TRIBUNSUMSEL.COM, MARTAPURA - Lisnawati warga Desa Kotabaru Selatan, Kecamatan Martapura yang merupakan orang tua dari Hana anak penderita stunting mengatakan, kondisi putrinya saat ini sudah mulai membaik.
Terakhir saat ditimbang berat badanya mencapai 10 kilogram lebih dimana ini naik dari kondisi berat badan sebelumnya.
"Hana ini di diagnosis stunting sejak baru lahir. Saat ini Alhamdulillah sudah mengalami perubahan yang cukup baik," terangnya kepada Tribun Sumsel, Sabtu (2/9/2023).
Lanjut kata Lisnawati, saat waktu bayi dulu sering dapat bantuan dari pemerintah. Seperti sembako, pempers, susu, roti bahkan terkadang uang dan terakhir itu saat umur Hana dua tahun.
"Sekarang saat usia Hana memasuki umur tiga tahun jarang dapat bantuan dari pemerintah. Baru-baru ini saya dapat bantuan dari Bapak Kapolres OKU Timur berupa sembako dan juga dari TNI," jelasnya.
Saat ditanya apakah ada pihak dinas yang datang memantau langsung ke rumahnya, ia menyampaikan tidak ada. Hanya ada yang pernah menghubunginya menanyakan dokter yang menangani waktu lahiran dahulu.
"Kemarin sekitar bulan tujuh ada orang yang katanya dari Jakarta yang melihat kondisi Hana. Kalau untuk memantau langsung itu jarang mas, paling menghubungi via telpon," ucapnya.
Ia juga berharap Pemerintah Kabupaten OKU Timur dapat membantu biaya operasi Hana, pasalnya selain menderita Stunting Hana ini juga tidak memiliki lobang anus dan membutuhkan operasi.
"Hana ini perlu sekali lagi operasi namun saya tidak mempunyai biaya untuk melakukan operasi," harapnya.
Lisnawati juga menceritakan, Hana ini juga mempunyai kelainan di jantungnya. Dimana jantung Hana ini mengalami kebocoran sebanyak 4 lobang. Namun saat ini sudah menutup dua.
"Kelainan di jantung Hana ini diketahui saat Hana operasi lobang anus yang kemarin. Dokter memberitahukan kepada saya bahwa jantung Hana terdapat kelainan. Alhamdulillah dengan bertambahnya usia Hana sekarang kebocoran jantungnya sudah menutup dua lobang," ceritanya.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Bupati OKU Timur HM Adi Nugraha Purna Yudha, SH mengatakan, bahwa Hana ini kondisi sudah membaik karena berat badannya naik dan dalam kondisi sehat.
"Jika Hana ini sakit maka Hana ini dirujuk ke Puskesmas rujukan BPJSnya. Nanti kalau memang Puskesmas tidak bisa menangani maka dirujuk ke rumah sakit," ucapnya.
Jika makanannya kurang lalu berat badan cenderung turun maka nanti akan diberikan makanan tambahan. Makan tambahan ini diberikan oleh Dinas Kesehatan.
"Jika kondisi kesehatannya bagus maka akan mendapatkan pendampingan untuk penyuluhan bisa dari Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana maupun dari Dinas Kesehatan melalui bidan desa," jelasnya.
Pada kesempatan ini juga, Yudha menyampaikan bahwa program pengentasan stunting di Pemerintah Kabupaten OKU Timur dibagi menjadi tiga tahap yakni Pra Stunting, Stunting dan Pasca Stunting.
Untuk pra stunting dilakukan program penyuluhan tentang peningkatan gizi terhadap remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui dan ibu nifas.
Serta dilakukan juga pendampingan terhadap bayi dan balita, ibu hamil dan remaja yang beresiko stunting.
"Lalu untuk tahap stunting, Pemerintah Kabupaten OKU Timur memberikan pelayanan kesehatan untuk penderita stunting baik di Puskesmas maupun di rumah sakit," kata Yudha yang juga Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS).
Lalu lanjut kata Yudha, pemeritah juga melakukan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) lokal seperti makanan yang banyak mengandung protein hewani. Hal ini untuk meningkatkan asupan gizi bagi anak yang menderita stunting.
Kemudian pada tahap pasca stunting, pemerintah melakukan pemantauan serta pendampingan dan penyuluhan kepada penderita stunting agar tidak kembali terulang lagi stunting.
"Kami bersama OPD terkait terus bahu-membahu untuk mengentaskan stunting di Kabupaten OKU Timur. Mulai dari penyuluhan hingga pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil. Tentunya kami terus memantau perkembangan dari kasus stunting ini," ucapnya.
Belum Dapat Bantuan
Sementara di Kabupaten PALI, meskipun angka penurunan stunting menunjukan penurunan yang signifikan, yakni mencapai 14 persen, anak -anak yang berpotensi stunting masih ada.
Di kecamatan Talang Ubi saja pada 17 Januari 2023 lalu, tercatat sebanyak 25 anak berpotensi alami gizi buruk atau stunting.
Berdasarkan itu, untuk mewujudkan wilayah Bumi Serepat Serasan menjadi zero Stunting, berbagai pihak perlu bekerjasama melakukan perhatian khusus. Sehingga asupan gizi turut pula harus diperhatikan.
Dari pantauan di lapangan, saat mendatangi tempat tinggal dua orang anak yang berpotensi stunting di RT 09 RW 03 Kelurahan Handayani Mulya Kecamatan Talang Ubi.
Kedua Anak tersebut bernama M Thorik (7) dan Dafri (9 bulan). Kedua anak ini masuk dalam kategori stunting karena berat badan nya berbeda dari anak usia nya.
Salah satunya M Thorik, bocah kelas satu SD anak dari pasangan suami istri Angga dan Apriani, berat badan nya hanya 12 Kg.
Berat badan M Thorik hanya berbeda Satu Kilo dari Adik nya yang berusia 7 bulan, berat badan adik nya mencapai 11,5 Kg.
Angga (37) Ayah dari M Thorik mengatakan, pada saat lahir berat badan anaknya tersebut dalam keadaan normal.
Namun setelah berusia 3 tahun, Angga baru menyadari kalau berat badan anak nya tersebut tidak normal.
"Iya, banyak tetangga juga banyak yang bilang ke saya, kalau berat anak saya tidak sebanding dengan anak seusianya. Sementara berat badan kakak dan adik nya normal semua," ujar Angga, Sabtu (2/9/2023).
Angga juga baru mengetahui kalau anaknya berpotensi stunting dari bidan puskesmas saat dia mengajak anak nya untuk di periksa kondisi anaknya di puskesmas pada Senin, (28/8/2023).
"Kemarin kata bidan, anak saya berpotensi stunting karena berat badan nya tidak normal, disuruh cepat-cepat melaporkan ini ke dinas P2KBP3A, tapi sekarang anak saya sudah di data oleh RT setempat dan posyandu,"kata dia.
Angga juga mengatakan, kalau selama ini anak nya belum menerima bantuan apapun dari pemerintah.
"Sudah sejak tahun lalu meminta bantuan ke dinas-dinas namun belum ada tanggapan, baru kemarin anak saya di data kalau berpotensi stunting," ucapnya.
Angga berharap bantuan dari pemerintah kondisi tubuh anaknya bisa sehat dan normal seperti anak se usianya.
"Pekerjaan saya hanya pegawai honorer, saya berharap pemerintah membantu pencegahan stunting terhadap anaknya, "pintanya.
Sementara Dafri usia 9 bulan, merupakan warga satu RT dengan M Thorik, berat badannya saat ini 6 Kg.
Dikatakan Mia (26), Ibu dari Dafri, kalau anak nya ini lahir secara Prematur, dan bidan juga mengatakan kalau anaknya berpotensi stunting.
"Bidan mengatakan berat badan anak saya di bawah garis merah, anak saya sudah di data dari waktu umur 4 bulan, dan pernah dapat bantuan dinas P2KBP3A melalui Puskesmas berupa asupan makan bergizi, tapi baru sekali dapat bantuan, sekarang belum dapat bantuan lagi,"tuturnya.
"Kalau kata dokter susah kalau untuk meningkatkan berat badan nya, cuma disarankan untuk banyak makan asupan bergizi," imbuhnya.
Targetkan Penurunan
Permasalahan dan penanganan stunting menjadi hal serius pemerintah Pusat hingga daerah. Kabupaten PALI menargetkan penurunan angka stunting sebesar 11 persen pada 2024.
Hal tersebut dikatakan oleh Sekretaris Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak (P2KBP3A) kabupaten Pali, Mardiansyah, saat ditemui dalam acara Advokasi dan Kie promosi pengasuhan 1000 hari pertama kehidupan dalam rangka percepatan penurunan stunting, dijalan merdeka RM Sejahtera Kelurahan Handayani Mulya pada, Kamis (30/8/2023).
Mardiansyah mengatakan, pada tahun 2023 penurunan angka stunting di Kabupaten pali menyamai target nasional sebesar 14 persen.
"Berdasarkan capaian itu maka pada tahun 2024 nanti, Kabupaten Pali menargetkan penurunan resiko stunting sebesar 11 persen diseluruh Desa dan Kecamatan, "ujarnya
Mardiansyah juga meminta agar seluruh desa di Kecamatan Kabupaten Pali dapat melaksanakan penurunan stunting sebaik mungkin.
Untuk mewujudkan target penurunan angka stunting sebesar 11 persen. Pemerintah Kabupaten pali melalui Dinas P2KBP3A melakukan promosi tentang pengasuhan 1000 hari pertama kehidupan kepada masyarakat.
Pencegahan dan penanganan resiko stunting menurutnya harus dimaksimalkan untuk mewujudkan anak sehat, dengan mengutamakan kesehatan, ketahanan pangan, serta lingkungan sehat.
Sementara Wakil Bupati PALI Soemarjono juga pernah mengatakan, penurunan angka stunting di kabupaten itu sudah berlangsung sejak tahun 2019 yang mencapai 39 persen.
Kemudian pada tahun 2021 angka stunting menurun menjadi 20,2 persen, tahun 2022 menurun 14, 6 persen, dan di tahun 2023 telah mencapai target nasional sebesar 14 persen.
"InsyaAllah kita optimis bisa mengejar target 11 persen angka penurunan stunting pada tahun 2024 mendatang,"ujarnya.
Dengan jumlah penduduk yang sedikit, wilayah yang tidak terlalu luas, tentu kita bisa dan mampu mencapai target itu,"tambahnya.
Dikatakan Soemarjono beberapa rekomendasi yang harus dilaksanakan di antaranya membudayakan memakan ikan. Karena menurut nya Ikan mengandung asam amino yang tinggi.
Kemudian kapasitas kader posyandu untuk lebih ditingkatkan, serta yang paling penting mengajak masyarakat untuk sadar betapa pentingnya mencegah stunting sejak dini.
Stunting di Palembang
Di Kota Palembang masih ada anak-anak yang terindikasi stunting seperti Luki Zubaidah dan Nayra Halawa warga Kalidoni Kota Palembang.
Luki Zubaidah kini usianya 2 tahun 2 bulan. Kondisi sekarang terlihat sehat, tetapi badan nya kecil tidak seperti anak seusianya. Untuk berita badannya 8,4 kg dan tinggi badan 77 cm.
Lia yang merupakan tante dari Luki menceritakan, bahwa ibunya Luki meninggal setelah tiga jam melahirkan Luki. Ia pun tak tahu pasti awal mula Luki terindikasi stunting.
"Waktu lahir usia kandungan masih 8 bulan, tahu terindikasi stunting dari bidan Puskesmas. Terindikasi stunting di usia 8 bulan, karena dilihat dari timbangan tidak bertambah berat badannya," kata Lia, Sabtu (2/9)
Menurutnya, anaknya sudah bisa meniru bicara sebelum umur 1,5 tahun, sekarang kalau diajak bicara sudah nyambung. Namun memang ada yang bermasalah dengan tulang belakang nya skoliosis.
"Untuk bantuan kami dapat dari puskesmas, bantuan berupa vitamin susu formula biskuit dan telur. Kalau telur ini dapat satu minggu sekali selama enam bulan. Kami berharap pemerintah dapat memberi bantuan," katanya
Sementara itu Neneng ibu dari Nayra Halawa yang terindikasi stunting mengatakan, awal mulanya setelah anak lahir, pulang dari bidan anak panas tinggi dan step.
"Lalu saat umur 2 bulan anak sehat dan gendut. Namun pas naik umur 6 bulan anak mulai terlihat penurunan berat badannya dan gak ada perkembangan selanjutnya, seperti tengkurap duduk atau yang lain nya," ungkapnya
Masih kata Neneng, sampai umur 2 tahun 3 bulan sekarang anak belum bisa apa-apa karena mungkin urat nya ketarik pas step baru lahir.
"Setelah tahu anak ku butuh penindakan saya ke Puskesmas dan di dampingi ketua rt kami. Alhamdulillah ketua rt sangat peduli sama Nayra dan kami masih menunggu proses kis dari Puskesmas," katanya
Menurutnya, selama ini sudah ada bantuan dari kelurahan setempat dan puskesmas, berupa sembako. Ia pun berharap sangat agar anaknya bisa di tindak lanjutin seperti pengobatan terapi biar bisa berjalan seperti anak normal lainnya.
Gencar Sosialisasi
Upaya menurunkan stunting dilakukan bukan cuma tingkat nasional saja tapi juga hingga tingkat daerah seperti yang dilakukan sejumlah camat di Palembang.
Camat Ilir Barat I Pane mengatakan jumlah anak stunting di wilayahnya kurang dari 20 orang berkat usaha bersama yang dilakukan untuk mencegah stunting ini dengan beragam sosialisasi dan edukasi juga pemberian gizi agar angka stunting semakin turun.
Angka ini tidak termasuk dalam 10 besar kecamatan dengan jumlah penderita stunting terbanyak di Palembang.
Angka stunting di wilayahnya turun berkat usaha yang dilakukan bersama dengan semua pihak terkait.
Jumlah anak stunting kurang dari 20 orang berkat usaha bersama yang dilakukan untuk mencegah stunting ini dengan beragam sosialisasi dan edukasi juga pemberian gizi agar angka stunting semakin turun.
Jumlah penderita stunting di bawah 20 anak yang tersebar di empat puskesmas yang terus diawasi jumlahnya dan diberikan tambahan makanan bergizi yang melibatkan camat, lurah, puskesmas, posyandu dan ahli gizi.
Selain itu juga gencar dilakukan sosialisasi ke masyarakat untuk mencegah stunting pada ibu hamil dan mendata jumlah anak stunting.
Sementara itu Camat Sako Dr Amiruddin Sandy mengatakan upaya mencegah stunting yang dilakukan di Camat Sako yakni program Gerakan Donasi Peduli Stunting (Gending) bagi keluarga yang kurang mampu untuk mengentaskan stunting.
Ia menjelaskan, program nya berupa donasi, jadi satu anak cukup Rp 5000 per hari. Camat, jajaran, UPTD dan lain-lain bersama-sama berdonasi.
"Alhamdulillah dengan fakta jumlah anak sekian, donatur sekian. Ada yang menyumbang dua anak, satu anak dan lain-lain," ujar Sandy.
Sandy mengatakan dia pernah mengumpulkan anak dan orang tua yang terindikasi stunting. Ada anak dikasih minuman kemasan kopi, padahal sebenarnya anaknya bisa dikasih telur.
"Di sini bisa kita gambarkan bahwa pola asuh anak yang salah perlu perhatian serius dari pemerintah kota maupun pusat. Untuk itu kita masih perlu mensosialisasikan dan mengedukasi masyarakat," katanya.
Kemudian sasaran yang akan diedukasi ditentukan supaya tepat sasaran. Lalu Posyandu juga perlu diberi edukasi agar bisa memberikan edukasi kepada masyarakat dengan baik. (cr24/cr42/nda/tnf)
Baca berita lainnya langsung dari google news