keterangan tertulis pada Rabu (9/7/2025) seperti dikutip dari Kompas.id.
UGM merasa kehilangan dengan kepergian Arya.
Arya merupakan sosok alumnus yang berprestasi dengan karier yang baik.
Ia berharap jika meninggal tak wajar, pihak berwenang bisa mengusut tuntas kasus tersebut.
Sementara itu Ketua Departemen Ilmu Hubungan Internasional (UGM) Nur Rachmat Yuliantoro juga turut berbela sungkawa atas kematian Arya.
Ia menyebut Arya merupakan alumnus S-1 Ilmu Hubungan Internasional angkatan 2005.
Menurut Rachmat, Arya dikenal sebagai diplomat andal dan kebanggaan banyak pihak.
"Semoga almarhum mendapat tempat terbaik di sisi-Nya serta keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan dan ketabahan,"katanya.
Diberitakan sebelumnya, Arya ditemukan tewas di kamar indekosnya di kawasan Menteng pada Selasa (8/7/2025) pagi.
Wajah korban terlilit lakban dan pintu kamar terkunci dari dalam dengan sistem smart lock, yang hanya bisa diakses oleh Arya.
Rekaman CCTV menunjukkan aktivitas terakhir korban terekam pada Senin malam sekitar pukul 23.24 WIB.
Ia terlihat keluar kamar membawa kantong plastik, lalu kembali masuk. Keesokan paginya, penjaga kos membuka paksa jendela kamar atas permintaan istri korban yang tidak bisa menghubungi suaminya sejak subuh.
Dari lokasi kejadian, polisi menyita sejumlah barang bukti, di antaranya lakban, kantong plastik, dompet, bantal, sarung celana, dan pakaian korban.
Polisi juga menemukan obat sakit kepala dan obat lambung di kamar korban.
Hingga kini, polisi masih menyelidiki kasus ini dan telah memeriksa empat saksi, yakni pemilik dan penjaga indekos, tetangga kamar, serta istri korban.
Sidik jari Arya ditemukan pada lakban, namun penyelidikan lanjutan masih dilakukan untuk memastikan penyebab kematian.
Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Kakak Kelas Sewaktu SMA Buka Suara Soal Kematian Arya Daru, Yakini Dibunuh dan Pelakunya Profesional, .