Rasulullah SAW bersabda, “Ya, hajikanlah. Karena bagaimana menurutmu seandainya ibumu memiliki utang bukanlah engkau harus melunasinya? Tunaikanlah hak Allah, sesungguhnya hak Allah itu lebih berhak untuk dipenuhi.”
Hukum badal haji dan ketentuan pelaksanaannya
Menurut Nur Silaturahmah dalam buku Hukum Badal Haji dan Umrah, badal haji menjadi wajib ketika orang yang memiliki uzur naik haji meninggal dunia (saat masih di tanah air) dan telah mewasiatkan ke ahli warisnya untuk menunaikan kewajiban tersebut.
Seorang Muslim yang telah memenuhi syarat Istitha'ah atau mampu secara fisik dan finansial, maka wajib menunaikan haji. Namun jika secara finansial ia mampu tapi secara fisik sakit, lemah, atau meninggal dunia, kewajiban ini bisa diwakilkan oleh orang lain.
Jika disimpulkan, maka haji nazar atau haji wasiat hukumnya wajib untuk dibadalkan haji karena hal tersebut merupakan hak Allah yang harus dibayar.
Jika yang bersangkutan tidak berwasiat ke ahli waris, keluarganya boleh saja menunaikan dengan harta benda yang ditinggalkan. Dengan syarat orang yang sudah meninggal beragama Islam dan orang yang mewakilinya sudah melaksanakan haji untuk dirinya sendiri.
Orang yang boleh melakukan badal haji adalah orang yang pernah melakukan haji dan memenuhi syarat-syarat haji lainnya seperti sehat, berakal, dan merdeka. Sedangkan tata cara pelaksanaan badal haji adalah sama seperti pelaksanaan haji untuk diri sendiri. Perbedaan di antara keduanya berada pada bacaan niat, yaitu ketika membaca niat harus diniatkan untuk orang yang dihajikan.
Syarat badal haji
Badal haji bisa dilakukan oleh seseorang dengan syarat seperti yang dikutip dari Alfauzi Group berikut.
1. Orang yang sudah meninggal dunia
Bagi orang tua yang sudah meninggal dunia, maka sebagai anak atau ahli warisnya, Anda diperbolehkan untuk melakukan badal haji. Badal haji untuk orang yang meninggal juga bisa dilakukan jika almarhum/almarhumah berwasiat untuk dihajikan. Dengan demikian, Anda bisa membadalkan haji untuk membayar nazar dan wasiat tersebut karena hukumnya wajib.
2. Orang yang tidak mampu secara fisik
Badal haji juga diperbolehkan untuk menggantikan seseorang yang masih hidup namun tidak bisa melaksanakan rukun haji di tanah suci karena secara fisik tidak mampu terutama yang memiliki sakit dan tidak bisa diharapkan sembuh.
3. Orang yang membadalkan harus yang sudah pernah berhaji
Jika ingin membadalkan haji, pastikan Anda sudah pernah melaksanakan ibadah haji sebelumnya. JIka belum, maka badal hajinya tidak sah serta hajinya jatuh kepada dirinya sendiri.
4. Satu orang hanya boleh membadalkan haji satu kali
Badal haji hanya boleh dilakukan untuk satu orang dalam satu kali waktu. Tidak diperbolehkan bagi seseorang membadalkan haji langsung dua orang atau lebih, misal satu orang membadalkan sebanyak 10 orang. Jadi, Anda harus berhati-hati jika memilih orang lain untuk membadalkan haji, bahkan ada kemungkinan hal tersebut dijadikan bisnis untuk mencari keuntungan semata.
5. Tidak boleh mencari keuntungan
Ini menjadi hal yang paling sering terjadi, ada penyedia jasa badal haji namun membadalkan haji dua orang atau lebih demi meraup keuntungan. Hal tersebut tidak dibenarkan dalam Islam karena bisa membuat badal hajinya tidak sah.