Abdul Hamid Al-Balali dalam Manhajut Taabi'in fi Tarbiyatin Nufus atau Madrasah Pendidikan Jiwa, mengungkapkan bahwa Alquran tidak memberi dampak kepada pembacanya, kecuali mereka merenungkan ayat-ayatnya.
Tanpa tadabbur juga, seseorang yang melafalkan Alquran tidak bisa merasakan kenikmatan ketika membaca ayat-ayat mengenai kabar gembira serta tidak takut pada ayat yang berisi ancaman Allah SWT kepada mereka yang tidak bertakwa.
Perintah Allah SWT untuk Tadabbur
Allah SWT dalam Surah An-Nisa ayat 82 memerintahkan hamba-Nya untuk mentadaburi Al-Qur'an
اَفَلَا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْاٰنَ ۗ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللّٰهِ لَوَجَدُوْا فِيْهِ اخْتِلَافًا كَثِيْرًا
Arab Latin: A fa lā yatadabbarụnal-qur`ān, walau kāna min 'indi gairillāhi lawajadụ fīhikhtilāfang kaṡīrā
Artinya: Tidakkah mereka menadaburi Al-Qur'an? Seandainya (Al-Qur'an) itu tidak datang dari sisi Allah, tentulah mereka menemukan banyak pertentangan di dalamnya.
Pengertian Tadzakkur
Tadzakkur berasal dari akar kata dzakara-yadzkuru yang berarti mengingat dan menghayati.
Tadzakkur berarti upaya untuk mengalihkan berbagai gangguan pikiran dan perasaan dan berada pada puncak ketenangan batin.
Tadzakkur ialah suasana batin seseorang yang sampai pada kesadaran puncak bahwa Tuhan sudah begitu dekat dan tidak lagi berjarak dengan makhluk-Nya.
Tadzakkur yang menjadi tempat persinggahan hati merupakan pasangan inabah (mengembalikan atau memulihkan).
Allah SWT befirman, “Dan, tiadalah yang mau mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang kembali (kepada Allah),” (QS Al-Mukmin: 13).
Tadzakkur ini merupakan sifat yang khusus bagi orang-orang yang mau berpikir dan berakal, sebagaimana firman-Nya, “Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran,” (QS Ar-Ra’d: 19).
Kesimpulan: