Kemudian satu tahun kemudian, ia buka Ayam Bakar dan Nasi Uduk Siru yang berada di Jalan Jenderal Sudirman depan SD Muhammadiyah Palembang.
"Memiliki tiga usaha kuliner sekaligus, bukan berarti ahli dalam hal masak, justru, saya bisa masak saat berjalannya usaha ini. Saya terus belajar dan membuat menu-menu yang jadi favorit pelanggan," katanya.
Menurutnya, awal mula belajar masak setelah koki berhenti. Awalnya mau menyerah saat itu, tapi papa menguatkan. "Papa bilang coba dulu, ayuk pasti bisa. Jadi saya coba dan Alhamdulillah, tetap bertahan sampai sekarang," cetusnya.
Menyikapi persaingan bisnis yang belakangan kian tajam, untuk tetap bertahan, ia memiliki trik jitu agar pelanggan tetap setia dengan menjalankan bisnis yang punya identitas.
Seperti Kedai Siru yang menghadirkan live music setiap hari. Kepiting Siru yang menawarkan olahan seafood rasa premium dengan harga terjangkau. Sementara untuk Nasi Uduk Siru, mengangkat nasi uduk khas Lampung yang bisa dinikmati hingga tengah malam.
"Sekarang udah ramai di mana-mana buka usaha yang sama. Di seputaran Jalan Diponegoro dari ujung ke ujung ada semua. Makanya kita harus punya identitas agar tetap bisa mengimbangi persaingan," katanya.
Tidak berhenti di bisnis kuliner, ia terus menggeliat merambah bisnis tempat billiar yang berlokasi di tempat yang sama dengan Kedai Siru dan Kepiting Siru di Jalan Diponegoro Palembang.
"Dalam waktu dekat, kita akan opening tempat billiar ini. Lebih untuk melengkapi fasilitas mengikuti perkembangan zaman," katanya.
Baca artikel menarik lainnya di Google News
Ikuti dan bergabung di saluran WhatsApp Tribunsumsel