TRIBUNSUMSEL.COM, MUARA ENIM - Jembatan gantung di Sungai Lematang putus, warga pun harus memutar jalan dengan jarak tempuh lebih jauh dan waktu lebih lama.
Jembatan gantung tersebut menghubungkan Desa Kuripan Selatan dan Desa Kuripan, Kecamatan Empat Petulai Dangku, Kabupaten Muara Enim.
Sebelumnya, kondisi jembatan terendam luapan arus Sungai Lematang yang sudah terjadi sejak 5 hari lalu.
Menurut Jekriandi (42) warga Desa Kuripan, putusnya jembatan gantung tersebut terjadi sekitar pada hari Rabu sekitar pukul 05.00.
Akibat putusnya jembatan gantung tersebut sangat menganggu perekonomian dan aktivitas warga sebab satu-satunya akses yang cepat hanya melalui jembatan gantung tersebut karena memotong jalan dan menghemat waktu.
"Coba bandingkan kalau melalui jembatan gantung tersebut ke Desa Gunung Raja, PLTU Gunung Raja, SMAN 1 Rambang Niru, SMKN Air Limau, Simpang Tel, ke jalan Lintas Sumatera sekitar 5 menit, kalau putus seperti ini terpaksa lewat jembatan PT Tel yang bisa memakan waktu sekitar 20 menitan," katanya.
Baca juga: Banjir di Muba Luapan Sungai Musi, Jalinteng Sekayu-Lubuklinggau Terendam, 3 Hari Air Belum Surut
Kades Kuripan Selatan Insari, mengatakan jembatan gantung tersebut putus subuh tadi, awalnya miring setelah itu seluruhnya terjungkit dan masuk ke dalam sungai Lematang.
Akibat jembatan gantung putus tersebut sangat menganggu aktivitas peremonomian masyarakat seperti untuk bekerja, sekolah, ke kebun dan sebagainya.
Untuk itu, pihaknya meminta kepada Pemkab Muara Enim untuk memperbaiki jembatan gantung tersebut bila perlu yang permanen sehingga bisa dilintasi roda empat.
Selain itu, lanjut Insari, akibat banjir tersebut sekitar 63 KK di desanya terisolir sebab tidak semua warganya mempunyai perahu sehingga mereka praktis tidak bisa leluasa keluar masuk rumah mencari nafkah.
Untuk itu, perlunya ada bantuan sembako dan perahu terutama untuk anak-anak yang sekolah.
Hal senada dikatakan Kades Kuripan Jonsoni, jembatan gantung tersebut sangat vital bagi masyarakat sebab bisa memperpendek jarak dan waktu.
Akibat banjir tersebut sekitar 200 rumah di desanya terdampak banjir sehingga warga kesulitan mencari nafkah.
"Banjir kali ini, merupakan yang terbesar disepanjang sejarah. Kalau biasanya tidak sampai merendam kantor desa, tapi kini arinya sampai masuk kantor desa. Namun meski banjir urusan desa tetap jalan," ujarnya.
Plt Kepala Dinas PUPR Kabupaten Muara Enim Suhermansyah menuturkan dari hasil peninjauan ke lapangan sepertinya pilarnya sudah rusak dan perlu penanganan cepat apakah di perbaiki dilokasi yang lama atau dipindah ke lokasi yang baru.
Untuk perbaikannya kemungkinan akan menggunakan dana BTT untuk penanganan yang cepat.
"Hari ini kita tinjau dahulu, karena airnya masih dalam tentu akan menunggu tim tekhnis yang akan menganalisanya sehingga penanganannya tepat dan cepat," ujarnya. (sripoku/ardani zuhri)
Baca berita lainnya langsung dari google news