TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Ayah korban penyiraman air keras di halaman SDN 41 di Palembang kalau ketiga anaknya kerap mendapat ancaman dari pelaku Temu. Sebelum akhirnya peristiwa penyiraman air keras menimpa anaknya yang nomor dua, Bagus.
Saat dijumpai di Polda Sumsel, Jumadi mengatakan pasca pelaku diusir dari rumah karena kepergok hendak berbuat asusila kepada anak bungsunya, pelaku kerap menebar ancaman. Ancaman tersebut kerap dikirim pelaku lewat Messenger Facebook.
"Anak kami diancam terus tiga beradik, kakaknya diancam mau dibunuh, Bagus dan adiknya diancam mau dibuat cacat seumur hidup," ungkap Jumadi saat dijumpai di Polda Sumsel, Kamis (24/4/2025).
Selain itu, Bagus juga sering dibuntuti dan dihadang oleh pelaku saat mengantar adiknya bersekolah di salah satu SMKN.
"Sering ketemu (Bagus) dengan dia. Kadang di dekat sekolah adiknya, kadang di Talang Ratu pas mau ke tempat istri saya jualan," katanya.
Jumadi mendapat kabar kalau anaknya disiram air keras dan dilarikan ke Rumah Sakit setelah mendapat kabar dari tetangganya yang menghubungi.
"Saya lagi kerja, tetangga ada yang menelpon sekitar jam 11 siang. Katanya Bagus disiram air keras, langsung saya pulang ke rumah dulu baru berangkat ke rumah sakit," katanya.
Ia merasa sakit hati dengan perilaku kerabatnya itu, lantaran sudah diberi tempat tinggal selama kurang lebih 2 tahun. Tetapi perilaku kepada keluarganya tak mencerminkan rasa terimakasih
Pelaku juga pernah dipenjara atas kasus narkoba.
"Semenjak dia keluar penjara, tinggal bersama kami selama kurang lebih 2 tahun. Lalu kejadian lah yang dia masuk ke kamar anak gadis saya, ketahuan sama istri jadi diusir. Setelah itu dia mengancam anak-anak saya, seolah kami yang salah karena mengusir dia," tuturnya.
Jumadi menambahkan sehari-hari pelaku turut membantu pekerjaan istrinya yang berjualan di kantin sekolah.
"Dia ini dianggap adik oleh mertua saya. Sehari-hari bantu menggoreng di rumah, karena istri saya jualan di kantin sekolah," katanya.
Dia berharap pelaku dapat dihukum sesuai apa yang diperbuat, karena sudah mengganggu keluarganya.
"Hukuman setimpal buat perbuatannya, " tutupnya.
Cerita Korban
Korban yang bernama Bagus (24) mengatakan kalau peristiwa tersebut terjadi saat ia hendak pulang setelah membantu ibunya berjualan di kantin sekolah tersebut.
"Lagi mau pulang dari abis bantu ibu jualan terus ketemu pelaku, dia ini anak angkat kakek. Pas ketemu sempat cek-cok dulu, lalu memukul saya pas saya mau lari dia keluarkan celurit," ujar Bagus saat dijumpai di Polda Sumsel, Kamis (24/4/2025).
Baca juga: Punya Dendam Pribadi, Pria di Musi Rawas Siram Air Keras ke Wajah Tetangganya
Baca juga: Pilu Istri di Lubuklinggau Disiram Air Keras Lalu Ditikam Suaminya karena Tolak Rujuk, Terancam Buta
Sambil mengeluarkan celurit itu, Bagus sempat melihat pelaku yang bernama Temu (54) memegang botol berisi air keras di tangan kirinya.
"Air keras disembunyikan di balik badan dengan tangan kirinya. Kemudian langsung disiram sama dia ke saya, kena pipi, leher, dada dan tangan kanan saya," katanya.
Saat perkelahian berlangsung Bagus dan pelaku dipisahkan oleh warga dan langsung dilarikan ke Rumah Sakit Siti Fatimah untuk mendapat penanganan medis.
Dokter menyatakan luka bakar yang dialaminya mencapai 30 persen.
"Sudah boleh pulang dari rumah sakit tapi disarankan rawat jalan karena masih harus memantau kondisi luka bakar. Kata dokter lukanya mencapai 30 persen," katanya.
Menurut Bagus, pelaku yang masih kerabatnya itu nekat menyiram air keras lantaran sakit hati setelah diusir dari rumah oleh ayah dan ibunya.
Pelaku diusir pada Oktober 2024 lalu, lantaran pelaku kepergok oleh sang ibu ketika hendak merudapaksa adik bungsunya yang berusia 16 tahun.
"Dia dendam karena diusir oleh ayah dan ibu saat mau rudapaksa adik, kejadiannya jam 3 dinihari bulan Oktober tahun kemarin," katanya.
(*)