Berita Palembang

Aipda Paimbonan Polisi Tembak Kepala Sendiri di Musi Rawas, Uang Koperasi Rp 2,6 Miliar Masih Diusut

Penulis: Fransiska Kristela
Editor: Vanda Rosetiati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kasus kematian Aipda Paimbonan polisi tembak kepala sendiri di Musi Rawas selesai, tetapi uang koperasi Rp 2,6 miliar masih diusut. Hal ini diungkap Kabid Humas Polda Sumsel, Kombes Pol Supriadi SIK, Selasa (27/6/2023).

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Kasus kematian Aipda Paimbonan polisi tembak kepala sendiri di Musi Rawas sudah dinyatakan selesai, tetapi perihal uang kas koperasi Rp 2,6 miliar yang diduga terpakai almarhum masih terus diusut.

Sudah sepekan lebih kasus pengusutan uang kas yang dipegang dan dipakai oleh almarhum Aipda Paimbonan ternyata belum selesai.

Kabid Humas Polda Sumsel, Kombes Pol Supriadi SIK mengungkap bahwa sampai saat ini masih diselidiki oleh pihak kepolisian.

"Sampai saat ini masih dikumpulkan data-datanya," ujarnya, Selasa (27/6/2023)

Pihaknya belum bisa memastikan uang kas milik koperasi Polres Musi Rawas yang dipegang oleh Aipda Paimbonan yang tak lain adalah bendahara koperasi dipakai untuk apa saja oleh yang bersangkutan.

"Masih kami lidik ya itu, masih dalam penyelidikan lebih lanjut itu," tutupnya.

Baca juga: Remaja 17 Tahun Korban Pengeroyokan di Palembang Saat Hendak Nonton Tari India, Dibacok dan Ditusuk

Sebelumnya Aipda Paimbonan yang menjabat sebagai Kanit Paminal Polres Musi Rawas dan juga bendahara Koperasi Polres Musi Rawas dinyatakan tewas dengan cara menembak kepalanya sendiri.

Setelah diusut ternyata semasa hidup yang bersangkutan menggunakan uang koperasi yang sudah dipercayakan kepadanya.

"Uang koperasi dari tahun 2021 sampai 2023 jumlahnya itu Rp 2,6 miliar namun kita belum tahu uang yang dipakai itu berapa," ujar Kabid Humas Polda Sumsel Kombes Pol Supriadi Sik.

Tambah Supriadi mengenai aliran uang tersebut masih akan didalami.

"Tim masih mendalami aliran uang itu kemana larinya, karena yang bersangkutan sudah meninggal," katanya.

Tambahnya uang yang dipakai oleh Aipda Paimbonan dari uang kas Koperasi itu masih akan ditelusuri.

"Dari total iuran 270 anggota itu, nanti akan kita cari uang itu digunakan untuk apa dan berapa yang dipakai itu berapa," bebernya.

Dari hasil penyelidikan itu belum ditemukan secara rinci uang itu dipakai untuk apa oleh yang bersangkutan.

Dikenal Mapan Punya Beden Kontrakan

Polisi menyatakan Aipda Paimbonan sengaja mengakhiri hidup karena tak kuat menahan beban ekonomi yang ditanggungnya.

Namun fakta baru terungkap yakni Aipda Paimbonan ternyata memiliki bedeng kontrakan.

Warga di lingkungan tempat tinggal Aipda Paimbonan di RT 10 Kelurahan Bandung Ujung Kecamatan Lubuklinggau Barat I, tidak terlalu mengetahui keseharian pria yang kerap disapa Bonan tersebut.

Sebab Aipda Paimbonan dikenal cukup tertutup.

Warga hanya tahu Bonan sebagai Polisi yang cukup mapan karena mempunyai bedeng kontrakan.

Ia baru tiga tahun terakhir pindah dan tinggal di rumah dekat kontrakannya itu bersama anak dan istrinya.

Samsu Dora Kurniawan Ketua RT 10 Kelurahan Bandung Kanan mengungkapkan selama ini ia dan masyarakat memang jarang bertemu dengan Bonan meski Bonan.

"Kami kira dia Polisi sering tidak di rumah, karena baliknya kadang malam atau sore," ungkapnya pada wartawan, Senin (19/6/2023).

Meksi jarang bertemu langsung dengan Bonan, Samsu mengaku sering bertemu dengan Rina istrinya. Beberapa kali Samsu datang masalah urusan RT, selalu istrinya yang ada di rumah.

"Ketemu istrinya Rina sering ketemu, terutama saat nagih SPPT, semenjak saya jadi RT baru sekali itulah saya ketemu pak Bonan secara langsung," ujarnya.

Dimata masyarakat Bonan dikenal dengan sosok yang baik. Ditambah karena kegiatan RT agak jarang, jadi jarang bertemu langsung.

Dia mengatakan yang paling sering bertemu dengan Bonan adalah petugas jaga malam, hampir setiap pulang dinas Bonan mempunyai kebiasaan tidak langsung masuk ke dalam rumah.

"Kebiasaanya kalau pulang lihat petugas jaga malam diluar dulu, sering tanya dengan petugas jaga malam gimana kondisi keamanan," ungkapnya.

Dia menambahkan, awalnya perumahan cukup kaget ketika mendapat kabar kalau Bonan meninggal dunia, awal beritanya pun simpang siur karena ada yang mengatakan Bonan terkena serangan jantung.

Kemudian informasinya simpang siur, hingga akhirnya banyak berita di media mengabarkan kalau Bonan meninggal dunia karena bunuh diri.

"Kabarnya simpang siur, cukup kaget, ada yang bilang serangan jantung, lalu muncul di media kalau bunuh diri," ujarnya.

Kasus kematian Aipda Paimbonan tuntas dan ditutup tak bisa disidik, Kanit Paminal Polres Musi Rawas dinyatakan memilih mengakhiri hidup. Hal ini ditegaskan Kapolda Sumsel Irjen Pol A Rachmad Wibowo, Senin (19/6/2023). (KOLASE TRIBUN SUMSEL/FRANSISKA KRISTELA)

Diberitakan sebelumnya, Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sumsel Irjen Pol A Rachmad Wibowo ungkap penyebab kematian Aipda Paimbonan anggota Polres Musi Rawas yang ditemukan tewas di dalam mobil.

Terkuak pemicu Aipda Paimbonan tewas karena faktor ekonomi yang diembannya.

"Aipda Paimbonan mengakhiri hidupnya karena faktor ekonomi yang diembannya," ujar Kapolda Sumsel A Rachmad Wibowo, Senin (19/6/2023)

Aipda Paimbonan mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri menembakkan senjata pribadinya ke kepalanya.

"Kita turut perhatian, yang bersangkutan mengakhiri hidupnya dengan cara seperti itu," tegasnya.

Tambahnya hal itu merupakan suatu hak pilihan dari yang bersangkutan.

"Yang bersangkutan mengakhiri hidupnya dengan seperti itu (bunuh diri) itu sudah pilihan dari hidupnya dia," ujarnya.

Lebih lanjut dikatakannya bahwa lantaran yang bersangkutan sudah meninggal dunia maka perkara ini tidak bisa dilanjutkan ke proses sidik.

Sedangkan mengenai senjata api yang digunakan oleh Aipda Paimbonan untuk mengakhiri diri yakni senjata api miliknya.

"Itu senjata pribadinya dia. Milik dinas tapi dipegang oleh beliau, dan jenisnya revolver," tutupnya. 

Baca berita lainnya langsung dari google news

Silakan gabung di Grup WA TribunSumsel

Berita Terkini