TRIBUNSUMSEL.COM -- Dedi Mulyadi dibuat kaget bukan main saat mengetahui bantuan Program Indonesia Pintar (PIP) tidak tepat sasaran.
Salah satunya terkait anak dokter hingga Pegawai Negeri Sipil (PNS) turut menikmati bantuan.
Padahal diketahui jika program PIP seharusnya untuk orang tak mampu tersebut.
Hal tersebut ditemukan Dedi Mulyadi saat mengonfirmasi laporan siswi SMAN 7 Cirebon soal uang PIP yang dipotong Rp200 ribu.
"SPP yang Rp200 ribu gimana pertanggungjawabannya per bulan? Dana PIP, katanya yang nyairin sekolah?"
"Begitu di bank-nya bukunya diambil sama kartunya, diambil dipotong Rp250 ribu untuk partai, gimana sih?" tanya Dedi, dilansir YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel, Minggu (9/2/2025) via Tribunnews.com.
Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) SMAN 7 Cirebon, Taufik mengatakan, uang tersebut ditawarkan oleh pihak partai politik ke sekolah.
"Kebetulan waktu itu ada dari partai, mau gak? Ada dana PIP sekian."
"Pemotongan itu bukan dari sekolah, dipotong Rp200 (ribu), katanya sih dari partai," terangnya.
Taufik menjelaskan, penerima PIP di SMAN 7 Cirebon sebanyak 500 siswa.
"500 dikali Rp200 ribu berarti Rp100 juta," ucap Dedi.
Namun, pihak sekolah mengaku setelah itu tak pernah mencairkan lagi uang tersebut lantaran takut.
"Setelah itu kita gak mau mencairkan, gak mau (motong) kan takut," sahut Wakasek Humas SMAN 7 Cirebon, Undang Ahmad Hidayat.
Selanjutnya, Taufik menyinggung soal bantuan PIP yang menurutnya tidak tepat sasaran.
Diungkapkan Taufik, ada anak dokter hingga PNS mendapat dana PIP.