TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG -- Kesultanan Palembang Darussalam Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin mengungkapkan kekesalannya terhadap konten kreator Willie Salim yang membuat video bertema "rendang hilang saat ditinggal ke toilet' di Benteng Kuto Besar (BKB) Palembang beberapa waktu lalu.
Menurut Sultan Iskandar, konten tersebut tidak hanya merugikan citra Palembang, tetapi juga merendahkan budaya dan martabat masyarakat Sumatera Selatan (Sumsel) yang menjunjung tinggi adat dan agama.
Hal ini diungkapkan Sultan Iskandar dikediamannya Sekip Ujung Kecamatan Kemuning, Palembang Selasa petang (25/3/2025).
Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin menegaskan, bahwa masyarakat Palembang memiliki nilai-nilai luhur yang harus dihormati. Ia menilai bahwa konten Willie Salim terkesan mengandung unsur penghinaan terhadap masyarakat setempat.
Selain itu, ia juga menyoroti bagaimana budaya sering kali disalahartikan dengan cara yang primitif oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
“Kita ini bukan sembarang kerajaan, Palembang Darussalam adalah bagian dari Sriwijaya, kekuatan besar yang dulu menguasai sepertiga dunia. Budaya kita harus dihormati, bukan dijadikan bahan candaan untuk meningkatkan jumlah penonton di media social. Saya juga mengharamkan Willie Salim datang ke Palembang, sebelum meminta maaf. Kalau jalan-jalan di Palembang, jangan terjadi, kami lebih baik berputih tulang, agar budaya dan daerah kami tidak diinjak-injak,” ujar Sultan Iskandar dengan nada geram.
Lebih lanjut, Sultan Iskandar mencurigai bahwa video tersebut dibuat dengan unsur settingan demi mendongkrak popularitas semata. Menurutnya, jika niatnya adalah berbagi makanan, maka ada cara yang lebih baik dan sopan, seperti membagikan makanan menggunakan kupon atau langsung menyerahkannya dengan cara yang lebih terhormat.
“Apa benar rendang bisa hilang begitu saja? Apalagi di tengah keramaian. Ini seolah-olah dibuat untuk menimbulkan kehebohan. Jangan sampai ini justru digunakan untuk mengalihkan perhatian publik dari isu-isu besar, seperti korupsi yang sedang marak terjadi,” imbuhnya.
Sultan Iskandar juga menyoroti bagaimana media sosial saat ini lebih banyak diisi oleh konten-konten negatif yang justru menggerus budaya lokal. Ia menyesalkan bahwa banyak pihak yang lebih memilih membuat konten kontroversial demi meningkatkan jumlah tayangan dan keuntungan pribadi, daripada memanfaatkan media sosial sebagai sarana edukasi.
“Kita harus menjaga budaya kita. Jangan sampai konten-konten seperti ini justru menenggelamkan identitas kita sendiri. Kita bukan bangsa yang merayakan Halloween atau perayaan-perayaan lainnya yang tidak sesuai dengan budaya kita. Islam mengajarkan kasih sayang yang tulus, bukan sekadar konten demi pundi-pundi rupiah. Kita juga meminta video tersebut untuk dihilangkan ‘takedown’, tegasnya.
Sebagai solusi, Sultan Iskandar meminta agar Willie Salim segera meminta maaf secara langsung dan menunjukkan itikad baiknya. Jika tidak, pihaknya siap menempuh jalur hukum atas dugaan penghinaan budaya dan pencemaran nama baik.
“Kami siap memaafkan jika dia datang dengan niat baik, tetapi jangan sampai ada kejadian serupa di masa depan. Masyarakat Palembang menjunjung tinggi akhlak dan adat istiadat. Kita tidak bisa diam saja jika budaya kita direndahkan,” tandasnya.
Selain itu, Sultan Iskandar mendukung langkah beberapa tokoh adat dan pejabat yang mempertimbangkan untuk membawa kasus ini ke ranah hukum.
Menurutnya, hal ini bukan hanya soal harga diri, tetapi juga tentang menjaga persatuan bangsa.
“Ini bukan hanya sekadar video viral. Ini bisa berbahaya jika dibiarkan, karena berpotensi memecah belah masyarakat. Kita harus ingat bahwa Indonesia dibangun atas dasar persatuan, bukan untuk dipermainkan oleh konten-konten tak bertanggung jawab,” pungkasnya.