Berita Viral

Kehidupan Pilu Adnan Tinggal Sebatang Kara Putus Sekolah Karena Tak Ada Biaya, Pernah jadi Pengamen 

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KISAH ADNAN - Adnan, remaja berusia 15 tahun asal Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, mengaku nekat gowes ke Subang demi menemui Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Adnan hidup sebatang kara, keluarga meninggal.

TRIBUNSUMSEL.COM - Terungkap fakta kehidupan Adnan Prasetyo (15) bocah yang nekat mengayuh sepeda ratusan kilometer demi bertemu Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, hidup sebatang kara.

Kisah Adnan yang nekat bersepeda dari Brebes, Jawa Tengah, menuju ke kediaman Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi viral di media sosial.

Adapun tujuan Adnan menemui Dedi Mulyadi karena ingin mengadukan nasibnya kepada Gubernur yang juga akrab disapa KDM itu.

Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dindikpora) Brebes, Carida mengatakan, Adnan merupakan bocah sebatang kara asal Desa Kalierang, Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes. 

KISAH ADNAN - Adnan dijemput Bupati Brebes, Paramitha Widya Kusuma (kiri), dan Kepala Dindikpora Brebes, Carida (kanan), di Kabupaten Subang, Jawa Barat. ((DOK. DINDIKPORA BREBES)/Tribunjateng.com)

Ayahnya meninggal dunia saat dia masih bayi, sedangkan ibunya saat dia kelas 6 SD.

Setelah itu dia ikut kakek neneknya, tetapi kemudian juga meninggal dunia.

Kemudian ikut paman dari kakeknya, tetapi juga meninggal dunia.

"Jadi rumahnya sekarang kosong hanya Adnan sendiri. Dia anak tunggal," katanya. 

Baca juga: Awal Mula Paramitha Bupati Brebes Temukan Keberadaan Adnan Nekat Naik Sepeda 200 Km Demi Temui KDM

KISAH ADNAN - Terungkap alasan Adnan Prasetyo tidak menemui Gubernur Jateng, malah nekat temui mengayuh sepeda ratusan kilometer demi bertemu Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. (Tangkapan layar TikTok @Teguh Aji wiguno)

Baca juga: Senyum Bahagia Adnan Prasetyo Akhirnya Bisa Sekolah Lagi Dibantu Bupati Brebes Usai Sempat Terputus

Menurut Carida, Adnan mulanya sekolah di SMPN 2 Bumiayu. 

Masih kelas 7 lalu pindah ke SMP Bustanul Ulum Bumiayu sampai kelas 8.

Setelah kakek dan neneknya meninggal dunia, dia keluar mungkin karena kebingungan dengan biaya. 

"Saat keluar itu, dia pernah jadi pengamen atau minta-minta di jalan atau lampu merah," ungkapnya. 

Carida mengatakan, masyarakat Desa Kalierang juga sempat peduli dengan membawa Adnan ke Pantu Asuhan Muhammadiyah Children Center (MCC) Bumiayu. 

Tetapi baru satu minggu dia keluar dan pergi.

Menurut Carida, Pemerintah Kabupaten Brebes peduli terhadap kondisi anak seperti Adnan. 

Halaman
1234

Berita Terkini