TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Sejumlah anggota Satpol-PP Provinsi Sumsel yang menuntut Kasatnya diganti mengaku sering mendapat perlakuan tidak layak dari Kasat Pol-PP Provinsi Sumsel, Aris Saputra.
Dugaan pungli serta kata-kata dan tindakan kasar yang dilakukan Aris Saputra Kasat Pol PP Sumsel mendorong anak buahnya bereaksi.
Reporter Tribunsumsel.com mencoba berbincang dengan salah satu anggota Satpol-PP Provinsi Sumsel yang menceritakan beberapa pengalamannya.
Baca juga: BREAKING NEWS: Aksi Anggota Satpol PP Sumsel Desak Kasat Dicopot, Diduga Pungli Hingga Sering Kasar
Berdasarkan keterangan salah satu anggota Satpol-PP yang tak ingin disebutkan namanya, cerita dugaan pungli yang dialami yakni ketika uang dari Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) setor ke Kasat.
"Saya pernah ditugaskan untuk perjalanan dinas kemudian ketika uang SPPD cair saya berikan ke Kasat dan dipotong sama dia, " katanya, Rabu (7/6/2023).
Anggota Satpol-PP ini pernah ditugaskan dalam sebuah perjalanan dinas bersama tiga orang lainnya, dengan membawa berkas berpuluh-puluh lembar.
Padahal pada dasarnya, empat orang cukup 2 lembar berkas saja.
"Itu kan namanya kelebihan. Kalau berpuluh-puluh lembar harusnya puluhan juga anggota yang ditugaskan, " ungkapnya.
Sebagai informasi, terkadang jika anggota Satpol-PP diminta mengisi sebuah acara dengan iringan drum band, honornya pun tidak sampai.
Selain itu anggota yang ditugaskan di acara salah satu Dinas honornya pun dipotong.
"Misal lagi ada acara di salah satu Dinas honornya cair dan dipotong. Terus honor untuk anggota yang main drum band tidak sampai pernah juga, " katanya.
Untuk kekerasan, ia mendapatkan salah satu cerita dari rekannya yang mendapatkan perlakuan kasar dan kata-kata yang tidak pantas ketika masalah sepele, yakni ketika salah parkir.
"Misal salah parkir mendapatkan kata-kata kasar hingga dipukul, setiap tugas penugasan ada saja kata-kata yang terlontar dari Kasat, " bebernya.
Sementara salah satu anggota Satpol-PP yang bertugas di Kantor Gubernur Sumsel mengeluhkan ritme kerja yang tidak beraturan.
"Kami mengeluhkan piket yang 1x24 jam terus besok libur dan keesokan harinya piket 1x24 jam lagi, jadi kelihatan tidak teratur ritme kerjanya, " kat