Seputar Islam

3 Naskah Khutbah Jumat Tema Hari Pahlawan, Kisah Heroik Sahabat Nabi hingga Nilai-nilai Kepahlawanan

Penulis: Lisma Noviani
Editor: Lisma Noviani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

3 Naskah Khutbah Jumat Tema Hari Pahlawan, Kisah Heroik Sahabat Nabi hingga Nilai-nilai Kepahlawanan

“Ya Allah, sungguh Engkau telah memerintahkan berjihad. Engkau motivasi untuk melakukannya. Namun Kau takdirkan aku tidak memiliki materi yang menguatkanku dalam jihad. Engkau juga menakdirkan tidak ada sesuatu di tangan Rasulullah yang bisa membawaku ke sana. Sungguh aku bersedekah untuk (memaafkan) setiap muslim atas kezaliman yang mereka lakukan padaku, baik pada harta, jasad, atau kehormatanku.”

Kemudian pagi harinya ia shalat subuh berjamaah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapakah yang malam mini telah bersedekah”? Namun tak ada seorang pun yang menanggapi. Kemudian beliau kembali berkata,

“Mana orang yang bersedekah, berdirilah”! Lalu ia berdiri dan menceritakannya kepada Nabi.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengomentari, “Bergembiralah! Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya. Sedekahmu termasuk amalan yang diterima.”

Inilah bukti kejujuran iman dan ketulusan maksud. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengetahui perkara gaib lagi tersembunyi. Dia menampakkan apa yang ada pada hati manusia. Dan hal itu ditampakkan melalui lisan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kemudian saat dalam perjalanan perang, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali mempertegas ketulusan hati para sahabat yang ingin ikut perang. Dalam Riwayat al-Bukhari dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, ia berkata,

رَجَعْنَا مِنْ غَزْوَةِ تَبُوكَ مَعَ النَّبِيِّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَسَلَّمَ – فَقَالَ: «إِنَّ أَقْوَامًا خلْفَنَا بِالْمَدِينَةِ مَا سَلَكْنَا شِعْبًا وَلاَ وَادِيًا إِلاَّ وَهُمْ مَعَنَا، حَبَسَهُمُ الْعُذْرُ

“Kami pulang dari Perang Tabuk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya orang-orang yang kita tinggalkan di Madinah, tidaklah kita menempuh jalan-jalan sempit. Atau lembah-lembah. Mereka juga mendapatkan pahala bersama kita. Karena yang menahan mereka tidak berangkat adalah uzur.”

Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan,

قَالَ بَعْضُ الْعُلَمَاءِ: هَذَا -وَاللهِ- بُكَاءُ الرِّجَالِ! بَكَوْا عَلَى فَقْدِهِمْ رَوَاحِلَ يَتَحَمَّلُونَ عَلَيْهَا إِلَى الْمَوْتِ فِي مَوَاطِنَ تُرَاقُ فِيهَا الدِّمَاءُ فِي سَبِيلِ اللهِ، وَتُنْزَعُ فِيهَا رُؤُوسُ الرِّجَالِ عَنْ كَوَاهِلِهَا بِالسُّيُوفِ، فَأَمَّا مَنْ بَكَى عَلَى فَقْدِ حَظِّهِ مِنَ الدُّنْيَا وَشَهَوَاتِهِ الْعَاجِلَةِ، فَذَلِكَ شَبِيهٌ بِبُكَاءِ الأَطْفَالِ وَالنِّسَاءِ عَلَى فَقْدِ حُظُوظِهِمُ الْعَاجِلَةِ


“Para ulama menyatakan ‘Mereka yang menangis (karena tak bisa berangkat ini), mereka menangis karena tak mampu menyediakan bekal yang membawa mereka menuju tempat kematian. Menuju tempat darah tercucur di jalan Allah. Menuju tempat yang kepala-kepala itu dipenggal dari lehernya dengan pedang. Adapun orang yang menangis gara-gara tidak mendapat bagian dari dunia dan tidak terwujudnya keinginan mereka di dunia, tangis mereka itu seperti tangisan anak-anak dan perempuan karena kehilangan bagian mereka yang fana.”

اللَّهُمَّ ثَبِّتْ قُلُوبَنَا عَلَى دِينِكَ وَصَرِّفْهَا عَلَى طَاعَتِكَ، وَزِدْنَا يَقِينًا وَتَصْدِيقًا وَهُدًى وَتَوْفِيقًا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ.

أَقُولُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ؛ فَإِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.

 

Siapa di antara kita yang pernah bertanya pada dirinya sendiri, “Berapa sering air matanya menetes karena kehilangan kesempatan melakukan ketaatan”? karena yang demikian ini merupakan tanda ketulusan dan kejujuran iman seorang hamba kepada Rabnya dalam melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Halaman
1234

Berita Terkini