Hari Buruh Sedunia

Puisi Wiji Thukul Peringatan, Cocok Untuk Hari Buruh 2024, Penuh Makna Tetap Relevan

Penulis: Vanda Rosetiati
Editor: Vanda Rosetiati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Puisi Wiji Thukul Peringatan, cocok untuk Hari Buruh 2024, penuh makna tetap relevan. Puisi Thukul sering mengangkat tema ketidakadilan sosial.

dan pada akhirnya tidak bisa tidak engkau harus menjawabnya
apabila engkau tetap bertahan aku akan memburumu seperti kutukan

# Tanpa Judul

Kuterima kabar dari kampung rumahku kalian geledah buku-bukuku kalian jarah
tapi aku ucapkan banyak terima kasih karena kalian telah memperkenalkan
sendiri pada anak-anakku kalian telah mengajar anak-anakku membentuk makna kata penindasan
sejak dini

Ini tak diajarkan di sekolahan tapi rezim sekarang ini memperkenalkan kepada semua kita
setiap hari di mana-mana sambil nenteng-nenteng senapan kekejaman kalian adalah bukti pelajaran
yang tidak pernah ditulisIndonesia,
(11 agustus ’96)

# Seorang Buruh Masuk Toko

Masuk toko yang pertama kurasa adalah cahaya yang terang benderang
tak seperti jalan-jalan sempit di kampungku yang gelap sorot mata para penjaga
dan lampu-lampu yang mengitariku seperti sengaja hendak menunjukkan
dari mana asalku aku melihat kakiku - jari-jarinya bergerak

Aku melihat sandal jepitku aku menoleh ke kiri ke kanan - bau-bau harum
aku menatap betis-betis dan sepatu bulu tubuhku berdiri merasakan desir

Kipas angin yang berputar-putar halus lembut badanku makin mingkup
aku melihat barang-barang yang dipajang aku menghitung-hitung
aku menghitung upahku aku menghitung harga tenagaku yang menggerakkan mesin-mesin di pabrik
aku melihat harga-harga kebutuhan di etalase aku melihat bayanganku makin letih
dan terus diisap (10 september 1991)

Baca juga: 50 Kata-kata Untuk Hari Buruh 2024, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, Bagikan di Medsos

# Bukan Kata Baru

Ada kata baru kapitalis, baru? Ah tidak, tidak sudah lama kita dihisap
bukan kata baru, bukan kita dibayar murah sudah lama, sudah lama
sudah lama kita saksikan buruh mogok dia telpon kodim, pangdam
datang senjata sebataliyon kita dibungkam

Tapi tidak, tidak dia belum hilang kapitalis dia terus makan
tetes ya tetes tetes keringat kita dia terus makan sekarang rasakan kembali jantung
yang gelisah memukul-mukul marah karena darah dan otak jalan kapitalis
dia hidup bahkan berhadap-hadapan kau aku buruh mereka kapitalis sama-sama hidup
bertarung

Ya, bertarung sama-sama? tidak, tidak bisa kita tidak bisa bersama-sama sudah lama ya sejak mula
kau aku tahu berapa harga lengan dan otot kau aku kau tahu berapa upahmu kau tahu
jika mesin-mesin berhenti kau tahu berapa harga tenagamu mogoklah
maka kau akan melihat dunia mereka jembatan ke dunia baru dunia baru ya dunia baru. (Tebet 9/5/1992)

# BUKAN DI MULUT POLITIKUS

BUKAN DI MEJA SPSI berlima dari solo berkeretaapi kelas ekonomi murah

Tak dapat kursi melengkung tidur di kolong pas tepat di kepala kami bokong-bong
kiri kanan telapak kaki tas sandal sepatu tak apa di pertemuan ketemu lagi kawan
dari krawang-bandung-jakarta-jogya-tangerang buruh pabrik plastik, tekstil, kertas dan macam-macam
datang dengan satu soal

Halaman
1234

Berita Terkini