Berita Pilpres 2024

Bisa Auto Menang, Ini Sosok Cawapres Prabowo yang Dianggap Paling Tepat Berduet di Pilpres 2024

Editor: Rahmat Aizullah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto

TRIBUNSUMSEL.COM - Bakal capres Prabowo Subianto saat ini telah mendapat dukungan dari 5 partai politik (parpol) untuk melenggang di Pilpres 2024.

Kelimanya adalah Partai Gerindra, PKB, Golkar, PAN, dan satu parpol non-parlemen yakni PBB.

Belakangan Prabowo Subianto dianggap menjadi sosok yang paling kuat di Pilpres 2024 berdasarkan hasil survei elektabilitas sejumlah lembaga.

Wakil Ketua Umum (Waketum) PAN, Yandri Susanto mengakui bahwa potensi Prabowo akan menang di Pilpres 2024 memang besar.

Tetapi, kata dia, diperlukan sosok cawapres yang bisa membantu menambah dongkrak elektoral.

Yandri memandang, sosok yang tepat untuk jadi cawapres mendampingi Prabowo adalah Menteri BUMN Erick Thohir.

Menurutnya, PAN sangat objektif dalam mengusung Erick Thohir sebagai bakal cawapres Prabowo.

Ia meyakini bahwa Erick Thohir bisa membawa Prabowo menuju kemenangan di Pilpres 2024.

"Karena peluang untuk menang Pak Prabowo dengan survei Pak Prabowo yang tinggi, Pak Erick juga tinggi," ujar Yandri dalam artikel Kompas.com, dikutip pada Sabtu (19/8/2023).

"Kemudian, (Erick Thohir) masih muda, energik, punya prestasi. Saya kira tepat kalau nanti Pak Prabowo ambil Erick Thohir," sambung Yandri.

Namun demikian, Yandri juga melihat ada kemungkinan partai koalisi mereka tidak menerima Erick Thohir mendampingi Prabowo Subianto di Pilpres 2024.

Pasalnya, baik PKB maupun Golkar masing-masing juga memiliki jagoan yang diusulkan untuk jadi cawapres mendampingi Ketum Partai Gerindra itu.

Diketahui, PKB terus mendorong Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, dan Golkar ingin Airlangga Hartarto yang maju.

Yandri Susanto pun buka suara mengenai apa yang akan dilakukan jika dorongan terhadap Erick Thohir untuk jadi cawapres Prabowo menemui jalan buntu.

"Misalkan, nanti pada posisi semua partai koalisi ingin mengajukan calon terbaiknya sebagai cawapres, tidak ada kata sepakat, karena meyakini kader terbaiknya harus diusung, ya mungkin bisa diserahkan kepada Pak Prabowo sebagai pengantinnya," ujar Yandri.

Menurut dia, Prabowo lah yang bisa menentukan dengan siapa dirinya merasa paling cocok.

"Kira-kira pasangan sama siapa yang paling pas dan paling nyambung, paling enak, tentram dan lain-lain sebagainya," katanya.

Yandri belum mau berbicara apakah akan hengkang dari koalisi jika Erick Thohir tak jadi cawapres Prabowo.

Dia meyakini bahwa Golkar dan PKB selaku mitra koalisi pasti sudah paham bahwa PAN menginginkan Erick Thohir menjadi bakal cawapres Prabowo.

Ia mengatakan, PAN sudah sering bertemu dengan Golkar dan PKB untuk membicarakan hal tersebut.

"Tinggal memang ini tinggal ambil keputusan saja, dan perlu dirembukkan secara dari hati ke hati di forum koalisi besar, dan mungkin pada akhirnya kita kembalikan kepada Pak Prabowo, siapa menurut Pak Prabowo yang paling tepat," ujarnya.

Sementara sebelumnya, Prabowo Subianto mengatakan soal bakal cawapres akan dibahas secara bersama-sama.

Mereka akan mencari sosok yang bisa diterima oleh semua parpol anggota koalisi.

"Pembicaraan tentang cawapres kita sudah sepakat bahwa kita akan terus berdiskusi musyawarah untuk mencari calon yang terbaik yang bisa diterima oleh keempat partai ini," kata Prabowo.

Erick Thohir Beri Syarat

Sebelum bersedia menjadi cawapres, Erick Thohir memiliki empat syarat bila ada pihak yang ingin mengajaknya bertarung di Pilpres 2024.

Pertama, ia ingin melihat terlebih dulu rancang bangun koalisi partai politik (parpol) yang akan mengusungnya.

“Apakah proses dari pada koalisi terjadi,” katanya.

Kedua, ia ingin memastikan sejauh apa kedekatan atau chemistry antara dirinya dan bakal capres yang akan diusung koalisi nantinya.

Ketiga, ia dalam menentukan sikap untuk bergabung ke dalam koalisi serta bakal capres yang akan didampingi, harus sesuai dengan keinginan Presiden Jokowi.

“Saya sudah bilang, saya tegak lurus sama Bapak Presiden,” tuturnya.

Terakhir, ia ingin melakukan negosiasi politik sebelum maju pada PIlpres 2024.

Negosiasi politik itu, kata dia, harus memiliki visi pembangunan untuk Indonesia kedepan.

“Sehingga kita bisa memastikan bukan hanya duduk di kekuasaannya, tapi hasilnya apa. Apa (program) ke depan,” katanya.

Itu harus menjadi komitmen sama-sama. Tidak bisa kita membangun bangsa sendiri,” tambahnya.

Untuk saat ini, Erick Thohir mengaku ingin fokus mengurus BUMN dan PSSI yang dimpimpinnya.

Hal itu dikatakan Erick saat ditanya terkait kesiapannya jika diminta maju sebagai cawapres.

Erick mengatakan, membahas soal cawapres sebenarnya terlalu dini untuk dibicarakan.

"Saya rasa masih fokus di situ dan kalau memang nanti ada hal-hal yang berlanjut (soal jadi bakal cawapres) ya kita lihat saja dulu. Saya rasa terlalu dini (kalau) sekarang," katanya.

Lagi pula, lanjut Erick, masih banyak pekerjaan yang belum terselesaikan terkait jabatannya sebagai Menteri BUMN dan Ketum PSSI.

"Di beberapa bulan ini masih banyak pekerjaan, persiapan U-17 di bulan November (2023), (kemudian) ya konsolidasi BUMN," kata Erick.

Erick Thohir memuji tiga figur bakal capres 2024, yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.

Menurut dia, ketiganya merupakan figur-figur yang bagus, dan layak menjadi pemimpin masa depan.

"Saya rasa Pak Ganjar, Pak Prabowo, Pak Anies figur-figur yang bagus. Untuk pemimpin masa depan, tetapi itupun dalam pemilu ada proses," kata Erick.

Dia juga menyebutkan bahwa pada pemilu yang terpenting harus ada kesepakatan.

Jangan karena pemilu masyarakat jadi terpecah.

"Pemilu semua harus menyepakati, yang terpenting justru kembali, jangan karena pemilu itu kita terpecah. Ingat ketika pemilu 2019 kalau sampai Pak Jokowi dan Pak Prabowo tidak bersatu," kata Erick.

"Terbayang tidak saat Covid? Nah itu yang saya rasa pemilu-pemilu sebuah acara lima tahunan. Tetapi Indonesia inikan lima tahunan, Indonesia inikan ratusan tahun," sambungnya.

Kemudian Erick mengingatkan pesta demokrasi lima tahun itu jangan sampai membawa isu SARA.

"Jangan sampai pemilu memecah belah kita. Apalagi bicara agama, suku, dan lain-lain," katanya. (*)

Baca berita menarik lainnya klik TribunSumsel.com

Berita Terkini