Pada usia delapan tahun setelah kepergian sang kakek, Nabi Muhammad kemudian diasuh oleh pamannya, Abu Thalib. Meskipun hidup fakir atau kesulitan dalam mencukupi kebutuhan hidup, namun Abu Thalib adalah seorang dermawan yang rajin berbagi dan bersedekah kepada sesama.
Meskipun dalam keadaan sulit, namun Nabi Muhammad dapat tumbuh dan berkembang dengan baik bersama pamannya.
Nabi Muhammad Menerima Wahyu Pertama
Sebelum menjadi reorang Rasul, Allah telah memberikan anugerah keistimewaan kepada Nabi Muhammad.
Salah satunya adalah wajahnya yang bersinar terang, mampu mengalahkan sinar rembulan. Ini dikatakan sebagai tanda kebesaran Allah yang menunjukkan nabi terakhir dengan kemuliaan dan kedudukan yang tinggi.
Selain karunia wajah yang bersinar, Rasulullah juga diberikan wahyu pertama yang sungguh luar biasa dari Allah SWT. Menjelang diturunkannya wahyu pertama, Rasulullah mendapatkan sebuah mimpi di mana Malaikat Jibril datang menghampirinya.
Nabi Muhammad pun merenung dan memikirkan mimpi yang dialaminya, dengan menyendiri di Gua Hira. Kemudian di tempat itulah, Nabi Muhammad diperlihatkan Allah bahwa mimpi yang dialaminya benar adanya.
Pada saat itu, Malaikat Jibril datang kepada Rasulullah dan menurunkan wahyu pertama yang diberikan Allah SWT. Saat itulah, Allah menurunkan ayat dari QS Al-Alaq 1 – 4, yaitu sebagai berikut :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq, 1-4)
Setelah peristiwa itu, Nabi Muhammad pulang dengan perasaan takut. Namun di sinilah waktu di mana kisah kerasulan Nabi Muhammad dimulai.
Di mana Nabi Muhammad sebagai utusan terakhir yang akan membawa kedamaian bagi seluruh umat manusia
Kisah perjalanan dakwah dan Isra Miraj
Setelah mendapatkan wahyu pertama, Nabi Muhammad kemudian mulai melakukan dakwah secara rahasia atau sembunyi-sembunyi.
Khadijah, Abu Bakar Al-Shiddiq dan Zaid bin Haritsah, Ummu Aiman, Ali bin Abu Thalib, dan Bilal bin Rabah, merupakan orang-orang yang menjadi pengikut pertamanya. Setelah beberapa tahun melakukan kegiatan dakwah secara rahasia, kemudian Allah memberikan perintah untuk berdakwah secara terang-terangan.
Perintah ini seperti yang tercantum dalam QS Al-Hijr ayat 94 yaitu sebagai berikut : “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.”