TRIBUNSUMSEL.COM -- Masa muda Rasulullah SAW dan spirit pemuda dan pemudi yang setia mendampingi perjuangan Nabi, sebuah hikmah.
Membaca dan mengingat kembali sirah nabawiyah (kisah hidup) Rasulullah SAW memiliki banyak hikmah.
Salah satunya bagaimana Nabi Muhammad menghabiskan masa mudanya, sebagai spirit kita dalam menjalani hidup ini.
Masa kecil dan masa muda Nabi adalah awal perjuangan Beliau setelah ditinggal bapak, ibu, dan sang kakek, Muhammad kecil hidup bersama keluarga pamannya, Abdul Muthalib.
Muhammad ketika muda sudah menjadi sosok yang rajin, ulet, memiliki etos kerja tinggi dan sudah mampu mendapatkan kepercayaan, sehingga mendapat gelar Al Amin.
Sebelum beliau menikah dengan Siti Khadijah, Ahmad --sapaan nabi Muhammad-- adalah seorang penggembala dan pedagang.
Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, ” Tidaklah Allah mengurus seorang nabi, melainkan (sebelumnya berprofesi) sebagai penggembala kambing.” Mendengar jawaban Nabi, sahabat bertanya, ” Apa engkau juga?” ” Ya. Dulu aku menggembala kambing pendududk Mekah dengan upah sejumlah uang.”
Menggembala kambing bukan semata-mata sekedar menggemukkan dan mengembangbiakkannya, namun Rasulullah juga belajar tentang kepemimpinan dan terbukti bahwa Rasul adalah sosok pemimpin atau penggembala umat. S
hafiyyur-Rahman al-Mubarakfurry dalam Sirah Nabawiyyah menyebutkan, saat usia Nabi SAW baru bekisar 12 tahun, Nabi juga pernah diajak pamannya (Abu Thalib) berdagang ke negeri Syam. Perjalanan Nabi menjadi pedagang tidak berhenti sampai di situ saja. Nabi juga sering melakukan perdagangan ke luar negeri. Hal ini terjadi ketika beliau mendapatkan kepercayaan dari Khadijah.
Rasulullah memiliki kapabilitas markerting yang profesional. Dengan berbekal kejujuran dan tutur kata yang lembut, dagangannya habis lebih cepat dengan untung yang berlipat. (Shafyurrahman al-Mubarakfuri, Raḫîq al-Makhtûm, [Riyadh: Muntada al-Ttsaqafah, 2013], h. 59-61)
Etos kerja Nabi Muhammad saw saat usia muda merupakan teladan bagi umatnya, terutama bagi pemuda dan pemudi.
Dengan memiliki profesi, berarti Nabi mengajarkan umatnya untuk hidup mandiri.
Rasulullah saw pernah bersabda,
لَأَنْ يَحْتَزِمَ أَحَدُكُمْ حُزْمَةَ حَطَبٍ فَيَحْمِلَهَا عَلَى ظَهْرِهِ فَيَبِيعَهَا خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ رَجُلًا يُعْطِيهِ أَوْ يَمْنَعُهُ
Artinya:
“Seseorang di antara kamu membungkus seikat kayu bakar lalu dibawa di atas pundaknya, kemudian menjualnya, itu lebih baik baginya daripada meminta-minta pada seseorang, yang akan memberinya atau menolaknya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Selain mengembala kambing dan berniaga, Rasulullah juga berhasil mendirikan Hilful Fudhul saat beliau masih muda (sebagian meriwayatkan usia Nabi kala itu 15 tahun, sementara yang lainnya mengatakan 20 tahun). Hilful Fudhul adalah sebuah lembaga yang bertujuan untuk orang-orang miskin dan mereka yang teraniaya serta menegakkan keadilan.
Nabi Muhammad berhasil mengubah tatanan yang jahiliyyah itu menuju tatanan yang lebih berperadaban, damai dan rukun, terutama tatanan ekonomi dan tatanan sosial
Masa Muda Sahabat Nabi
Selain masa muda Rasulullah yang menginspirasi, masa muda para sahabat juga demikian. Dalam perjalanan dakwah, Nabi Muhammad banyak mendapat dukungan dan kekuatan dari para sahabat yang muda-muda.
Di antaranya, ada Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, Asma’ binti Abu Bakar, dan lain sebagainya.
Abu Bakar as-Shiddiq Abu Bakar masuk Islam pada usia 37 tahun. Dalam usianya yang masih muda itu, ia dedikasikan untuk mendukung langkah dakwah Rasulullah. Abu Bakar merupakan orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan laki-laki merdeka dan terpandang.
Saking besar jasa Abu Bakar, sampai-sampai ia menjadi sahabat yang paling dicintai oleh Rasulullah. Dalam satu hadits dijelaskan,
أنَّ النَّبيَّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ بَعَثَهُ علَى جَيْشِ ذَاتِ السَّلَاسِلِ، فأتَيْتُهُ فَقُلتُ: أيُّ النَّاسِ أحَبُّ إلَيْكَ؟ قَالَ: عَائِشَةُ، فَقُلتُ: مِنَ الرِّجَالِ؟ فَقَالَ: أبُوهَا، قُلتُ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: ثُمَّ عُمَرُ بنُ الخَطَّابِ، فَعَدَّ رِجَالًا .
Artinya: “Nabi Muhammad saw mengutus ‘Amr bin ‘Ash beserta pasukan Dzatus Salasil. Lalu aku (‘Amr) mendataingi Nabi dan bertanya kepadnya, ‘Siapakah orang yang paling engkau cintai?’ Nabi menjawab, ‘Aisyah’. Aku (‘Amr) bertanya lagi, ‘Dari kalangan laki-laki?’ Nabi menjawab, ‘Ayahnya (Abu Bakar)’. ‘Siapa lagi?’ ‘Umar bin al-Khattab’. Lalu nabi menyebutkan beberapa orang laki-laki. (HR Bukhari).
Ali bin Abi Thalib Ali bin Abi Thalib masuk Islam dalam usianya yang kesepuluh tahun. Masa mudanya juga didedikasikan betul untuk memperjuangkan dakwah Islam. Salah satu peristiwa penting yang pernah Ali lakukan adalah saat ia menyamar sebagai Rasulullah demi menyelamatkan nyawa baginda dari incaran kaum kafir Quraisy.
Dikisahkan, waktu telah menunjukkan petang. Sementara di luar pintu rumah Nabi telah berkumpul sekelompok pemuda Quraisy, lengkap dengan pedang masing-masing untuk membunuh Rasulullah. Nabi yang menyadari hal itu, menyuruh Ali untuk menyamar menjadi dirinya, menggantikannya di tempat tidur yang biasa Rasulullah gunakan. “Tidurlah di tempat tidurku dan berselimutlah dengan jubah Hadrami milikku.
Niscaya mereka tidak akan melukaimu,” kata Nabi.
Berkat keberanian Ali ini, Rasulullah terbebas dari rencana pembunuhan itu. Ali pun dijuluki Rasulullah sebagai pemuda pertama yang menjadi tebusan nyawa Nabi. (Muhammad Abu Syahbah, as-Sîrah an-Nabawiyah fî Dhau’il Qur’âni was Sunnah, [Maktabah Syamilah], juz I, h. 475).
Asma’ binti Abu Bakar Jika di atas sudah penulis sebutkan contoh sahabat laki-laki, sekarang adalah sahabat perempuan yang juga mendedikasikan masa mudanya untuk dakwah Islam.
Ia adalah Asma’ binti Abu Bakar. Ia merupakan sosok pemudi yang pemberani.
Banyak kisah keberaniannya, salah satuanya adalah saat malam hari, ia sendirian secara diam-diam mengirimi makanan untuk Rasulullah dan Abu Bakar di tempat persembunyiannya, Gua Tsur.
Padahal, kondisi saat itu sangat genting. Sekali saja ia terpergoki, habis sudah nyawanya. Shafyurrahman al-Mubarakfuri dalam Rahiq al-Makhtum mengisahkan, suatu ketika Asma’ diinterogasi Abu Jahal tentang tempat persembunyian ayahnya bersama Rasulullah yang saat itu berada di Gua Tsur.
Meski Asma’ mengetahui keberadaannya, ia tetap bersikukuh untuk merahasiakan. Karena Asma’ menjawab tidak tahu, Abu Jahal lantas menamparnya sampai anting-anting Asma’ terlepas. Namun, Asma masih tetap dalam pendiriannya. (Shafyurrahman al-Mubarakfuri, h. 149) Dikisahkan juga, saat Rasulullah bersama Abu Bakar hendak melakukan perjalanan hijrah ke Madinah, Asma’ menyiapkan bekal untuk mereka berdua.
Kebetulan ikat untuk bekalnya tidak ada. Tanpa pikir panjang, Asma’ menggunakan selendang pengikat pinggang milikinya dengan dibelah dua, yang satu untuk mengikat air, dan yang satunya lagi untuk mengikat makanan. Dari peristiwa ini, Asma’ kemudian dijuluki Dzatun Nithâqain (pemilik dua potong kain ikat pinggang). (HR Bukhari)
Apa yang diulas, hanya sebagian kecil saja dari masa muda nabi dan sahabatnya. Semoga sebagian kecil ini saja dapat menjadi teladan bagi kita. (lis/berbagai sumber)
Itulah masa muda Rasulullah SAW dan spirit pemuda dan pemudi yang setia mendampingi perjuangan Nabi, sebuah hikmah.
Baca juga: Pemuda-pemuda Hebat yang Disebut di Dalam Alquran dan Pemuda Sahabat Rasul dalam Sejarah Islam
Baca juga: Arti Al Amin, Gelar dari Bangsa Quraisy kepada Muhammad SAW Sebelum Diangkat Rasul, ini Kisahnya
Baca juga: Arti Rasul Ulul Azmi Adalah, Berikut 5 Kisah Singkat Nabi dengan Mukjizatnya Termasuk Nabi Muhammad
Baca juga: Shadaqallahul Adzim Artinya, Bacaan Ketika Selesai Membaca Alquran, Berikut Pilihan Bacaannya