Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Thalia Amanda Putri
TRIBUNSUMSEL.COM - Awal mula penemuan jasad Opa Hans Tomasoa & Oma Tita Tomasoa di Jonggol, Bogor, Jawa Barat, diungkap salah satu tetangganya, Ute sekaligus bendahara RT.
Ute adalah orang yang pertama kali menemukan dua jasad pasutri lansia itu di atas ranjang di kamarnya.
Ute menuturkan bahwa saat itu warga sekitar yang tengah melakukan rapat mulai curiga dengan kondisi Opa dan Oma yang tak pernah lagi terlihat beberapa waktu belakangan.
Saat itu pak RT bertanya ke Ute soal keberadaan Opa Hans dan Oma Tita.
"Jadi di hari Jumat malam (12/4) itu kebetulan saya rapat, saya di sini adalah bendahara RT. Jadi kami lagi rapat untuk 17an, pak RT sempat tanya 'Bu Ute lihat Opa terakhir kapan?' 'Minggu kemarin saya ketemu di pos' saya bilang gitu, 'mau keluar makan katanya', mau beli makan', saya bilang gitu. 'Terus ketemu lagi?' enggak, terus saya baru inget 'oh iya waktu Rabu itu ada keinginan mau ke rumah itu, ga jadi karena ada tamu dateng, emang kenapa pak RT', saya tanya gitu," jelas Ute dilansir dari tayangan youtube Intens Investigasi, Jumat (19/7/2024).
Mendengar Ute lama tak melihat pasutri lansia itu, sang ketua RT mengajak beberapa warga untuk melakukan pemeriksaan terhadap rumah Opa Hans Tomasoa & Oma Tita Tomasoa.
Ute sendiri sempat meminta izin dari adik pasutri lansia untuk memasuki rumah dengan paksa.
"Nah di situlah pak RT beserta Pak Iksan itu ngecek rumah tersebut gitu, saya balik (kerja), saya langsung ke sana, saya lihat sudah ada sekuriti satu, sama orang GPIB juga sudah ada. Terus saya bilang 'kenapa nih', 'iya kita mau lihat Opa di dalem' dan akhirnya karena saya memegang nomor handphone adik dari Opa, jadi saya coba telepon, saya izin karena kan kita tidak mau disalahin membongkar.
'Saya izin mendobrak rumah', saya bilang itu bilang Welcome, dia bilang 'gapapa Bu Ute nanti tolong kabari terus perjalanan hasil dari ini', dari situ saya suruh mulai bongkar. Saya menyaksikan mulai dari dibongkar jendela sampe pintu dan saya share ke keluarganya, dibongkar pake linggis," jelasnya.
Saat masuk, ia dan warga merasa kaget mencium bau tak sedap yang begitu menyengat.
"Begitu kebongkar itu kita sempat semriwing ya cium bau, yang lain pada ga mau maju, saya pikir kalo saya enggak maju nih enggak selesai selesai nih begitu. Yang pertama saya lihat dapur dan ternyata dapur aman, terus kamar, itu awal saya masuk tidak ada, saya entah karena ngeblank, capek atau karena sendirian. Terus saya lihat engga ada, saya buka kamar mandi takutnya ada jatuh di kamar mandi, begitu buka kamar mandi itu baunya, bau banget gitu kan," kata Ute menjelaskan.
Hingga akhirnya ia menemukan Opa Hans Tomasoa dan Oma Tita Tomasoa sudah dalam kondisi tubuh terbujur kaku membusuk.
"Lalu saya masuk lagi ke kamar, baru saya lihat kakinya Opa, mukanya mulai dari perut itu sudah hitam, nah saya masuk saya lihat yang Oma ternyata posisinya kaki kiri ditekuk. Mereka (ditemukan) di tempat tidur yang sama. Asumsinya murni sakit, begitu," ungkapnya.
Terkait kondisi Opa dan Oma, Ute mengatakan jika keduanya sudah sakit karena usia.
"Oma gak stroke, tapi (sakitnya) melumpuhkan saraf kaki. Masih bisa jalan tapi pelan, Opa kurus, itupun saya salut dia bisa jalan dari rumah ke Pos ditambah lagi ke pasar itu udah sangat yang luar biasa dan dia mengasuh istrinya yang sakit," katanya.
Baca juga: Potret Pernikahan CJ Tomasoa Anak Hans & Rita Tomasoa Pasutri Tewas di Rumah, Bersimpuh ke Orangtua
Baca juga: Pekerjaan Hans dan Rita Tomasoa Pasutri Tewas di Rumah, Punya Jabatan Mantan Kapten dan Penyiar
Ia merasa terpukul dengan kepergian Opa Hans Tomasoa dan Oma Tita Tomasoa yang tak terurus.
Bahkan karena itu ia menyinggung ketiga anak pasutri lansia tersebut lantaran juga sulit dihubungi.
"Saya sebenarnya jujur aja, kalau saya ga ada kesibukan saya pengen sekali ngerawat mereka, tapi satu hal, takut kesalahan. Saya sebenernya sangat-sangat gimana ya, kesal ada sama anak-anaknya. Gini loh, kalau emang ga mau mengakui orangtua, sudah berikan ke orang lain dan jangan mengejar hal-hal lain lagi setelah mereka meninggal. Apalagi di saat pas meninggalnya itu, saya coba telpon itu ga diangkat, saya coba kirim videonya itu ga direspon, akhirnya saya coba berkolaborasi sama orang gereja, gimana, engga juga (direspon),"
"Begitu kita bawa ke RSUD baru direspon, dan diresponnya itu sebenarnya enggak enak. Saya ngelihat orangtua yang diterlantarkan gitu kasian karena saya masih punya orangtua yang saya rawat, jadi saya begitu terbeban sekali, jadi saya dateng untuk nengok, saya ajak tim doa, saya mendoakan sakitnya, saya minta nomor telponnya, keluarganya juga, jadi waktu Opa pergi saya kehilangan, saya menganggap mereka orangtua saya sendiri," katanya.
Terakhir, ia memberikan pesan kepada ketiga anak Opa Hans Tomasoa dan Oma Tita Tomasoa agar menyadari perbuatan buruknya.
"Buat anak anaknya kalian itu nanti akan mengalami masa tua, ingatlah bahwa di dunia ini ada hukum tabur tuai, tanpa orangtua kalian tidak bisa apa apa, tanpa orangtua kalian tidak bisa berjalan dan tanpa orangtua kalian tidak bisa jadi orang seperti saat ini," tuturnya.
Ute sendiri juga meminta anak korban bertobat kepada tuhan karena sudah menerlantarkan orangtuanya hingga meninggal tragis.
"Ingat bahwa orangtua itu membesarkan dan menyekolahkan dengan jerih payahnya dan waktu yang sangat sulit, tidak mudah mereka lalui, jadi sebelum akhir hayat kalian segera lah bertobat dan minta ampun sama tuhan, itu aja," katanya.
"Saya percaya Opa dan Oma sudah tenang di sisi Tuhan dan sudah sembuh selama lamanya, tidak merasa sakit lagi, tuhan sudah memberkati dia disana," jelas Ute.
Tak Dijenguk Anak hingga Meninggal
Kematian pasangan suami istri lansia tewas membusuk di rumah di Jonggol, Bogor, Jawa Barat menjadi perbincangan.
Adapun identitas pasutri ditemukan dalam kondisi memilukan itu bernama, Hans Tomasoa(83) dan Rita Tomasoa(72).
Jasad Hans dan Rita ditemukan warga sekitar.
Keduanya ditemukan meninggal di rumahnya di Perumahan Citra Indah Bukit Raflesia, Desa Singajaya, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada Selasa (16/7/2024).
Warga terkejut mendapati keduanya sudah tidak bernyawa di atas kasur yang berdampingan.
"Pak RT mendatangi rumah tersebut berusaha membuka tapi tidak bisa karena dikunci dari dalam, kemudian bersama satpam membuka paksa pintu tersebut," terang Kapolsek Jonggol Kompol Wagiman, Rabu, (17/7/2024).
Polisi dari jajaran Polsek Jonggol tengah mendalami kasus tewasnya pasangan lansia ini.
Berdasarkan hasil visum, pasutri tersebut meninggal diperkirakan 3 atau 4 hari yang lalu.
Ternyata, pasutri lansia itu memiliki tiga orang anak.
Wagiman mengatakan menurut para tetangga, pasutri tersebut memiliki anak.
Akan tetapi, anaknya itu sudah lama tidak menjenguk orang tuanya.
"Jadi dia hidup hanya berdua. Jadi tidak ada anaknya, tidak ada siapa-siapa," ungkap Wagiman.
"Dia hanya tinggal berdua suami istri, keterangan saksi tidak tahu keberadaan anaknya di mana. Sudah lama (anaknya tidak menjenguk)," katanya.
Wagiman menegaskan, pihaknya masih berusaha mencari keberadaan anak HT dan RT yang masih misteri.
Selama hidup berdua, HT dan RT berada di bawah pengawasan pihak gereja.
Termasuk soal urusan kesehatan di mana gereja mengirim tenaga medis untuk melakukan pemeriksaan.
"Selama ini mengecek kesehatan pasutri dari pihak gereja. Pihak gereja juga kehilangan kontak dengan anak tersebut," ungkap Wagiman.
Hans Tomasoa merupakan mantan pelaut, usianya 83 tahun.
Sedangkan istrinya, Rita Tomasoa Wattimena adalah mantan penyiar radio RRI
Informasinya, Rita Tomasoa mengalami stroke.
Hans Tomasoa lah yang selalu merawatnya hingga akhir hayatnya.
"Diduga dalam keadaan sakit," kata Kapolsek Jonggol Kompol Wagiman.
Menurut Kompol Wagiman, Hans dan Rita masih memiliki seorang adik yang sering menjenguk ke Jonggol.
"Dia punya adik, tinggal di Jakarta," katanya.
Bahkan jenazah Hans Romasoa dan Rita diurus oleh orang lain.
"Pemakaman dari pihak gereja sama adiknya," katanya.
Keterangan Tetangga
Tetangganya, Dian Deedee Ronawati menerangkan Oma Rita menderita sakit stroke.
Selama ini ia hidup bergantung pada suaminya, Hans Tomasoa.
"Oma sudah stroke. Tergantung Opa," katanya di kolom komentar Facebook.
Dian menduga Hans Tomasoa meninggal lebih dulu hingga tak ada yang mengurus kebutuhan Rita Tomasoa.
"Opa meninggal duluan, jadi gak ada yang urus makan Oma. Jadilah Oma meninggal. Sementara begitu perkiraannya," tulis Dian menjawab komentar netizen.
Sebenarnya Hans dan Rita memiliki tiga orang anak.
Namun selama ini 3 anak laki-laki tersebut tak pernah menjenguk Hans dan Rita.
Dian bercerita tetangga beberapa kali mencoba membujuk 3 anak tersebut untuk menjenguk Hans Tomasoa dan Rita Tomasoa.
"Kami hanya urut dada dan geleng kepala kalau menelpon anak-anak tersebut untuk memperhatikan Oma dan Opa," tulisnya di postingan Facebook.
Menurutnya ada banyak isu soal alasan anak-anak itu tak pernah menjenguk Hans dan Rita.
"Saya tidak bisa ceritakan di sini," katanya.
Selama ini Hans Tomasoa dan Rita Tomasoa banyak dibantuk tetangga.
"Kami sudah berupaya yang terbaik dalam memperhatikan dan menjaga oma dan Opa termasuk membersihkan rumah beliau. Mungkin minggu kemaren adalah waktu Tuhan bagi Oma dan Opa," katanya.
Malahan proses dan segala urusan pemakaman Hans dan Rita juga ditanggung warga.
"Seluruh biaya visum, peti, dan pemakaman ditanggung oleh Jemaat Cipeucang. Hanya itu yang bisa kami buat. Pemakaman Sabtu, 13 Juli 2024 kemaren dipimpin oleh Pdt. (Em.) J. M. Tambunan. Puji Tuhan, Beliau berkenan memimpin. Saya pribadi dan seluruh Pnt/Dkn (khususnya di SP3) bersama warga Jemaat sangat sedih dengan kejadian ini," tutupnya.
Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com
(*)
Baca juga berita lainnya di Google News