Di area warung Mbok Yem, terdapat ada empat warung makan lain yang juga menjajakan makanan bagi para pendaki.
Kemudian, satu warung makan lainnya berada tidak jauh dari Sendang Drajat.
Namun, warung makan milik Mbok Yem menjadi legendaris karena perintis warung makan di Puncak Lawu.
Bagi Mbok Yem, alasan terpentingnya masih berjualan di Gunung Lawu adalah untuk menolong sesama.
"Saya senang bisa menolong orang yang membutuhkan di sana. Mereka tidak perlu repot dan khawatir soal makan dan minum saat berada di Puncak Lawu,” jelasnya, dikutip dari pemberitaan Kompas.com.
Baca juga: Alasan Mbok Yem Ogah Turun dari Gunung Lawu Meski Kondisi Hutan Kebakaran, Kondisi Warung Diungkap
Meski sempat diminta anak dan cucunya untuk beristirahat di rumah, ia mengaku bakal tetap berjualan di Gunung Lawu.
Pasalnya, selain dapat membantu pendaki, Mbok Yem mengaku bisa menemukan kedamaian di Gunung Lawu.
"Pokoknya di sana itu ingatan kita hanya kepada Yang Maha Kuasa saja. Saya tidak mikir yang lain," tuturnya.
Lantas bagaimana cara Mbok Yem membeli stok untuk warung ?
Diceritakan Mbok Yem, untuk mengisi stok dagangan ternyata sudah diantar oleh pedagangan itu sendiri tiga kali dalam seminggu.
"Untuk stok dagangan, saya juga dibantu orang lain. Jadi, ada orang yang antar barang ke sini tiga kali dalam seminggu," ujarnya.
Baca juga: Masa Lalu Ibu Guritno Lansia Hidup Sebatang Kara di Rumah Mewah Tanpa Listrik, Pernah Kerja di BUMN
Di warung itu jualah Mbok Yem tinggal. Wanita yang sudah menginjak usia kepala enam ini hanya turun gunung sewaktu Lebaran.
"Yah, sekali setahun aja pulangnya. Waktu Lebaran," ucapnya.
Menurut Mbok Yem, momen 17 Agustus dan bulan Suro menjadi waktu Gunung Lawu dipadati pendaki. Saat itulah warungnya kebanjiran pembeli.
Diberitakan sebelumnya, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) kini merambat sejumlah gunung yang ada di Indonesia. Salah satunya ialah terjadi di Gunung Lawu.