TRIBUNSUMSEL.COM - Nasib pilu dirasakan oleh Chintia, yang merupakan ibu Lanala Ayudisha Halim yang mengalami kritis gegara kelalaian perawat di Rumah Sakit Anak Bunda (RSAB) Harapan Kita.
Bahkan hancur hati Chintia tatkala rumah sakit hanya meminta maaf atas hal tersebut
"Dari hari kamis kami menunggu jawaban pihak @rsabhk dan hanya maaf yang kami terima.
Ya Allahuakbar hancur hati sayaa," tulis Chintia di akun Ig pribadinya@sucichintia88, dilansir Selasa (15/8/2023).
Saking sakit hatinya Chintia sang anak mengalami sakit seperti itu membuat Chintia merasa geram dan meminta pertolongan dari berbagai pihak.
"Pihak management @rsabhk lantas anakku seperti ini kami hanya mendapatkan maaf dari kepala ruangan saja ? Anakku seperti ini dikarenakan kelalaian oknum Perawat di ruangan rawat inap **. Kami di screning untuk menjaga anak kami,bukan hanya sekedar tidur dan nonton tivi, kami pun membantu perawat kami yang menghitung fassesnya kami yang info saat terjadi apa apa. Andaikan jam 7 malam suster memanggil dokter. tidak menunggu di jam 21:37 baru panggil dokter. Ku yakin tidak akan seperti ini anakku. Dokter disana sudah membantu anakku berjuang 2 bulan ini lalu di hancurkan begtu saja oleh perawat saat itu. Ku butuh keadilan sebesar besarnya. Siapa yang tidak hancur melihat kondisi anak seperti ini," tulisnya dilansir Tribunbengkulu.com.
Bahkan Chintia, mengaku jika dirinya tidak dipertemukan dengan suster yang sebelumnya bertanggung jawab dengan kondisi sang anak, melalui story di instagram nya, Chintia mengatakan jika pihak rumah sakit tidak membalas pesannya, kini sang anak mengalami kritis.
Seperti diketahui, anak Chintia saat ini mengalami kritis diduga karena kelalaian perawat yang salah memberikan susu pada sang anak.
Chintia menceritakan jika sang anak telah di diagnosa ilesotomy dan kelainan fungsi hati sejak berumur 1 bulan 27 hari.
"Ya Allah ya Rab hatiku hancur. Pasti ibu lainnya pun akan sedih melihat kondisinya seperti ini.
Bukan ku terpaku mengejar perawat itu. Cuma ikhtiar yang selama ini ku jalankan di hancurkan begitu saja.. salah apa aku dan anakku ku jaga anakku sejak di kandungan,saat
Dy kritis, dan sekarang sampai di buat kritis kembali. Apakah maaf memang bagi kalian itu sudah lebih dari cukup untuk rakyat kecil seperti kami Allahuakbar sakit sekali hati saya...
Apakah kebal hukum untuk instansi pemerintahan," tulisnya
Dalam postingannya itu, Chintia juga mempertanyakan mengapa oknum perawat di rumah sakit itu tidak langung mengkonfirmasi dokter ketika pasien mulai sesak napas.
"Tante suster kenapa harus nala nala salah apa
Kenapa tidak panggil om dokter
Sekarang nala harus di ICU terpisah kembali sama mama nala," ungkapnya.
Kronologi Bayi Alami Kritis
Seorang bayi mengalami pendarahan di kepala akibat kelalian yang di lakukan oknum suster di Rumah Sakit Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita.
Hal ini dialami oleh ibu korban bernama Chintia, jika sang anak mengalami pendarahan di kepala akibat kelalaian yang dilakukan oleh salah satu suster.
Kasus yang dialami Chintia ini, ia ceritakan melalui akun instagram pribadnya @sucichintia88.
Awalnya sang anak bernama Lanala Ayudisa Halim didagnosa ileostomy dan kelainan fungsi hati berumur 1 bulan 27 hari.
Setelah 1 bulan perawatan dari RS Pelni, pasien dirujuk ke RSAB Harapan Kita pada tanggal 12 juli 2023 dengan rujukan ke poli gastro.
Di tanggal 12 Juli Chintia mengatakan jika dirinya membawa sang anak ke RSAB Harapan Kita ke IGD dengan kondisi fasses sang anak cair dan lemas, dengan diagnosa diare serta dehidrasi.
Kemudian sang anak dirawat di NICU sampai dengan 3 Agustus 2023, terhitung sang anak dirawat hampir 3 minggu dengan kondisi fases masih cair bahkan berat badan sang anak naik turun namun tidak ada konsultasi dengan dokter gastro, ataupun dari bedah atau yang lainnya. Bahkan menurut penuturan Chintia, dengan kondisi sang anak yang seperti itu suster di NICU merencanakan agar sang anak atau pasien untuk pulang.
Kendati demikian, melihat kondisi sang anak seperti itu, Chintia berinisiatif untuk menghubungi dr Franciska Bunjamin dr bedah anak di RS Pelni untuk membantu kondisi pasien yang fasesnya cair, hingga akhirnya dr Franciska membantu untuk menghubungi dr bedah di RSAB Harapan Kita untuk melihat kondisi pasien.
Setelah itu, sang anak dipindahkan ke ruang rawat inap Ruang Widuri di tanggal 3 Agustus 2023.
Chintia mengatakan selama perawatn di ruang widuri dengan dr penanggung jawab adalah dr bedah anak, di saat itu Chintia merasa lega karena sudah banyak dokter yang membantu untuk menangani sang anak.
Ketika itu, ada dr Gizi yang menemukan susu yang cocok untuk sang anak, sehingga membuat berat badan (bb) sang anak naik.
Lantas Chintia mengatakan di tanggal 7 Agustus 2023, susu pepti junior yang seharusnya diberikan sang anak justru diganti dengan susu neocate tanpa sepengetahuan Chintia.
Mengetahui sang anak mendapat susu tersebut, membuat berat badan sang anak yang semulanya 2.165 menjadi 2.046.
Selanjutnya pada Senin, 7 Agustus 2023 leher dari sang anak berwarna kuning, sehingga Chintia melaporkan kejadian ini kepada perawat di ruangan tersebut.
Setelah Chintia melaporkan kejadian yang dialami sang anak, perawat hanya mengatakan jika nantinya pihaknya akan mengecek darah.
Hingga Selasa perawat tak kunjung melakukan pengecekan pada sang anak, hal ini membuat Chintia menanyakan perihal pengecekan darah sang anak.
Akhirnya pada Rabu, 9 Agustus 2023 pukul 05 : 30 WIB, perawat melakukan pengecekan darah pada sang anak, kemudian Chintia sebagai orang tua menanyakan hasil dari pengecekan darah sang anak.
Pukul 15:00 Chintia melihat ada darah di kantong colostomy sang anak terdapat darah.
Hal itu membuat Chintia bertanya kepada suster, namun suster menyangkal jika itu bukanlah darah.
Kemudian pada pukul 19:00 malam, Chintia mengatakan jika kondisi sang anak susah bernafas, kemudian Chintia langsung melaporkan apa yang dialami sang anak pada suster, Chintia mengatakan ketika dirinya melaporkan kondisi sang anak suster tersebut hanya melihat sang anak kemudian keluar.
Tak berhenti di situ, anak Chintia kembali lagi mengalami sesak nafas namun saat melaporkan kejadin ini suster hanya memperbaiki posisi kepala sang anak.
Ketiga kalinya, anak Chintia mengalami kejang beserta posisi mata ke atas, namun sayangnya para suster di rumah sakit itu hanya terdiam dan tidak sama sekali melakukan pengecekan apapun.
Panggilan ke empat kalinya pada pukul 21:37 WIB anak Chintia terlihat sesak napas dan mengalami kejang, dan mengetahui kondisi sang anak yang semakin tidak membaik, akhirnya suster tersebut memangil dikter.
Saat dokter IGD mengecek sang anak, dokter menanyakan pada Chintia sejak kapan sang anak mengalami kondisi seperti ini, Chintia pun menjawab sejak pukul 19:00, dokter tersebut juga menanyakan apakah Chintia telah menginformasikan kondisi sang anak pada suster, tentu saja jawaban Chintia sudah.
Dari pertanyaan dokter ini membuat Chintia menyimpulkan jika selama dirinya memberitahu kondisi sang anak pada suster, suster tersebut tidak memberitahu dokter.
Karena kondisi sang anak cukup mengkhawatirkan, anak Chintia akhirnya dilarikan ke ICU.
Satu jam menunggu di ruang ICU, dokter tersebut bertanya sejak kapan colostomynya mengeluarkan darah, dan benar saja apa yang ditanyakan Chintia pada suster sebelumnya ternyata darah.
Chintia mengaku akibat kelalaian dari suster membuat snag anak yang kini berumur 1 bulan 27 hari harus menambah apa yang sebelumnya sudah diderita yaitu pendarahan di kepalanya dan akan dilakukan operasi.