Pilkada Jawa Barat 2024

Kabar PDIP Usung Anies Baswedan di Pilkada Jabar 2024 Mencuat, Dipasangkan Dengan Ono Surono

Editor: Moch Krisna
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anies Baswedan Dikabarkan Maju ke Pilkada Jawa Barat Diusung PDIP

TRIBUNSUMSEL.COM -- Kabar mengejutkan datang dari Anies Baswedan disebut maju pilgub Jawa Barat (Jabar) 2024 jelang penutupan pendaftaran KPU tengah malam nanti.

Informasi Anies Baswedan disebut bakal diusung PDIP di Pilgub Jawa Barat berpasangan dengan Ono Surono disampaikan bendahara DPC PDIP Kota Bandung, Folmer Siswanto.

Folmer menyebut jika pengusungan Anies-Ono sudah mencapai angka 95 persen, namun para simpatisan dan pendukung masih tetap menunggu keputusan resmi dari DPP PDIP.

"Hampir dipastikan bahwa malam hari ini DPD PDIP Jabar akan mendaftarkan secara resmi pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur yaitu Anies Baswedan dan Kang Ono Surono," ujarnya melansir Tribunnews.com, Kamis (29/9/2024).

"Nah, ini kita tinggal menunggu tahapan-tahapan berikutnya agar proses pendaftaran secara resmi ini bisa berjalan dengan lancar," sambungnya.

Tribunnews.com sudah menghubungi Ono mengenai kepastian siapa yang akan diusung PDIP di Pilkada Jabar.

Namun, hingga kini anggota DPR RI fraksi PDIP itu belum memberikan jawaban.

Anies Baswedan Gagal Maju di DKI Jakarta

Peluang Anies Baswedan mengikuti Pilkada Jakarta 2024 kandas usai Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) mendaftarkan kadernya sendiri Pramono Anung dan Rano Karno ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jakarta, Rabu (28/8/2024).

Diketahui, KPU membuka pendaftaran bakal calon gubernur dan wakil gubernur dalam Pilkada Jakarta 2024 hanya tinggal hari ini, Kamis (29/8/2024).

Diberitakan Kompas.com, Kamis (29/8/2024), Anies beberapa kali bertemu dengan petinggi DPP PDI-P termasuk Rano Karno sebelum pendaftaran. Dia juga tampak memakai kemeja merah yang senada dengan warna khas partai berlambang banteng tersebut. 

Kabar Anies akan mendaftarkan diri ke KPU pada hari terakhir pendaftaran pasangan calon kepala daerah di Pilkada Jakarta 2024 juga dibantah juru bicaranya. Sementara itu, Partai Buruh, Partai Ummat, dan Hanura selaku tiga partai nonparlemen yang belum mendukung calon mana pun tidak punya cukup suara untuk mengusung calon kepala daerah sendiri.

Lalu, sebenarnya ada apa di balik batalnya Anies Baswedan maju sebagai calon kepala daerah di Pilkada Jakarta 2024?

Penyebab PDI-P tidak pilih

Anies Pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menjelaskan alasan Anies batal diusung PDI-P meski telah santer disebut akan maju bersama partai tersebut.

"Kelihatannya, secara politik, PDI-P ingin mengusung, mengutamakan, memprioritaskan kadernya. Ya suka-tidak suka, Pramono Anung dan Rano Karno adalah kader (PDI-P)," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (29/8/2024).

Selain ingin mengusung kadernya, Ujang menduga PDI-P kemungkinan berkompromi dengan pihak lain untuk mengusung calon kepala daerah yang bisa diterima warga Jakarta. 

Sebelum Pramono Anung dicalonkan ke Pilkada, Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) juga santer diberitakan maju bersama PDI-P.

Namun, keduanya memiliki kondisi khusus yang mungkin memicu keramaian pro-kontra. Ahok pernah dipenjara dua tahun sebagai tersangka kasus dugaan penistaan agama pada 2017.

 Sementara Anies kerap dikaitkan dengan gerakan 212. "Pramono Anung mungkin menjadi jalan tengah bagi PDI-P untuk mengusung yang bersangkutan menjadi calon kepala daerah," lanjut Ujang.

Dia tidak tahu ada tekanan atau tidak yang dialami PDI-P sehingga memilih mengusung Pramono ketimbang Anies.

 Namun, kondisi tersebut jelas menunjukkan lika-liku perjalanan Anies yang tidak punya partai pendukung untuk tiket maju Pilkada meski elektabilitasnya kuat.

Meski disayangkan, Ujang menyatakan demokrasi Indonesia memang masih bergantung kepada elite dan partai politik (parpol).  B

Ujang mengungkapkan, Anies sebenarnya punya elektabilitas lebih tinggi jika dipasangkan dengan Rano Karno oleh PDI-P daripada Pramono Anung.

 "Kalau mengusung Anies dengan Rano punya potensi menang lebih tinggi karena Anies incumbent punya elektabilitas lebih tinggi," lanjutnya.

 Namun karena Pramono dipasangkan dengan Rano Karno, maka PDI-P dinilai perlu bekerja lebih keras untuk menaikkan elektabilitas keduanya.

Sebab, mereka harus melawan Ridwan Kamil-Suswono yang diusung koalisi gemuk KIM Plus. Menurut Ujang, penunjukkan Anies juga dapat menambah suara dari pendukungnya. Sementara pendukung Pramono dan Rano tidak menambah suara karena basisnya hanya pendukung PDI-P. 

"Tetapi apa pun itu, karena sudah keputusan bulat dari Megawati, suka-tidak suka, senang-tidak senang, arah kebijakan PDI-P ya kemenangan Pramono dan Rano," tegas dia.

 Jika PDI-P ingin menang dengan mengusung Pramono Anung-Rano Karno, partai itu disebut harus bergerak cepat menaikkan elektabilitas mereka.

 Kondisi ini berbeda dari Anies yang punya pendukung karena pernah menjadi gubernur Jakarta dan menjadi calon presiden dalam Pilpres 2024.

 Dia dinilai punya basis dukungan yang lebih besar dari pasangan Pramono dan Rano. "Karena partai yang berkuasa, punya hak untuk mengusung siapapun, mungkin Pramono Anung dan Rano Karno pilihan yang tepat daripada itu," tambah Ujang.

(*)

 

Berita Terkini