Ia pandai berpidato dalam bahasa Inggris dan memiliki nilai akademis yang baik saat duduk di bangku SMP.
Namun, MMH terpaksa bekerja sebagai penjaga warung buah di Pasar Kalitanjung, Kota Cirebon.
Dari pekerjaannya itu, ia hanya memiliki penghasilan Rp 20.000 per hari.
MMH merupakan anak tunggal dari pasangan yang sudah lama berpisah.
Ia tinggal bersama ayahnya, seorang buruh pedagang yang kini tak lagi bekerja.
Ia akhirnya nekat meminum pembersih lantai saat sedang berjualan pada Jumat (6/6/2025) malam.
Ia menenggak cairan berbahaya sekitar pukul 23.30 WIB, lalu segera menghubungi temannya karena tidak mampu menahan sakit.
Korban sempat dirawat intensif di ruang ICU sebelum akhirnya sadar dan dipindahkan ke ruang perawatan biasa.
Ahmad Faozan, Ketua LBH Bapeksi Kota Cirebon yang juga kuasa hukum keluarga korban, mengatakan MMH melakukan aksi nekat tersebut karena merasa putus asa.
"Dia depresi karena keinginan untuk sekolah di Kota Cirebon tidak dapat dia gapai. Masalahnya adalah ekonomi yang menghantui kehidupannya," kata Faozan saat dihubungi Kompas.com, Senin (9/6/2025).
Untuk mencukupi kebutuhan, MMH bekerja menjaga warung buah dengan penghasilan Rp 20.000 per hari.
"Korban depresi karena kemiskinan, dia tidak bisa melanjutkan SMA-nya. Dia sudah berusaha menjadi pelayan dan penjaga toko buah, tetapi upahnya tidak mencukupi," tambahnya.
(*)
Baca berita lainnya di google news
Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com