TRIBUNSUMSEL.COM - Pengamat sosial politik Dr Hendra Alfani S Sos M.Ikom mengamati dinamikan politik menjelang musim Pilkada ini bergerak dinamis dan masih sangat cair walaupun tahapan Pilkada sudah dimulai.
“Peta dinamika politik Pilkada OKU saat ini masih saling menjajaki dan sangat cair" kata pakar Komunikasi Politik ini.
Masih menunggu hasil survei.
Survei Pileg atau pilpres lalu belum bisa menjadi rujukan. Kalau ada hasil survey di bulan Juni atau Juli sampai Agustus itu mungkin akan menjadi pertimbangan tentu dengan menyesuaikan tahapan Pilkada.
Ia memprediksi nama-nama yang sudah muncul dan digadang-gadang seperti Penjabat Bupati OKU H Teddy Meilwansyah SSTP MM MPd , Ketua DPRD OKU H Marjito Bachri, Wakil Ketua DPRD OKU Yudi Purna Nugraha SH, Yoni Risdianto SH Yenny Elita SPd MM (Anggota DPRD Provinsi Sumsel 2019-2024), Hj Tina Malinda SE MSi, anggota DPRD Sumsel 2019-2024 dan Dra Hj Indrawati MH anggota DPRD OKU priode 2019-2024.
Terlepas apakah sudah mengambil formulir di partai atau belum namun Hendra memprediksi nama-nama itulah yang akan maju.
Kalaupun nanti ada nama-nama tokoh lain yang muncul belakangan paling itu menyesuaikan.
Meskipun belum bisa memastikan berapa pasang, kalau dikalkulasikan dan mencoba mengutak atik ia sebut lima pasang yang muncul tidak akan jauh-jauh dari itu.
Bahkan peluang untuk untuk 3 pasang atau 4 pasang itu sangat terbuka.
“Kalau 2 pasang meskipun peluang itu ada, kurang bagus untuk dinamika politik menawarkan banyak pilihan, ” katanya.
Namun kalau keputusan partai pengusung sebagai jalur utama pencalonan bisa jadi.
Menurutnya kalau dihitung dari kandidat yang muncul bisa 3 pasang, 2 pasang juga sangat berkemungkinan karena peta politik itu sudah mulai mengerucut. Apalagi apabila dari nama –nama yang muncul itu ada yang memutuskan untuk berpasangan.
Ia menilai, pimpinan pusat partai yang sudah mengeluarkan rekomendasi Golkar dan Gerindra.
Lalu kabar Yeni Elita terakhir Nasdem yang infonya sudah mendapat perintah dari Ketua Susmel H herman Deru dan direstuai orang tuanya.
Hingga saat ini baru dua parpol yang sudah buka yakni PAN dan PDI P. Yang sudah mengambil formulir, Yudi Purna Nugraha, Yoni Risdianto, Yenny Elita, Tina Malinda, dam Indrawati.
Dari nama yag sudah digadang-gadang , hanya Teddy Meilwansyah yang belum mengambil formulir, namun itu sinyalnya sudah jelas. Banyak opsi, sesuai keputusan Parpol masing-masing. Seandainya pendaftaran di tingkat kabupaten sudah tutup ada opsi lain.
“Kita juga tidak tahu yang terjadi di belakang layar mengambil formulir itu tidak harus yang bersangkutan dan tidak ada aturan yang dilanggar,” kata Hendra.
"Meskipun Teddy belum pernah menyatakan akan maju, sinyalnya jelas dengan DPP Golkar sudah menunjuk nama Teddy Yoni,” katanya.
Baca juga: LIPSUS : Pj Bupati vs Wakil Rakyat, Tujuh Nama Populer Bakal Bertarung di Pilkada OKU 2024 -1
Baca juga: Buka Penjaringan Bacabup OKU, PDIP Tak Ngotot Usung Kadernya di Pilkada OKU 2024
Sebab DPP Golkar sudah mengeluarkan surat Tugas. Menurut Hendra, representasi Golkar itu sudah mengarah tentu dengan mempertimbangkan posisi dan kondisi tokoh bersangkutan. Teddy dengan posisi sebagai penjabat bupati dengan golongan dan golongan 4D, birokrat denagn pengalaman pernah menjadi Pj bupati Muara Enim dan banyak nilai plus di mata masyarakat.
Lalu menantu mantan bupati OKU H Kuryana Azis yang pasti ada kedekatan emosional dengan masyarakat OKU.
Kemudian Marjito dengan posisi sebagai Ketua DPRD Oku dan ketua Gerindara tentu banyak faktor pendukung yang menguntungkannya saat mengikuti bursa Pilkada OKU.
Kemudian Yudi Purna Nugraha, karena marwah partai dan sudah lama bersosialisasi, kemudian syarat dukungan minimal di legislatif sudah cukup dari PAN dengan 8 kursi PAN bisa mengusung calon sendiri.
Lalu Yoni dengan posisi sebagai Ketua Partai Golkar dan terpilih kembali menjadi anggota DPRD OKU dan Golkar OKU mendapat 2 kursi.
”Meskipun dua kursi itu juga harganya mahal,” kata Hendra.
Untuk tiga srikandi Yeni Elita dan Tina Malinda serta Indrawati merupakan tokoh pilkada wanita yang memiliki posisi yang patut diperhitungkan. Elita yang di pileg tahun ini kembali terpilih juga memiliki nilai plus tersendiri. Sedangkan Tina Malinda dan Indrawati perolehan suaranya saat mengikuti Pileg Sumsel cukup segnifikan meskipun belum terpilih.
Pakar Komunikasi Politik ini juga menyoroti konsekuensi dan pertimbangan politik yang harus dipikirkan matang-matang sebelum mengambil keputusan politik. Karena ada konsekuensi yang harus ditanggung dari keputusan politik itu khususnya yang sudah terpilih kembali atau ASN.
Aturan mensyaratkan harus mundur apabila maju di Pilkada dengan melampirkan surat pengunduran diri pada saat pendaftaran di KPU.
”Marjito yang paling free itu Marjito karena dia tidak terbebani harus mundur’ karena dia tidak mencalonkan diri di pileg,” kata Hendra.
Hendra menilai mungkin pertimbangan karena focus ke pencalonan pilkada. Walaupun satu sisi disayangkan sebagai Ketua Partai kalau maju di pileg bisa menambah kursi. Sebagai ketua Parpol Marjito tidak mendongkrak perolehan partai di pileg baru lalu. Sehingga posisi Ketua DPRD lepas dari Gerindra.
Hendra juga menyoroti konsekuensi yang akan ditanggung oleh anggota DPRD dan birokrat yang masih menjabat. Karena ada aturan yang mensyaratkan harus melampirkan surat pengunduran dari dari keanggotan DPRD maupun jabatan dan satus ASN apabila maju di pilkada.
Dalam pilkada ada yang namanya pertimbangan teknis, untuk Yudi Purna Nugraha sebagai Pemenang Pemilu dapat 8 kursi kalau disetujui DPP/DPW bisa menjabat Ketua DPRD.
“Itu semua harus ditinggalkan kalau mencalonkan diri sebagai kepala daerah. Begitu juga dengan Yeni yang sudah bertarung yang cukup kuat dan berat untuk mendapatkan kembali kursi di DPRD Propinsi Sumatera Selatan. Yeni juga harus melepaskan posisi anggota DPRD Sumsel bila ikut mencalonkan di Pilkada OKU. Sama halnya Yoni Risdianto , juga harus melepaskan posisinya sebagai anggota DPRD OKU bila mencalonkan diri di Pilkada OKU," katanya.
Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News
Ikuti dan bergabung dalam saluran whatsapp Tribunsumsel.com