"Semoga diterima amal ibadahnya diampuni segala dosa-dosanya. InsyaAllah ini sudah takdir Allah jalannya. Dimana almarhum meninggal dunia ketika menjalankan tugas memberantas kebatilan," ujarnya.
Kepergiannya bukan hanya meninggalkan duka bagi keluarga, tetapi juga bagi seluruh rekan dan masyarakat yang mengenalnya sebagai sosok polisi yang tegas namun penuh kepedulian.
Sarijan (86), yang merupakan keluarga jauh sekaligus tetangga kecil almarhum Lusiyanto, menuturkan bahwa ia sudah tinggal di Desa Sumber Harjo sejak 1953 dan masih memiliki hubungan keluarga dengan ibu almarhum.
"Saya sangat mengenal beliau sejak kecil. Dia adalah anak bungsu. Kami biasanya memanggilnya 'Lusin' karena anak ke-12," tutur Sarijan.
Sarijan mengaku bahwa almarhum Lusiyanto adalah sosok yang sederhana. Ia sering pulang ke kampung halaman dan mengunjungi kakak-kakaknya.
"Bahkan sebelum kejadian kemarin, dia sempat pulang ke sini (Desa Sumber Harjo)," katanya.
Duka mendalam menyelimuti keluarga besar almarhum di kampung halamannya, Desa Sumber Harjo, Kecamatan Buay Madang Timur, Kabupaten OKU Timur, Sumatera Selatan.
Di rumah duka, suasana haru terasa begitu kuat. Sejak siang, para pelayat, termasuk rekan-rekan sejawat almarhum, mulai berdatangan untuk memberikan penghormatan terakhir.
Dua tenda telah didirikan di halaman rumah, sementara papan ucapan belasungkawa berjejer di sepanjang jalan menuju kediaman keluarga.
Selain AKP (Anm) Lusiyanto, salah satu korban lainnya, Aipda (Anm) Petrus Aprianto, juga dimakamkan di kampung halamannya di TPU Sumber Agung, Kecamatan Buay Madang, OKU Timur.
Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News
Ikuti dan bergabung dalam saluran whatsapp Tribunsumsel.com